Tidak terasa sudah enam bulan Nata menjadi sekretaris pribadi Dean dan dalam kurun waktu itu, dunia keduanya perlahan berubah. Tepat sebulan yang lalu, Nata akhirnya resmi menjadi milik Dean.
Bukan lagi hanya sebagai partner kerja, tapi sebagai seseorang yang Dean genggam erat dan tak mau lepas, bahkan sedetik pun.
Sejak hari itu, Dean berubah menjadi lebih posesif. Karena sekarang, prinsip Dean adalah Nata hanya miliknya seorang.
Pernah suatu waktu, Nata hanya berdiri dari kursinya dan melangkah pelan ke luar ruangan. Niatnya cuma ke toilet. Tapi baru beberapa detik pintu tertutup, ponselnya bergetar.
Chat dari Dean.
Mas Sayang
Mau ke mana? - 09.07Nata yang membaca pesan itu cuma bisa membulatkan matanya dan membalas.
Nata
Toilet. Kenapa? - 09.08Balasan Dean langsung muncul.
Mas Sayang
Bilang dulu kalau mau ke mana-mana. Aku kira kamu pergi tanpa aku tahu. - 09.08Dan pas Nata balik ke ruangannya, Dean cuma melirik sekilas lalu berdeham pelan.
“Aku nggak suka kalau kamu tiba-tiba ngilang, sayang.”
Sedangkan Nata hanya mengangguk sambil tersenyum kikuk.
Contoh selanjutnya ketika pagi hari waktu itu, belum lima menit Nata membuka mata, notifikasi sudah muncul di layar ponselnya.
Mas Sayang
Selamat pagi, cantik. Sarapan apa tadi? Jangan asal makan, ya. Protein-nya harus cukup. Ayam, telur, atau paling enggak susu. - 05.01Kalau Nata jawab seadanya kayak, Roti doang, Dean pasti akan langsung menelpon.
Suara beratnya terdengar setengah manja, setengah galak.
“Sayang, kamu tahu nggak, roti itu cuma karbo doang. Kamu tuh harus jaga energi, apalagi kerja bareng aku, harus kuat. Udah aku kirimin makanan ke kos kamu. Tunggu ya.”
Lalu ketika suatu malam, Dean tiba-tiba kirim voice note.
Mas Sayang
“Nataaaa, kok udah dua hari nggak upload story? Biasanya juga update makanan, update muka ngantuk, update langit pun jadi. Sekarang nggak ada. Aku di-privasi, ya?” - 20.08Nata langsung ngakak sambil membalas,
Nata
“Pffttt Mas! Astaga~ Aku sibuk ih, kan banyak yang diurus sayang.. bukan nge-privasiin kamu.”- 20.10Tapi Dean masih ngambek manja.
“Pokoknya nanti malam harus ada story, minimal satu, biar aku tahu kamu baik-baik aja. Kalau nggak, aku video call terus sampe kamu tidur.”Contoh lainnya, pernah sekali, Nata memakai kemeja ketatnya saat ngantor karena semua baju formalnya lagi dicuci.
Belum lima menit masuk ruang kerja, Dean udah berdiri sambil angkat alis sambil melipat tangannya melihat Nata.
“Sayang… hari ini kamu gemes banget, tapi ganti ya? Please? Aku nggak bisa kerja tenang kalau kamu jalan-jalan di kantor kayak gitu.”
Nata mendelik, “Masalahnya aku udah nggak punya baju lain.”
Beberapa menit kemudian, datang kurir nganter paket atas nama Nata Diantara.
Nata heran dan ketika Nata membuka isinya : Kemeja ber-Merk 3 lembar, dan satu outer baru.
Dean cuma nyengir dari balik laptop, “Aku siapin cadangan. Tuh, buat kamu.”
Dan terakhir ketika di jam makan siang, Dean yang lagi sibuk menandatangani dokumen tiba-tiba melirik ke arah Nata yang duduk di sofa.
Wajah Nata sumringah, gigi kelincinya terlihat dan senyum-senyum sendiri sambil memainkan Handphone nya.
Dean langsung menghentikan kegiatannya.
“Sayang, kamu senyum kenapa? Itu bukan dari aku kan?”
Nata memutar bola matanya malas, Ia langsung menunjukkan layar HP-nya yang ternyata isinya hanya meme lucu dari grup alumni.
Dean mendekat, duduk di sebelahnya, lalu berkata sambil mencubit pipi Nata pelan.
“Kalau bukan aku yang bikin kamu senyum, aku cemburu.”
Seketika Nata terbahak. Tapi hatinya juga meleleh.
…
Mengingat semua momen itu membuat Nata sadar, Dean benar benar tidak main main tentang perasaan nya.
Awalnya, Nata sempat heran dengan semuanya. Tapi semakin lama, dia sadar, Dean memang bukan tipe yang bisa menyembunyikan rasa sayang. Ia mengekspresikan cintanya dengan cara protektif. Dan walaupun kadang terasa berlebihan, Nata tak pernah benar-benar keberatan. Karena di balik semua itu, ada tatapan Dean yang selalu hangat saat menatapnya, ada genggaman tangan yang tak pernah melepaskan, dan ada kecupan tiba-tiba di dahi yang membuat jantung Nata meleleh tiap kali Dean menyuruhnya hati-hati.
Di kantor pun juga begitu. Setiap cowok yang berani mendekati meja Nata lebih dari tiga menit pasti akan menerima tatapan tajam Dean dari ruangannya.
Bahkan rekan satu tim mereka, Dika, pernah berkata “Gue ngerasa diawasin kayak maling tiap ngobrol sama Nata njir.”
Nata cuma bisa nyengir. Tapi malamnya, dia pasti menerima pelukan erat Dean dan bisikan.
“Jangan deket-deket sama cowok lain. Kamu punyaku..”
…
Ruang Rapat, Lantai 11, Argantara Corp Pukul 10.00 WIB
Ruangan rapat hari ini terasa lebih santai dari biasanya. Tak ada tumpukan dokumen menegangkan atau tatapan serius dari para atasan. Justru, bisik-bisik kecil dan senyum mengembang mulai menghiasi wajah para karyawan.
Beberapa bahkan sudah curiga pasti akan ada pengumuman penting. Apalagi saat Pak Rudi, HR Manager yang biasanya penuh ekspresi flat, hari ini senyumnya lebar dari ujung ke ujung.
Dean duduk di ujung meja, dengan Nata di sebelah kanannya. Tak seperti biasanya yang selalu serius menatap layar laptop, kali ini Dean menyilangkan tangan santai di dada, sesekali mencuri pandang ke arah Nata yang sedang menulis kecil di notes-nya.
Pak Rudi berdiri di depan, menekan pointer presentasinya dan menampilkan satu slide besar bertuliskan:
"PENGUMUMAN LIBUR TAHUNAN & CUTI BERSAMA"
Dan benar saja, ruangan langsung dipenuhi bisik-bisik kegirangan.
“Kami tahu kalian sudah bekerja keras beberapa bulan terakhir,” buka Pak Rudi dengan suara hangat.
“Dan karena performa tim luar biasa, Pak Dean juga menyetujui tambahan tiga hari cuti bersama. Artinya, kita akan libur selama dua minggu penuh, terhitung mulai Senin depan!”
Seketika ruangan meledak dengan tepuk tangan, sorakan kecil, dan bahkan beberapa yang langsung buka ponsel buat ngecek harga tiket dan promo hotel.
Dean hanya tersenyum kecil, lalu membisik ke Nata tanpa melepas pandangan dari slide presentasi.
“Kita pulang kampung, mau ga? Udah lama nggak ke Desa”
Nata menoleh pelan, sedikit kaget tapi senyumnya tak bisa disembunyikan. “Serius mau kesana?” Ucap Nata sedikit Excited. Nata sudah lama rindu dengan keadaan tempat kelahirannya.
Selama ini Nata memang sudah rindu dengan tempat asalnya itu, namun dipenuhi dengan kesibukan bekerja, Nata jadi tidak ada waktu untuk berlibur, dan inilah saatnya. Apalagi kali ini, Bos Perusahaan nya juga yang mau berlibur ke Desa.
Dean mengangguk mantap.
“Aku Kangen juga sama kak Dani, apalagi sekarang mereka kan udah punya anak, pasti seru buat main kesana”Nata tertawa pelan, dan dalam hatinya, tiba-tiba muncul perasaan hangat, perasaan yang dulu mungkin asing, tapi sekarang terasa sangat dekat.
Pulang ke tempat asal, tapi dengan orang yang kini menjadi rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me, Nat
Romance"Lo gak bakal pernah ngerti, Dean." Ucap Nata gemetar, matanya memerah dan air mata perlahan membasahi pipinya. "Ngerti apa?" Dean menatap mata Nata. Dean tahu, hanya amarah yang muncul dari tatapan Nata. "Gimana rasanya dihina cuma karena lo lahir...