抖阴社区

Dua

284 29 1
                                        

Setibanya disekolah, Nata langsung memarkirkan motor kesayangannya itu dengan perlahan. Melepas helm yang dia kenakan dan merapikan sedikit rambutnya yang terlihat berantakan.

Bisa dibilang jarak antara rumah Nata dengan sekolahnya cukup jauh, karena sekolah Nata termasuk ke daerah Perkotaan.

Nata melangkahkan kakinya pelan menuju ke arah kelasnya. Di sepanjang jalan, Nata hanya “menulikan” telinganya, mendengar berbagai macam perkataan yang terlontar dari mulut siswa.

“Woy dekil wkwk”
“Wehh bencong lewat uyy”
“Nih anak miskin ngapain sekolah disini, mending pindah lu”

Semua perkataan menyakitkan itu sudah biasa Nata dengar. Ya! Nata telah dibully selama ini.

Tapi Nata tidak ambil pusing, untuk apa dia membalas hal itu pikirnya, selagi tidak menyentuh dan melukai fisiknya, maka Nata akan bodo amat saja.

Semua perkataan yang diterima Nata disebabkan karena hanya Nata satu satunya murid yang miskin di sekolahnya, rata rata yang masuk di sekolah ini adalah anak-anak pejabat dan berkecukupan, Nata hanyalah murid yang mendapat beasiswa dan masuk menjadi siswa di sekolah elit ini. Hal itu malah membuat Nata menjadi terbully, dan untungnya masih hanya secara perkataan, tidak sampai menggangu fisiknya, kecuali manusia bangsat satu itu. Dean Argantara.

Nata memasuki ruang kelasnya dan duduk di bangku, mengelus pelan dahinya yang terasa nyeri.

“BRAKKK!” Gerombolan siswa datang secara bar bar dan menggebrak meja Nata.

Baru saja Nata ingin mendapatkan ketenangan, tapi kini masalah datang kembali. Dean Argantara and The Gang, yang selalu mengganggunya, datang dan melihat dengan rendah ke arah Nata.

“Hah~ apa lagi? Dean? Ga cukup lo bikin dahi gua luka kemarin?” Nata hanya menatap jengah wajah Dean.

Sedangkan Dean hanya tersenyum menatap remeh ke arah Nata dan menyilangkan tangannya di dada.

“Ga cukup! Sampe lu pindah dari sekolah ini. Jan, sikat.” Perintah Dean menyuruh anak buahnya untuk mulai melakukan sesuatu  ke Nata.

Untungnya ketika Dean and The Gang mau melakukan sesuatu ke Nata, Guru mereka masuk ke kelas,  dan Dean and The Gang kembali ke kursinya masing masing.

Mata Nata dan Dean bertemu sebentar, sebelum Dean memutus kontak mata mereka,  tatapan Dean bisa mengartikan “Oke, lu lepas kali ini”

Nata tidak mengerti, apa yang menyebabkan dirinya begitu terhina sekolah disini, ia tahu kalau ia memang anak yang kurang mampu, tapi apa salahnya bukan?

“Baik anak anak, hari ini kita akan belajar tentang Astronomi, silahkan buka bukunya halaman 127..”

Nata menggelengkan kepalanya, dan berusaha fokus untuk belajar.

“Kringgg!”

Bel istirahat pun akhirnya tiba, dan seluruh siswa siswi berhamburan keluar kelas menuju ke kantin, berbeda dengan Nata yang mengasingkan dirinya ke Perpustakaan.

Perpustakaan adalah tempat ternyaman kedua setelah rumahnya menurut Nata.

Nata melangkahkan kakinya menuju Perpustakaan, dan langsung mengisi buku pengunjung.

“Ga bosen kesini terus?” Ucap Mba Narti selaku penjaga perpustakaan.

Nata hanya tersenyum memperlihatkan giginya.
“Hehee, ngga Mba, soalnya aku suka baca buku.”

Jawaban itu hanya membuat Mba Narti menggelengkan kepala nya pelan, ia tahu, sudah banyak kasus siswa yang seperti ini, dimana ketika anak desa yang sekolah di sekolah elit ini, pasti akan dibully dan akhirnya tempat mereka berdiam diri adalah perpustakaan sekolah.

Nata kemudian memilih milih buku yang akan dia baca, dan berakhir dirinya duduk di paling ujung ruangan.

Nata kembali merenungkan hal yang terjadi selama ini, inilah hal yang Nata sembunyikan dari sang Ibu, Nata tidak mau kalau Ibunya tau bahwa dirinya terbully ketika sekolah disini.

Nata banyak menoreh prestasi, dia selalu peringkat 3 besar selama sekolah disini, maka dari itu Ibunya percaya percaya saja dengan Nata dan tidak menaruh curiga sedikitpun jika Nata kadang pulang dengan keadaan aneh, seperti bajunya yang basah kuyup, tangannya yang lecet, dan bahkan Seragamnya yang pernah robek. Biasanya Nata akan beralasan ia tadi bermain main dengan temannya.

Nata mengingat kembali pembullyan yang ia dapatkan ketika bersekolah disini, mulai dari dirinya kelas 10 sampai sekarang, sakit memang, tapi ia tahan demi kebaikan Ibunya, lagi pula sekolah ini memang sekolah impian Nata.

Semua perkataan sudah biasa Nata terima, tapi entah mengapa satu siswa bernama Dean Argantara itu sangat suka sekali mengganggu dirinya secara fisik.

Bahkan pernah waktu Nata baru masuk disekolah ini, dimana ketika dirinya memperkenalkan diri sebagai siswa yang kurang mampu dan mendapatkan beasiswa, Dean adalah orang yang pertama kali menyoraki dirinya ketika itu. Dean bilang, Dean tidak suka ada orang miskin disini.

Aneh pikir Nata. Namun Nata bukanlah sosok yang lemah, ia hanya bodo amat dengan semua itu, buktinya ia bisa menggaet perhatian guru dengan prestasi nya, meski kadang banyak juga guru-guru yang  tidak suka padanya.

“Huhh~ tahan tahan Nata, bentar lagi lulus, dan lo ga akan ketemu lagi sama semua nya.” Ucap Nata gusar kepada dirinya sendiri dan kembali fokus pada bukunya.

“Grepp!”

Buku yang Nata genggam tiba-tiba diambil begitu saja, dan ketika Nata mendongak dia sudah tau pelaku nya siapa. Dean Argantara.

Nata menghembuskan nafasnya pelan. Matanya menelisik wajah Dean, Struktur wajahnya yang bisa dibilang tampan dan rahangnya yang kokoh, tapi sama sekali tidak sesuai dengan perilaku nya.

Nata lalu bangkit dari duduknya dan menatap Dean yang kini sendirian, biasanya dirinya ditemani oleh Gang-nya.

“Apalagi Dean? Kenapa si lo suka banget gangguin idup gue? Hah? Bilang ke gua kalo gue ada salah sama lo!” Nata mengucap itu hampir berteriak, ia sudah tidak bisa membendung emosinya, selama ini Nata hanya diam ketika Dean membullynya.

“Wow.. wow.. santai santai, gua kesini cuma mau baca buku doang, kebetulan buku ditangan lu buku yang gua mau baca, kok jadi sewot?” ucap Dean remeh.

Nata tidak habis pikir sekarang, dia mengelus pelan dahinya yang kembali berdenyut.

“Gini ya, lo bilang yang sebenarnya aja. Gausah pake alasan segala. Gue pernah ganggu idup lo? Hah!?” Nata menunjuk muka Dean.

Dean tersenyum remeh mendengar hal itu.

“Ngga si, cuman gua risih aja ngeliat lu yang notabenenya anak orang miskin, malah gabung di sekolah elit kek gini. Apalagi sekolah ini bapak gua yang jadi donatur tiap bulannya, kek ngerasa Najis aja gitu ada lu disini.” Ucap Dean sambil mengangkat bahu dan memasang buka arogannya.

Nata menjatuhkan rahang nya tidak percaya, apa hanya karena itu dirinya terbully oleh Dean? Ga masuk akal.

Nata menggelengkan kepalanya pelan, bulir air mata mulai turun dari matanya, Nata sudah tidak bisa menahan tangisnya.

“H-hiks.. lo manusia paling bangsat tau ga? Seenak itu lo bilang gua najis mentang mentang gua miskin? LO GAPERNAH NGERASAIN GIMANA JADI MISKIN ANJINGG!”

Nata meluapkan emosi nya, berteriak. Untung di perpustakaan ini hanya ada dirinya dan Dean, dan Mba Narti yang sedari tadi hanya menguping pembicaraan mereka sambil bersembunyi dibalik rak rak buku.

Dean tertegun mendengar teriakan Nata.

“Jangan mentang mentang lo anak orang kaya bisa seenaknya begini ke gue, gue juga manusia Dean, gue punya hati. lo ga akan pernah tau gimana rasanya nyari uang biar lo bisa makan, lo ga tau gimana rasanya nyari uang bisa bisa hidup Dean, mikir. Mana otak lo, H-hiks. Gue harap hati lo terbuka, dan gue doain semoga lo ga akan miskin kek hidup gue!.”

Nata langsung meninggalkan Dean sambil menyeka air matanya. Meninggalkan Dean yang terdiam karena perkataan Nata barusan.

Forgive Me, NatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang