抖阴社区

33 : flustered & exposed

5.9K 311 25
                                        

Cahaya matahari yang masuk dari celah jendela terasa terlalu terang, membuat Ren mengerjap pelan. Tubuhnya masih terasa lelah, mungkin karena semua yang terjadi semalam.

Perkelahian, kepanikan, dan… Asher.

Refleks, Ren menoleh ke samping. Tempat tidur itu kosong.

Asher tidak ada.

Ren mengerutkan kening, menegakkan tubuhnya. Udara pagi di rumah tua ini terasa dingin, tapi bukan itu yang membuatnya tidak nyaman. Ada perasaan aneh yang mengganjal di dadanya.

Asher pergi tanpa mengatakan apa pun? Atau sejak kapan lelaki itu bangun?

Ren menghela napas, mengusap wajahnya sebelum akhirnya turun dari tempat tidur. Dengan langkah malas, ia berjalan ke luar kamar, melewati tangga kayu yang sedikit berdecit saat diinjak.

Aroma kopi yang samar tercium di udara, bercampur dengan suara obrolan santai dari ruang tengah.

Di sana, Kai tengah duduk di sofa, satu kakinya bertumpu di meja sambil menggulir layar ponselnya. Sementara itu, Sean dan Galen terlihat sibuk di dapur kecil rumah itu, mengeluarkan roti dan beberapa bungkus makanan instan yang tampaknya akan mereka jadikan sarapan darurat.

"Kau sudah bangun, akhirnya," Kai yang pertama kali menyadari kedatangannya bersuara lebih dulu, mengalihkan pandangannya dari layar ponsel. "Bagaimana keadaanmu?"

Ren menarik napas dalam. "Aku baik-baik saja."

Galen mengangguk, menyesap kopinya. "Bagus. Sarapan dulu, Ren. Motor sudah diurus, sebentar lagi kita bisa pulang."

Ren mengangguk kecil, tapi pikirannya tidak benar-benar fokus.

Matanya secara refleks melirik ke sekitar, mencari sosok tertentu. Namun, sejauh yang ia lihat, hanya ada tiga orang di ruangan ini.

"Mana Asher?" tanyanya akhirnya, berusaha terdengar biasa saja.

Namun, alih-alih mendapat jawaban normal, ruangan itu justru dipenuhi keheningan selama beberapa detik sebelum Kai akhirnya menoleh, alisnya terangkat dengan ekspresi penuh arti.

"Loh?" katanya, menahan senyum. "Bukannya kalian tidur bersama semalam?"

Ren membeku.

Sean, yang sejak tadi diam, kini menoleh dengan minat baru. "Tunggu. Jangan bilang anak bodoh itu kabur pagi-pagi?"

Ren semakin bingung. "Apa?"

Kai menghela napas dramatis. "Sungguh memalukan, ya. Asher bahkan tidak bisa menghadapi pagi setelah—–"

"Tidak ada apa-apa," potong Ren cepat, wajahnya mulai memanas. "Asher hanya menemaniku tidur semalam."

"Yakin?" Sean menyipitkan mata, jelas tidak percaya.

Ren mendengus, mengusap tengkuknya dengan kesal. "Kalian ini kenapa, sih? Aku hanya bertanya di mana Asher."

Galen tertawa kecil, meletakkan cangkir kopinya. "Kami juga tidak tahu, Ren. Dia tidak ada saat kami bangun."

Kai mengangkat bahu. "Mungkin dia sedang merenungkan hidupnya setelah apa yang terjadi semalam."

Ren ingin menghilang saat itu juga.

Ren bisa merasakan wajahnya semakin panas. Ia menggeleng cepat, menepis semua tatapan penuh arti dari mereka. "Tidak terjadi apa-apa!" kata Ren dengan nada yang lebih tinggi dari yang ia maksudkan.

Sean langsung menyeringai, meletakkan garpunya. "Oh? Tidak terjadi apa-apa, tapi wajahmu merah begitu?"

Kai tertawa kecil. "Ren, kau itu payah dalam berbohong."

Burning Boundaries Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang