抖阴社区

Chapter 4: Unexpected Connection

67 10 0
                                        

.

.

🎧 Recommended Song"Sweet Night" – V (BTS) 

.

.

Acara hampir selesai, dan suasana semakin tenang. Tamu-tamu mulai meninggalkan ruangan, sementara panitia sibuk merapikan barang-barang dan memastikan semuanya beres. Namun, sebelum semuanya pulang, salah satu panitia memberikan ide.

"Bagaimana kalau kita foto bareng ENHYPEN dan panitia dulu sebelum pulang?" kata salah satu panitia, yang langsung disetujui oleh yang lain.

Semua orang yang masih ada di ruang acara, baik panitia maupun para member ENHYPEN, berkumpul di tengah ruangan. Namisha, yang sudah lelah tapi tetap bersemangat, ikut bergabung. Dia berdiri di sisi yang agak jauh dari para member. Ia memandang sesekali ke arah Ni-Ki, yang tengah tertawa bersama Sunghoon di sebelahnya. Senyum cerah terukir di wajah para member, dan suasana menjadi lebih santai. Mereka tampak seperti teman, bukan bintang pop yang sering mereka lihat di layar.

Setelah foto bersama selesai, percakapan ringan mulai terdengar di antara para tamu dan panitia. Semua orang merasa lebih santai, dan Namisha pun ikut menikmati momen itu meski tetap menjaga jarak profesional. Beberapa anggota ENHYPEN tampak berbicara dengan para tamu lain, saling bertukar senyuman dan kata-kata yang membuat suasana semakin hangat.

Namisha memutuskan untuk beristirahat sejenak. Ia menuju kamar mandi dia butuh istirahat sebentar setelah berjam-jam bekerja di acara. Setelah beberapa menit, ia keluar dari kamar mandi, berharap bisa beristirahat lebih lama sebelum pulang.

Namun, saat ia berputar di sudut koridor, matanya langsung teralihkan oleh seseorang yang tengah berjalan ke arahnya. Matanya membelalak. Tidak salah lagi, itu adalah Ni-Ki. Tanpa sadar, detak jantung Namisha mulai cepat. Ia berusaha terlihat biasa saja, meskipun hati dan pikirannya tidak bisa tenang.

Ni-Ki tersenyum ringan ketika melihat Namisha. "Oh, kamu panitia yang tadi, kan?" tanyanya, suaranya lembut dan santai. "Kamu masih di sini?"

Namisha terkejut, lalu tersenyum kikuk. "I-ya, saya... panitia acara tadi," jawabnya dengan suara agak tercekat. Ia merasa canggung karena tak menyangka akan bertemu lagi dengan Ni-Ki di koridor kamar mandi seperti ini.

Ni-Ki menatapnya dengan senyum yang tak hilang dari wajahnya. "Senang banget bisa lihat kamu di sini. Acara tadi keren, kamu banyak bantu di sana, kan?" tanyanya dengan nada yang ramah.

Namisha merasakan sedikit ketegangan mereda. "Iya, aku ikut bantu beberapa bagian acara," jawabnya, kali ini suaranya lebih tenang. "Aku juga senang bisa ikut terlibat."

Ni-Ki tersenyum lebih lebar. "Aku bener-bener terkesan sama acara ini. Kamu dan panitia yang lain luar biasa," puji Ni-Ki tulus. "Kamu pantas banget buat dapat apresiasi," tambahnya.

Namisha sedikit terkejut, merasa bahagia sekaligus tidak percaya. "Makasih, itu berarti banget buat aku," jawabnya, merasa sedikit malu mendengar pujian langsung dari idolanya.

Setelah beberapa detik terdiam, Ni-Ki melanjutkan, "Oh iya, boleh nggak aku minta nomor kontak kamu? Kalau nanti ada hal yang perlu aku tanyain tentang acara ini, atau kalau aku perlu lebih banyak informasi, aku bisa hubungi kamu kan?"

Namisha agak terkejut dengan permintaan itu, namun ia merasa hal tersebut wajar mengingat Ni-Ki ingin tahu lebih banyak tentang acara ini. Ia pun mengangguk, meskipun sedikit ragu. "Tentu, ini nomor aku," katanya sambil memberikan nomor ponselnya.

Ni-Ki menerima nomor tersebut dengan senyum yang semakin lebar. "Makasih ya.." ujarnya dengan penuh rasa terima kasih.

Setelah percakapan singkat itu, Ni-Ki melangkah pergi, dan Namisha merasa suasana hatinya campur aduk. Dia berjalan kembali ke tempat lain, memikirkan pertemuan singkat itu.


***


Di jalan pulang menuju dorm, Ni-Ki duduk di dalam van bersama member lainnya. Obrolan santai mengalir, tapi pikirannya terus kembali pada satu momen di acara tadi—saat pertemuannya dengan Namisha. Meski hanya sebentar, ada sesuatu dalam cara gadis itu bicara, senyum malu-malunya, dan ketenangan yang dia bawa... yang membuat Ni-Ki terus mengingatnya.

Sesampainya di dorm, Ni-Ki masuk ke kamarnya. Ia mengganti pakaiannya, menyandarkan tubuhnya di tepi tempat tidur, lalu meraih ponselnya. Ia membuka kontak baru yang tadi ia simpan.

Matanya menatap nama "Namisha" di layar.

Diam-diam, sudut bibirnya terangkat pelan.


***


Setelah acara benar-benar berakhir, Namisha pulang ke rumah dengan perasaan masih berbunga-bunga. Begitu sampai di rumah, ia langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket dan lelah.

Selesai membersihkan diri, Namisha membaringkan tubuhnya di atas kasur. Rasa lelah di sekujur tubuhnya perlahan mereda, digantikan oleh kenyamanan selimut dan aroma segar dari tubuhnya yang baru selesai mandi. Ia memejamkan mata sejenak, berniat untuk bersantai dan mengistirahatkan diri.

Tiba-tiba, layar ponselnya menyala, menampilkan sebuah notifikasi chat yang tidak dikenalnya. Namisha ragu sejenak, tapi akhirnya ia membuka pesan tersebut.

Jantungnya berdegup cepat. Ia hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Jemarinya sedikit gemetar saat membaca pesan tersebut.


"Halo, Namisha. Ini Ni-Ki."


***


to be continued...

From Crowd to Cloud Nine [Nishimura Riki]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang