抖阴社区

Bab 33

31.3K 3.2K 701
                                        

Raka menggeleng. Entah kenapa, dia ingin menangis saja sekarang. Terlalu syok, terlalu tiba-tiba. Raka tidak pernah menyangka bahwa Athan dengan suka rela menyelamatkannya, hingga kakaknya itu yang mendapat luka.

Tapi, kenapa ini terjadi? Yang pertama bundanya, sekarang kakaknya yang jadi korban. Raka harus bersikap seperti apa? Sempat terlintas di benaknya, bahwa dia adalah pembawa sial.

Orang-orang mulai mendekat, membentuk kerumunan. Ada juga yang menghampiri mobil sedan yang sempat berhenti setelah tidak sengaja menabrak tadi.

Athan menghela napas lega. Beruntung dia segera datang dan melihat adiknya yang beberapa waktu lalu berada di tengah jalan. Tanpa berpikir panjang, dia langsung berlari mendorong sang adik agar tidak sampai tertabrak. Ya.. meskipun dia sendiri yang kena, namun tak apa. Hanya luka di lengan, dan mungkin ada tulang tangan yang patah.

Bukan masalah besar.

•••

"Tidak terjadi hal yang terlalu serius. Luka luar di lengannya sudah di obati, tapi tangannya harus di gips karena tulangnya sempat tergeser." Penjelasan dari dokter membuat Bastian mengangguk paham. "Hari ini juga sudah boleh pulang," lanjutnya.

Athan dibawa ke rumah sakit. Setelah dia diperiksa, tak lama Bastian, si kembar bersama Kay datang ke rumah sakit menyusul. Dari mana mereka tahu? Tentu saja mudah mendapatkan informasi sesama Alandra.

Setelah sang dokter pergi, Bastian melirik Athan di dalam ruang rawat yang menyender di atas kasur sambil memejamkan mata. Sulungnya itu santai sekali seolah tidak terjadi apa-apa. Mendapat luka seperti itu bagi Athan hanya seberapa. Bahkan dia pernah mendapatkan luka lebih parah dari sekadar itu.

Baru saja Bastian hendak masuk ruangan, namun langsung didahului Raka yang hanya melewatinya seolah ayahnya ini adalah pajangan bunga plastik.

Bastian menggeleng, tak urung melangkah masuk, diikuti si kembar dan Kay.

Raka duduk di kursi di samping brankar Athan. Ia mengamati lengan sang Kakak yang diperban dan digips tanpa berkedip sedikitpun.

Di ruangan itu suasana terasa tenang, tidak ada bentakan, tidak ada penekanan. Raka juga tidak disalahkan apa-apa dan hanya ditegur Bastian waktu di luar ruangan barusan.

Ivan yang duduk di sofa sambil makan buah apel, hanya diam santai seraya menatap Raka, seolah kakaknya yang di ranjang bukan apa-apa. Lalu, terkekeh kecil, dia berceletuk, "Segitu banget liatnya."

Athan yang merasa ramai di sekelilingnya membuka mata. Cukup kaget karena semuanya ada di sini, termasuk ayahnya. Dia menolehkan kepalanya ke samping, di mana Raka tengah duduk. "Raka?" panggil Athan mengubah posisi duduk dan menyentuh kepala adiknya.

Raka menoleh pada Bastian sejenak. Sang ayah mengangguk pelan. "Maaf.. ya?" ucapnya sedikit gagu. Tanpa sadar air matanya mengalir, Raka bersalah, dia merasa bersalah atas kejadian ini.

Athan mengelus kepala sang adik "Jangan minta maaf. Harusnya Abang yang minta maaf sama kamu karena kesalahan waktu itu. Maafkan Abang, ya." Semua terdiam. Wah..

Raka mengusap air matanya diikuti sesenggukan. "Iya.."

"Sudah. Jangan menangis atau merasa bersalah. Abang tak apa. Buktinya masih hidup sekarang." Athan mencoba menenangkan, yang mana membuat Raka berhenti mengeluarkan air mata.

"Abang cuma butuh pelukan." Athan tersenyum tipis, seraya merentangkan satu tangannya yang tidak terluka apa-apa.

Raka bergerak, memeluk singkat si Kakak sulung yang dahulu seolah membencinya, kini berani mendekapnya. Yang dulu keras kepala untuk menjadikan si bungsu harus disayang banyak orang tanpa memperdulikan Raka, kini melindungi dan rela terluka demi adik ke-empatnya.

Raka Alandra (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang