抖阴社区

'VARELLEO' 19

211 53 7
                                        

19. MINE

Terik matahari semakin menyengat di langit SMA Cakrawala, membakar semangat para siswa yang tengah menjalani pelajaran olahraga di lapangan basket. Selama tiga jam terakhir, mereka diajak mendalami teknik permainan bola basket, mulai dari passing, dribbling, hingga pertandingan kecil yang menguras energi. Beberapa siswi mulai mengeluh kepanasan, mengibas-ngibaskan tangan mereka seolah mampu mengusir panas yang menyesakkan. Saat peluit panjang ditiup oleh sang guru olahraga, menandakan sesi telah berakhir, hampir semua siswa maupun siswi menghela napas lega. Begitu pula dengan Leona.

Dengan napas yang memburu, Leona berjalan tertatih menuju tepi lapangan, mencari tempat berteduh di bawah sebuah pohon besar yang rindang. Keringat membasahi pelipis dan lehernya, membuat helaian rambut yang terikat dalam gaya messy bun semakin berantakan. Meski begitu, kelelahan yang menggelayuti tubuhnya seakan sirna ketika matanya menangkap sosok yang begitu familiar.

Laki-laki itu masih berdiri di tengah lapangan, bola basket di tangannya terus ia pantulkan dengan santai. Cahaya matahari yang menyinari kulit kecokelatannya membuatnya tampak semakin mencolok. Leona menelan ludah, hatinya dipenuhi perasaan yang sulit dijelaskan. Setelah sekian lama tidak bertemu dengan Varel, ada sesuatu yang kini mengganjal di benaknya. Lelaki itu terlihat berbeda. Aura dominan yang terpancar darinya semakin kuat, terlebih dengan rambutnya yang sedikit acak-acakan, menambah kesan bad boy yang tak terbantahkan. Leona tidak tahu harus merasa bagaimana, senang atau justru canggung?

Leona tetap diam, hanya memperhatikannya dari kejauhan. Tak banyak siswa yang masih bertahan di lapangan, kebanyakan telah memilih untuk beristirahat. Namun, Varel tetap bermain, seolah tak terganggu oleh panasnya cuaca. Leona mengamati setiap gerakan lelaki itu. Baru kali ini ia sadar betapa mahirnya Varel dalam permainan ini. Beberapa jam yang lalu, ia bahkan mencetak poin lebih banyak dari pemain lain.

Tanpa sepengetahuannya, Varel sesekali melirik ke arahnya. Tatapan gadis itu yang intens tidak luput dari pengamatannya. Ia tahu Leona sedang memperhatikannya, ia juga tahu bagaimana setiap gerakan gadis itu, bahkan bisa menebak apa yang ada dalam benaknya saat ini. Sudut bibir Varel terangkat sedikit, membentuk senyum tipis yang nyaris tak terlihat oleh siapa pun di sekitarnya.

“Menarik,” pikirnya, sebelum akhirnya melempar bola terakhir dan melangkah keluar dari lapangan.

"Hey," suara seseorang memecah lamunannya.

Jessellyn, sahabatnya, datang dan langsung duduk di sampingnya. Leona menoleh sekilas, tersenyum lelah. Saat ia hendak kembali melihat ke lapangan, sosok Varel telah menghilang entah ke mana. Ia mengerutkan kening, matanya menyapu sekeliling lapangan, tetapi lelaki itu tak lagi terlihat.

"Kenapa?" tanya Jessellyn, memperhatikan ekspresi Leona yang tampak kebingungan.

"Nggak ... cuma—" Leona menggeleng pelan. "Nggak apa-apa."

"Oh ya, aku harus ke ruang olahraga untuk mengembalikan bola basket," ucap Jesellyn, karena dia memang penanggung jawab mata pelajaran pjok.

Saat Jesellyn berlari ke arah lapangan untuk memungut bola basket dan beberapa alat lain, seseorang yang Leona tahu nama nya mendekat. Seorang lelaki berpostur tinggi dengan tubuh atletis khas atlet basket melangkah ke arahnya, dia Jake Masson, ketua tim basket SMA Cakrawala. Kakak kelas itu terkenal ramah, mudah bergaul, dan kerap menjadi pusat perhatian di kalangan siswi.

"Leona, tadi aku lihat kamu main lumayan juga," ucap Jake dengan senyum hangat.

Leona sedikit terkejut dengan perhatian mendadak itu. "Ah, tidak ... aku cuma ikut instruksi tadi. Aku tidak terlalu pandai dalam permainan ini."

VARELLEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang