Taehyung tak bertahan lebih dari tiga jam. Acara pembukaan gallery baru yang dijadwalkan akan dibuka pukul sebelas pagi dan berakhir pada pukul sembilan malam itu tiba-tiba terasa begitu formal.
Jungkook memang merancang pembukaan gallery dengan pesta satu harian penuh karena dengan atau tanpa Jungkook sadari, statusnya sebagai wanita tetap Taehyung membuatnya harus tetap mempertahankan pride nya sebagai kalangan atas.
Namun Jungkook juga tak bertahan lebih dari tiga jam. Selain ancaman –yang konyol sekali dari Taehyung, ia juga sebenarnya sudah jauh-jauh hari mengatakan pada Joy jika ia tidak ingin berada dalam waktu sepuluh jam penuh dalam gallery barunya. Meski Jungkook tentu senang dengan pembukaan gallery itu, namun berada dalam keramaian bukanlah keahliannya.
Jungkook menatap cermin, meneliti bagian tipis diujung matanya yang tiba-tiba ia rasa terlihat begitu buruk. "apa concelear tidak bisa menutupinya?!" gerutu Jungkook sendiri. ia memang memilih untuk menepi menuju ruang rias. Tiga jam Jungkook rasa sudah cukup untuk menyambut tamu utama. Selebihnya, akan lebih baik jika Joy yang mengurusnya sendiri.
Derap langkah menginterupsi Jungkook yang masih sibuk dengan dandanannya. Ia berbalik dan menemukan Taehyung yang masih berada disana, duduk, dan melonggarkan simpul dasinya secara bar-bar.
Dengan sekali hembusan nafas saja, Jungkook tau jika ia tengah terpesona. Selalu seperti itu, meski waktu terus berputar, berubah, pergi dan menghilang meninggalkannya, satu-satunya yang tak pernah berubah dari dalam dirinya adalah itu. Sebuah rasa aneh yang tak pernah berhenti menimbulkan gemuruh hebat didalam dadanya.
Jungkook tau ia tak pernah bisa berhenti mencintai Taehyung. Semenjak pertama kali bertemu hingga bersatu, Jungkook bahkan tak pernah berfikir jika hingga saat ini pun, saat ketika ia secara harfiah tidak diperlakukan dengan benar, ia tetap mencintai Taehyung.
Fakta menjijikkan yang membuatnya sadar jika walau bagaimanapun sikapnya atau sikap Taehyung sekalipun, rasa yang satu itu tidak pernah berubah. Esensinya selalu sama meski kini mereka dapat menyampaikannya dalam bahasa yang berbeda.
"sedang menikmati pemandangan, kook?"
Jungkook tersadar ketika lamunannya mulai dijadikan lelucon. Ia tak pernah menghitung berapa kali Taehyung menangkap mata dirinya yang tengah terpesona akut akan kharisma bar-bar yang keluar ketika Taehyung justru tengah terlihat begitu berantakan. Jungkoook selalu menyukai hal yang seperti itu, dan Taehyung menyadarinya sudah sejak lama.
"kenapa tidak? wajahmu tidak mengandung pajak, kan?"
Menolakpun sudah terlalu biasa. Taehyung tau betul apa yang ia kerjakan dan membantah hanya akan membuatnya terlihat begitu kekanakan. Jungkook berbalik dan kembali mengoleskan concelear pada ujung matanya dengan hentakan kesal disetiap ujung jari.
"seharusnya, pajak untuk pesonaku dua kali jauh lebih besar dari uang bulananmu." Taehyung tersenyum miring ketika Jungkook mendengus malas. Baik ia maupun Jungkook, sudah terlalu kalap jika membicarakan uang. Jungkook tak akan mau perduli sebanyak atau sebesar apapun uang Taehyung yang ia habiskan. Karena semenjak awal, lelaki itu memang sudah berjanji untuk terus membiayai kehidupannya.
Dan lagi, setiap kali lelaki itu menyinggung mengenai uang, satu-satunya hal yang Jungkook bisa lakukan hanya mendengus malas. Karena walau bagaimanapun Taehyung melakukan protes kerasnya terhadap pengeluaran bulanan Jungkook-yang demi tuhan, luar biasa besar-, ia tak pernah sekalipun membatasi finansialnya yang berlimpah terhadap Jungkook.
Lelaki itu mendesah malas lalu kemudian meraih smartphone miliknya dengan santai. "tapi karena itu kau, mau meminta sebanyak apapun aku juga tidak perduli" lanjutnya dengan suara lebih kecil namun tetap terdengar lugas.

KAMU SEDANG MEMBACA
『Unexpected 』v.k
Fanfiction[END] ? you loved me even if it was tragic. ? Kim Taehyung - Jeon Jungkook ※ all chapters were protected (private) to avoid plagiarism ※ May 05 17 Jun 17 17 Repub ends 070418