抖阴社区

BAB 35 : Two Side

40 15 13
                                        

Haloooo. Jangan lupa klik bintang yaa. yang gak vote gausahhh bacaa.

Btw kalian udah mampir ke cerita satunya belum? yukkk mampir, jadiin selingan nunggu The Real Boyfriend update. jangan lupa vote juga yaa.

Btw setelah baca bab ini, Ev pengen tau pandangan kalian dongg. bisa komen ya.

Ia terisak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia terisak.

Didalam salah satu bilik toilet perempuan, Raina duduk diatas closet. Satu tangannya menutup mulut untuk menahan isakan tangisnya.

Ia kembali merenung. Apakah yang ia lakukan hari ini salah? Tapi bukankah lebih baik harus ada yang segera bertindak? Dan ya, dia melakukannya.

Raina sengaja membuat kegaduhan untuk memancing pembully misterius untuk datang padanya. Mungkin dirinya memang terlalu gegabah. Tapi, entah mengapa otaknya seakan tak bisa berpikir jernih.

Kevin benar, ia terlalu impulsif.

Beberapa menit kemudian, Raina merasa tenang. Nafasnya mulai beraturan, pandangannya kembali jelas. Raina terdiam lagi sesaat untuk menenangkan detak jantungnya yang menggila.

Ia kembali teringat kata demi kata yang Kevin lontarkan. Seharusnya tidak perlu sekasar itu kan? Gadis itu mengelap hidungnya yang basah karena berair dan menghapus sisa air matanya.

Seharusnya dari awal, ia tak terlena.

Seharusnya dari awal, Raina tidak jatuh hati pada mantan tokoh kesayangannya itu.

Ponselnya Raina berdenting.

Luna
Lo dimana?

Raina keluar dari bilik toilet dengan. Ia mematut dirinya di cermin. Lihatlah, sungguh berantakan. Sisa-sisa air mata menggenang di wajahnya, rambut yang sedikit acak-acakan, dan seragam tidak rapi.

Segera gadis itu merapikan pakaiannya. Dirasa sudah lebih baik, Raina berjalan menuju kelas.

Rupanya pada jam pelajaran Bahasa Indonesia saat ini, guru yang mengajar sedang ada kepentingan mendadak, sehingga jam kosong. Luna dengan cepat duduk disamping temannya dengan pandangan yang serius.

"Lo kerasukan apa?"

Raina mengernyit. "Hah?" Tiba-tiba sekali menodongnya dengan pertanyaan aneh.

"Lo emang batu ya, Na. Heran gue."

"Apasih, Lun?"

Luna berdecak. "Tadi, waktu lo siaran. Kenapa lo bisa senekat itu sih?" Sungguh ia tak habis pikir. Raina yang awalnya tidak ingin ikut ke kantin, malah suaranya terdengar di penjuru sekolah.

"Kenapa?"

"Yaampun, Na." Ujarnya gemas. "Lo gak mikirin konsekuensinya? Lo sama aja nantangin si pembully-pembully itu. Gue kan udah sering bilang sama lo, untuk gak usah ikut campur."

The Real BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang