抖阴社区

27

2.9K 234 101
                                        

*
*
*

bi sinta naik ke lantai dua, ke tempat kamar galen berada. tangannya dengan ragu mengetuk. pelan, tapi akhirnya lebih kuat sebab tak ada jawaban dari dalam.

"aden... sarapan, yuk? aden dari pulang kemarin belum makan, kan?"

hening, tak ada jawaban jelas dari dalam. bi sinta yang panik pun akhirnya kembali mengetuk lebih keras.

"aden?"

tak berselang lama, akhirnya pintu itu terbuka. namun galen tak keluar, hanya sedikit membuat kepalanya tampak di tepian pintu.

"kenapa, bu?" tanya galen dengan suara parau dan serak khas bangun tidur.

"aden belum sarapan, kan? ayo turun, bibi sudah masak buat aden..."

dapat bi sinta lihat, galen mengangguk pelan dan lemah.

"aku mandi dulu," katanya yang langsung menutup pintu tanpa menunggu protes bi sinta. akhirnya ia hanya dapat menghela napas pelan lalu turun kembali ke lantai satu.

*

*

*

di dalam kamar galen tak benar-benar mandi seperti apa yang ia ucapkan pada bi sinta. masih terduduk di lantai dingin dan bersandar di tepi ranjang.

galen termenung, semuanya jadi terasa kacau dan semakin menyakitkan. mengapa dunia semenyebalkan ini? perasaannya terus-menerus dipermainkan.

kepalanya galen letakkan di tepi kasur, netranya terpejam dengan dahi yang sesekali mengerut menahan sakit.

sejak pulang dari rumah sakit perut, pinggang, dan punggungnya sakit. ia sudah muntah lebih dari lima kali semalam. bahkan galen belum tidur sama sekali.

matanya mengantuk, tapi tubuhnya seolah menolak untuk di bawa tidur. kakinya lemas, dan sekarang dadanya pun terasa sesak.

tangan galen mengepal, dengan sebuah botol pipih berwarna putih di tangan kanan. air matanya kembali menetes kala rasa sakit itu semakin menjadi.

kini tangan kanannya sudah bertengger di pinggang. merematnya kuat seolah sakit itu bisa hilang jika di tekan kuat.

galen baru ingat jika keadaannya jauh dari kata stabil akhir-akhir ini. tapi dia malah melupakan soal cuci darah. kepalanya terlalu di penuhi oleh genta, genta, dan genta.

daripada mati, galen lebih takut kehilangan genta. itulah faktanya, fakta yang selamanya tak dapat mengubah pendirian galen

bahwa genta satu-satunya, adik, saudara, keluarga. jauh dari ayah, dan kedua kakaknya membuat galen hanya bisa percaya bahwa kasih sayang genta satu-satunya yang ia punya.

namun setelah kejadian itu, galen merasa dunianya runtuh. genta tak lagi mencarinya. genta tak ingin menemuinya. saudara kembarnya itu terlalu takut terluka lagi karenanya.

"sshh... hah, bisa mati gue kalau kayak gini terus," katanya diiringi kekehan hambar.

sesaat kemudian galen terdiam. bisikan di kepalanya seolah memberitahu jika dunia saat ini sedang mentertawakannya. karena kebodohannya, kecerobohannya, dan kegagalannya menjaga kepercayaan orang-orang yang peduli padanya.

anak itu memejamkan matanya, duduk memeluk kedua lututnya dengan wajah bersembunyi di balik lipatan tangan.

"kalau aku mati dan kasih mataku untuk genta, ayah pasti senang... genta juga pasti bahagia karena bisa lihat lagi."

galen kembali terdiam, mengangkat wajahnya, netranya menatap langit-langit kamar dengan sedikit tatapan kosong di dalamnya.

"apa gue mati aja?"

Galen's Shadow || Park Jongseong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang