Perjalanan pulang terasa lebih lama dari biasanya.
Ni-Ki berjalan di samping Jake, tapi tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Suasana di antara mereka terasa berbeda.
Ada sesuatu yang belum selesai. Sesuatu yang menggantung di udara di antara mereka, sesuatu yang belum terjawab.
Ni-Ki tahu bahwa Jake bukan tipe orang yang mudah terbuka tentang perasaannya.
Tapi... sampai kapan ia harus menunggu?
---
Langkah yang Ragu-ragu
Jake akhirnya membuka suara.
"Kau marah padaku?"
Ni-Ki menoleh, menatapnya dengan mata tajam. "Kenapa aku harus marah?"
Jake menghela napas. "Karena aku belum bisa memberikan jawaban yang kau inginkan."
Ni-Ki berhenti berjalan.
Jake ikut berhenti, menatapnya dengan ragu.
Ni-Ki menatapnya lama sebelum akhirnya berkata, "Aku tidak marah. Aku hanya..."
Ia menggigit bibirnya.
"Aku hanya takut."
Jake menatapnya, sedikit terkejut. "Takut?"
Ni-Ki menunduk, menatap jalanan di bawahnya. "Takut kalau pada akhirnya aku hanya berharap pada sesuatu yang tidak pasti."
Jake terdiam.
Ni-Ki mengangkat wajahnya lagi, menatap Jake langsung.
"Aku tidak memaksamu untuk memberikan jawaban sekarang," lanjutnya. "Tapi aku ingin tahu satu hal... Apakah aku punya kesempatan?"
Jake menatap Ni-Ki dalam diam.
Matanya menunjukkan konflik batin yang sulit dijelaskan.
Lalu, akhirnya, ia tersenyum kecil.
"Tentu saja kau punya kesempatan."
Ni-Ki menahan napas.
"Tapi..." Jake melanjutkan, "Aku ingin melakukannya dengan benar. Aku tidak ingin memberimu harapan hanya untuk menghancurkannya nanti. Aku ingin memastikan kalau ini bukan perasaan yang datang karena tekanan atau karena kita terlalu dekat."
Ni-Ki menatapnya tanpa berkedip.
Lalu, ia tersenyum kecil.
"Baiklah..."
Jake sedikit terkejut. "Baiklah?"
Ni-Ki mengangguk. "Aku bisa menunggu."
Jake tersenyum lega. "Terima kasih."
Mereka kembali melanjutkan perjalanan, kali ini dengan perasaan yang sedikit lebih ringan.
---
Orang Ketiga yang Mengamati
Di seberang jalan, seseorang memperhatikan mereka dari kejauhan.
Heeseung menyandarkan tubuhnya ke tembok, matanya tajam mengamati interaksi antara Jake dan Ni-Ki.
Ia tersenyum kecil, sedikit geli melihat bagaimana Ni-Ki terlihat begitu serius.
"Ternyata benar," gumamnya pelan. "Ni-Ki benar-benar menyukai Jake."
Tapi kemudian, senyumnya sedikit memudar.
Ada sesuatu dalam dirinya yang tidak nyaman melihat mereka berdua seperti itu.
Bukan karena ia tidak ingin Ni-Ki bahagia...
Tapi karena ia mulai menyadari sesuatu yang aneh dalam dirinya sendiri.
Sesuatu yang belum bisa ia jelaskan.
Tapi yang jelas, Heeseung tahu satu hal...
Ini tidak akan menjadi kisah yang sederhana.
---
JANGAN LUPA DI VOTE ⭐⭐⭐

KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Devotion S2 (NikWon)
RomanceSetelah melalui berbagai kebingungan dan konflik batin, Ni-Ki mulai menyadari bahwa perasaannya terhadap Jungwon lebih dari sekadar ikatan keluarga. Namun, ketika Jake teman yang selama ini ada di sisinya mulai menunjukkan perasaan yang lebih dalam...