"Mungkin orangtua mereka sudah tahu kalau mereka akan membawa sial dan masalah saat besar, itu sebabnya mereka dibuang. Dewasa nanti mereka hanya akan menjadi pelacur yang menggoda suami orang." Tangan Jisoo terkepal erat mendengar ucapan seorang wanita tua di hadapannya. Rahangnya mengeras, dengan tatapan dingin yang terlihat siap menghancurkan siapapun. Ia sempat melirik sang istri yang berdiri tepat di sebelahnya sudah menunduk dengan mata berkaca-kaca, membuat darah Jisoo semakin mendidih.
Sementara Jennie yang berdiri di sebelahnya menunjukkan respon berbanding terbalik dengan Jisoo, sebagai wanita berhati lembut yang sudah membesarkan Ruka dan Ahyeon bertahun-tahun, hatinya sakit mendengar sendiri bagaimana dua putrinya di rendahkan seperti itu. Inikah yang harus putrinya alami di sekolah selama di sekolah tanpa ia ketahui?
BRAAAKK
Suara keras dari meja yang baru saja di tinju mengejutkan sekumpulan orang tua yang berbicara buruk tentang Ruka dan Ahyeon tadi, kini semua orang menatap tajam sang pelaku yang berdiri dengan marah sambil mencoba menahan tangisnya.
.
.
.
MY PARENTS ARE MY CLASSMATE
.
.
.
"Kalian menyebut diri kalian orangtua. Tapi kalian merendahkan anak-anak seolah kalian tidak memiliki anak. Apa kalian tidak malu?!" Lisa berucap dingin dengan suara meninggi setelah memukul keras meja di depannya. Bahkan kini tangan mulus idol terkenal itu terlihat terluka, tapi amarahnya membuat gadis Thailand tersebut tidak merasakan apapun selain sakit di hatinya.
Amarahnya memuncak, mendengar putri kesayangan dua orang yang sudah ia anggap sebagai kakak kandungnya sendiri direndahkan dengan kata-kata sekejam itu. Bagaimanapun Lisa juga sudah ikut merasa merawat dan membesarkan Ruka serta Ahyeon dengan tangannya, karena sejak ia mengenal Jennie dan Jisoo, saat itu juga dia mengenal dua malaikat cantik mereka.
"Jaga sikapmu nona Manoban, apa orang Asia Tenggara sepertimu layak meninggikan suara di hadapan kami?" Tuan Kim menatap tajam Lisa yang masih berdiri di tempatnya. Sementara Lisa semakin mengepalkan tangannya setelah mendapat komentar rasis seperti itu.
"Ternyata selain jelek, anda juga rasis ya Mr. Kim." Akhirnya satu-satunya orang eropa di ruang rapat tersebut membuka suara sambil tersenyum geli menatap satu persatu orang tua yang berada di pihak Eun Kyung.
"Apa kau mengatakan sesuatu tuan Eropa? Apa kita saling mengenal? Apa kau cukup penting untuk bicara denganku?" Mr. Robert semakin terkekeh geli mendengar ucapan dari Sang Menteri yang sedang berusaha meremehkannya. Pria berwajah tampan dengan fitur eropa yang khas tersebut sempat tertawa lepas, sebelum secara tiba-tiba sorot wajahnya menjadi dingin saat menatap Tuan Kim.
"Tidak semua orang berada di bawah kaki anda bapak Menteri. Sikap sombong anda ini benar-benar terlihat menggelikan." Mr. Robert berucap dingin sambil menepuk lembut tangan Lisa agar gadis yang sedang dikuasai amarah tersebut bisa menenangkan dirinya.
"Apa kau sedang mencoba melawanku Tuan asing? Apa kau sudah cukup mengenalku sampai kau berani berkata sok hebat seperti itu?" Tuan Kim merogoh sakunya dengan santai tanpa memperdulikan pandangan dingin dari Mr. Robert.
"Hentikan basa-basi ini, ku rasa semua ini sia-sia saja. Aku datang ke sini bukan sebagai perwakilan dari panti dan Yayasan yang menyokong Ruka serta Ahyeon, tapi aku datang untuk memperingatkan siapapun yang tidak bisa mengendalikan diriya dengan menyombongkan jabatan mereka." Jung Hun bangkit dan menatap satu persatu beberapa orang tua dari pihak kelompok Eun Kyung yang kini menundukkan kepala mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Parents Are My Classmates
FantasyJung Ahyeon dan Kawai Ruka, sepasang saudara tidak sedarah yang dilanda kebingungan saat kedua orang tua angkat mereka yang sudah sangat sukses, justru tiba-tiba kembali menjadi remaja seusia mereka dengan ingatan yang tidak berubah. Keadaan diperpa...