Halo bep apa kabar? Masih keneh pengangguran teu? Tenang aja tuhan adil kok! Mau pengangguran atau kerja tetep di kasih rezeki, hanya saja beda nominal, ya iyalah!!!
-
-
-Masih di ruang keluarga dengan alferd yang senantiasa menggendong shai, anak itu masih diam di pelukan hangat milik alferd yang tak pernah ia dapatkan.
"Buna cantik ya Pi.." gumam anak itu nyaris tak terdengar jika saja shai berbicara tepat di samping telinga nya.
"Iya, seperti kamu" balas alferd, kan! Dia sudah menyangka jika shai menangis bukan karna carlo memakan es krimnya pasti ada hal lain yang membuat anak itu sensitif.
"Kenapa?, Rindu Buna?" Alferd bertanya ia mengecup pucuk kepala shai dengan lembut, anak itu tidak menjawab ia hanya meremat baju alferd mata anak itu seketika meneteskan air kesedihan tanpa si pemilik minta, kedua tangan yang sedari tadi memeluk leher alferd ia masukan pada tengah-tengah antara perutnya dan perut alferd.
Anak itu terisak pelan, ia mengingat kembali mimpi yang beberapa saat mendatanginya, shai semakin menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher alferd, untuk alferd sendiri ia semakin mengeratkan pelukannya memberikan kata-kata penenang untuk anak yang selama ini ia abaikan.
Aulia yang sedari tadi menonton dengan gerakan cepat menyuruh maid membuatkan shai susu, sedangkan Carlo anak itu hanya diam melihat shai yang terlihat menyedihkan dengan isakannya.
"Hiks papii~" anak itu merengek mengusakan matanya pada bahu kokoh milik alferd.
"Kenapa sayang" alferd semakin kasian melihat shai yang sepertinya tidak berdaya.
"Sakiiit"
"Mana yang sakit aegi, papi lihat hmm?" Alferd panik sendiri saat shai mengatakan ia sakit, aulia pun berdiri menghampiri ayah dan anak itu.
"Sayang mana yang sakit nak, mami obatin oke?" Aulia mengusap rambut kepala shai dengan sayang.
"Hati aku sakit, mereka ninggalin aku...hiks...sakit banget...maunya mimpi indah aja..ish..hiks...gamau mimpi ini!!" Shai semakin terisak, kalimat yang anak itu katakan terputus-putus sesekali ia mengusap air matanya dengan kasar.
"Sssttt tidak apa hmm, memangnya shai mimpi apa hmm?" Aulia mengambil alih shai dari alferd, ia yakin alferd pasti pegal menggendong shai sedari tadi apalagi ia bahkan belum membersihkan dirinya.
"Kamu bersih-bersih dulu mas, biar shai aku yang urus" alferd ingin protes tapi melihat aulia yang mendatarkan wajahnya ia tak bisa menolak, lagian ia juga merasa lengket pada tubuhnya, biarlah ia percayakan shai pada istrinya itu.
Setelah alferd berlalu dari ruang kelurga, aulia membawa shai untuk duduk di sofa dalam pangkuannya, anak itu tidak menolak ia menenggelamkan wajahnya pada pertengahan melon milik aulia, tenang tertutup baju kok gak langsung masuk ke belahan nya.
Aulia tersenyum kecil, ia sama sekali tidak risih melihat shai yang mendusel di belahan dada empuk miliknya, ia hanya...merasa sedih, aulia seorang wanita cacat ia tidak akan merasakan bagaimana menyusui, bagaimana hamil, dan intinya dia seorang wanita mandul, maka dari itu ia sangat menyayangi anak alferd lebih dari apapun.
"Shai mimpi apa nak" aulia bertanya tangannya masih aktif membelai kepala shai. Anak itu mendongak dengan mata yang berkaca-kaca.
"Shai...ada di lapangan, terus datang mama, mama minta maaf dan dia bilang mau pergi" shai meneteskan air matanya yang langsung dihapus dengan lembut oleh aulia.
"Jahat kan mi...shai ingin nya main sama mama, bukan malah ditinggalin" lirih anak itu membuat aulia tersenyum sendu, beruntung sekali menjadi lesta.
"Udah itu...Buna datang dia juga minta maaf karna ga bisa urus shai" shai semakin melengkungkan bibirnya, kedua tangan mungilnya terkepal erat di perut aulia.
"Mereka jahat banget kan...shai maunya main bukan ditinggalin!!" Suara anak itu naik satu oktaf, mengeluarkan kekesalan yang sedari tadi ia tahan dada anak itu naik turun, wajah shai sudah kacau mata, hidung, dan bibirnya memerah karna menangis.
Aulia memeluk shai dengan erat, ia memberikan kata penenang untuk shai, aulia merasakan bagaimana sakitnya ditinggal oleh orang tersayang, dari dulu ia hanya tinggal berdua dengan sang ibu, lalu setelahnya ia ditinggal kan oleh ibunya seorang diri, aulia kehilangan arah hingga ia nyaris terjebak di dunia gelap jika saja tidak ada Salma yang menolongnya.
"Mami merasakannya sayang, ini sudah takdir jangan salahkan mereka" aulia ikut menangis merasakan sakit yang anak tirinya alami.
Carlo mendekat ia mengusap kedua punggung dua orang dihadapannya dengan lembut.
"Mami juga tidak ada ibu?" Shai mengangkat kepalanya, sebelumnya ia menepis tangan carlo yang mengusap punggungnya dengan lembut, anak itu mendelik menatap carlo, ia masih dendam ya!!.
Aulia tersenyum tipis, ia menangkup wajah shai mengusap air mata anak itu dengan kedua ibu jarinya.
"Mami itu sebatang kara, sebelumnya mami punya ibu, tapi dia ninggalin mami di dunia ini seorang diri, ibu mami terjun dari gedung lantai 15, dan shai tau?, ibu mami sakit, ia kehilangan jati dirinya saat ditinggal pergi oleh suaminya untuk selama-lamanya" Aulia meneteskan air matanya, tuhaaan rasanya sakit sekali ya mengusik luka lama.
Shai melihat aulia menangis di hadapannya, buru-buru ia mengusap air mata yang mengalir di pipi aulia dengan kedua tangan mungilnya. Ia tidak menyangka jika mami tirinya mengalami hal buruk seperti ini.
"Shai sorry miii~" ucap anak itu mendayu, wajahnya memelas meminta maaf pada aulia. Aulia terkekeh begitupun Carlo yang langsung di hadiahi delikan tajam oleh shai. Carlo menghela nafas sembari mengusap dadanya, sabaaar.
"No problem sayang" aulia mengusap rambut shai lembut.
"Mami kenal papi dimana? Kenapa mau sama papi? Papi kan duda! Anaknya banyak lagi" tanya anak itu beruntun seolah melupakan kesedihan yang tadi ia alami, sekarang shai sedang penasaran pada aulia kenapa mami tiri cantiknya itu mau-maunya sama papinya yang seperti setan mana duda banyak anaknya lagi.
Aulia terkekeh mendengar pertanyaan beruntun dari shai.
"Satu-satu elah, kayak wartawan lu" bukan aulia yang menjawab melainkan carlo yang sedari tadi diam.
Plak
Dan selanjutnya geplakan dibibirnya langsung dari tangan mungil milik shai, buseeet itu tangan kecil tapi kuat, bibir Carlo panas seketika.
"Diem lo jangan ngomong!! gantiin es gue" shai melotot pada carlo tangannya terkepal erat dihadapan wajah carlo.
"Masiiiih aja dendam lu" gumam carlo.
"Sudaaah shai mau dengar tidak jawaban mami?" Shai mengangguk antusias, anak itu berjengkit kaget saat tubunya melayang di udara.
"Jawaban apa hmm" alferd mendudukan dirinya dirinya di samping aulia, ia juga menggenggam dot penuh susu milik shai.
"Ck kepo ah" shai merengut ia kan ingin mendengar jawaban aulia tentang alferd malah datang tu orang nya.
Alferd menaikan sebelah alisnya, di tanggapi senyuman manis milik aulia.
"Ngapain pada kesini?" Celetuk Carlo saat melihat ketiga kakak nya datang bersamaan, mereka juga memakai baju santainya.
"Masalah buatmu?" Celetuk Cedric ia duduk di samping adik kembarnya itu di susul dengan brayden dan Xanders yang juga duduk bersebelahan. Haaaah semakin susahlah shai mendengar jawaban aulia.
"Masih mau dengar jawaban mami?" Tanya aulia seketika shai tersenyum manis ia mengangguk, ia benar-benar melupakan mimpi buruk yang ia alami tadi.
"Jawaban apa si" alferd penasaran mendengar perkataan aulia.
"Shai mau tau kenapa mami mau sama papi yang duda banyak anak" kurasa kalian tau siapa yang berbicara.
"Loh?" Alferd cengo sedangkan shai ingin sekali ia tenggelamkan Carlo pada lava gunung berapi.
🐢🐢🐢
1133 kata.
Eh engga deh gess, mungkin lima atau tujuh bab lagi tamat, aku kira bakalan tiga bab lagi eh pas udah jadi tulisan kok banyak amat.
Pokonya pantengin terus hanya di bulungtelbank ❤️ kalian bisa membaca tanpa di PHP-in.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shai Baby Turtle
Teen Fictionshai itu sebenarnya anak manis hanya saja lingkungan nya yang membuat nya menjadi anak yang nakal. lahir ditengah-tengah keluarga yang lengkap dan juga kaya tak membuat shai merasakan apa itu kasih sayang keluarga. ia di asuh oleh pembantu sedari ia...