抖阴社区

[16]

4.8K 647 130
                                        

Reitama terbangun oleh suara langkah-langkah tergesa dan denting peralatan dapur yang bersahutan. Suasana rumah itu ramai sejak fajar belum sepenuhnya menyingsing. Aroma wangi seduhan rempah dan wangi kayu manis dari dapur menyeruak sampai ke kamarnya.

Ia keluar kamar dengan penampilan rapih tentu saja. Di ambang pintu, tatapan tajam Mbok Kasmirah langsung menyambutnya, tajam, menyelidik, tapi tetap sopan. Meski demikian, mulut wanita sepuh itu sigap menyapa.

"Sugeng enjing, Raden bagus." Sapanya, Reitama mengangguk menerima sapaan, dengan senyum geli.

Mbok Kasmirah ini kenapa selalu kemusuhan dengannya?

"Selamat pagi juga Mbok, masih pagi sudah sibuk ya?"

"Persiapan acara, Raden bagus."

Wulan muncul dari dapur, "Mas Rei sudah mau sarapan?" tanyanya, Reitama menggeleng.

"Masih pagi, Mbak Wulan, minuman hangat saja boleh."

Kasmirah memberikan tatapan tajam lagi saat Raden bagus itu mengekori Wulan ke dapur, kan bisa duduk manis di meja depan, menikmati suasana pagi dan dilayani.

Nempel sekali, mentang-mentang pengantin baru.

Reitama mengekor ingin tau, ia meneguk minuman hangatnya, ia duduk di bangku kayu kecil di dekat jendela dapur, sembari menghirup aroma wedang hangat yang disodorkan Wulan. Suasana pagi di luar tenang, suara burung mulai terdengar di kejauhan, dan cahaya hangat perlahan merambat masuk lewat kisi-kisi jendela.

Ia memperhatikan Wulan yang sedang merapikan tas jinjing dari anyaman pandan.

"Mau pergi ya?"

"Iya, Mas. Mau beli bahan kebutuhan buat nanti siang." Jawab Wulan sambil berdiri, merapikan rambut ke belakang telinga. "Kalau begitu saya tinggal dulu ya. Nggak lama kok."

"Sama siapa?"

"Naik angkutan."

Reitama meletakkan cangkirnya. "Kan ada saya. Mau saya antar?"

Wulan menoleh, sedikit terkejut. Ada jeda sejenak sebelum ia menjawab.

"Boleh, kalau tidak merepotkan Mas Rei."
,

Mobil Reitama melaju pelan menyusuri jalan kampung yang mulai sibuk. Udara pagi masih segar, riuh ramai Jayanagara pagi dengan kesibukannya, para pedagang mulai keluar, warga yang mulai beraktivitas.

Wulan duduk di sampingnya, merapatkan selendang tipis yang dikenakannya.

Jeep yang sama, yang mereka kendarai dari rumah Bli wayan,

Siapa sangka, dulu masih asing, sekarang sudah bersanding.

Anjay, Reitama! Ia geli sendiri.

Ia hanya tidak menyangka, rasanya begitu ringan setelah pembicaraan kemarin.

"Mas Rei tidurnya nyenyak?" Wulan membuka suara. "Maaf ya, rumah sudah ribut dari subuh."

"Nyenyak kok, Mbak Wulan. Ternyata benar, kalau sudah menikah, alarmnya ganti jadi suara wajan dari dapur." Ujarnya jenaka,  "Mbak Wulan sendiri, tidurnya gimana?"

Wulan tersipu, kendati demikian dia lantas menjawab;

"Ya, merem, Mas Rei, tutup mata."

Reitama menoleh, tidak menyangka Wulan akan ikut bergurau.

"Kan tadi nanya, tidurnya gimana?" lanjut Wulan,

Keduanya berpandangan, memandang wajah tanpa dosa Wulan, Reitama lantas tertawa, menggema diantara riuh disekitar.

LingsirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang