Satu minggu setelah kejadian penyelamatan orang tua Harsa, Harsa masih belum kembali seperti biasanya. Alih-alih menjadi ketua yang garang dan tegas, dia malah semakin polos dan ceria.
Bahkan, teman-temannya di kampus mulai memperhatikan perubahan sikapnya, Harsa yang selalu terlihat culun berubah menjadi imut.
“Harsa…?” seorang seniornya, Rina, menatapnya ragu. “Kamu nggak kenapa-napa, kan?”
Harsa, yang sedang duduk di kantin kampus sambil mengayunkan kakinya, hanya tersenyum cerah. “Kenapa emangnya?”
Rina mengerjap. “Kamu… biasanya pake masker terus. Sekarang malah imut.”
Harsa mendengus. “Aku selalu imut”
Rina semakin bingung. Biasanya Harsa paling tidak suka diajak bicara, ia bahkan selalu menyendiri, dan Harsa pasti langsung pasang tampang dan wajah culun nya itu dan selalu menuruti perintah senior senior nya. Tapi sekarang?
Dari kejauhan, keenam suaminya memperhatikan dengan ekspresi waspada, mereka sedang memesan makanan untuk Harsa .
“Ini buruk,” bisik Jemian sambil menyilangkan tangan. “Kalau dia terus kayak gini, bakal banyak orang yang mendekatinya.”
“Bukan buruk, ini bencana,” gumam Jovan. “Lihat tuh, semua orang udah mulai ngerubungin dia.”
Dan benar saja, beberapa mahasiswa lain mulai mendekati Harsa di kantin itu, entah sekadar ingin ngobrol atau iseng menggodanya.
Malvin mendecak pelan sebelum berjalan mendekat dan langsung duduk di samping Harsa. Dengan santai, dia merangkul bahu Harsa dan menariknya lebih dekat. “Sayang, lagi ngapain?, ini makanannya”
Harsa berkedip sebelum tersenyum cerah. “Ngobrol sama teman-teman, eh makasih yaa”
Malvin melirik sekeliling, memberikan tatapan tajam yang cukup untuk membuat beberapa mahasiswa mundur perlahan.
Tak lama, Ravindra ikut bergabung, lalu menarik tangan Harsa ke pangkuannya. “Udah, istirahat aja di sini.”
Harsa mengerutkan kening. “Tapi aku lagi seru—”
Calvin menempelkan telunjuk ke bibirnya. “Nggak boleh capek-capek.”
Jonathan menatap Harsa dengan mata lembut. “Kami khawatir kalau kamu terlalu banyak berinteraksi sama orang lain…”
Jovan menyeringai. “Iya, soalnya kamu terlalu imut sekarang. Bahaya.”
Harsa mendengus pelan. “Kalian ini kenapa sih?”
Jemian yang sejak tadi diam akhirnya menghela napas sebelum menunduk dan menatap Harsa dalam-dalam. “Karena kamu kesayangan kita.”
Mata Harsa membesar. Pipi polosnya langsung memerah, membuat keenam pria di sekelilingnya semakin gemas.
“Pfft, lihat tuh mukanya,” bisik Jovan sambil tertawa kecil.
“Manis banget,” gumam Calvin sambil mengusap rambut Harsa dengan sayang.
“Udah nggak bisa ditinggal sendirian,” Ravindra mengangguk setuju.
Harsa yang mulai merasa panas di wajahnya akhirnya meringkuk dalam dekapan Malvin, bersembunyi dari tatapan usil suami-suaminya. “Jangan ganggu aku…, aku mau makann”
Malvin hanya tertawa sebelum mengecup puncak kepalanya. “Tenang, kita bukan ganggu. Kita cuma memastikan kamu tetap di sisi kita.”
Dan di tengah kampus yang ramai, Harsa yang semakin polos dan imut itu terus dikelilingi oleh keenam suaminya yang semakin posesif.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY CHAIRMAN[Harem?] END
Fanfictiontentang Harsa, yang terpaksa harus nikah sama anggotanya tongkrongannya sendiri. ??ALUR RINGAN ??haechanxdream ??jngn plagiat tol kata kata campurann yaa