抖阴社区

3 (Kth)

3.3K 431 30
                                        

Jeon Jungkook. Adik kecil yang kutemukan usai mom dan aku pulang dari pemakaman dad. Seakan tuhan menjawab doaku saat itu juga, yang kuinginkan adalah sosok pengganti dad. Tapi kami dihadiahi bocah berwajah bayi dengan mata sepekat malam mendung.

Jungkook mungkin memiliki takdir menyedihkan dimana keluarganya tewas terbantai oleh sekelompok bandit. Namun jika tidak begitu, kami tidak bisa bertemu. Dia tidak akan lari ketengah jalan dan menabrak mobil kami, sederhananya Jungkook tidak akan menjadi saudara angkatku.

Awalnya Jungkook adalah seorang anak pendiam yang menghabiskan waktu sendirian untuk menangisi foto orang tuanya. Hal yang paling ditakuti psikiater bakal terjadi pada anak seumuran kami jika mengalami trauma. Aku belum mengerti sesakit apa rasanya. Kupikir itu sama dengan kehilangan dad dalam hidup kami. Aku menangis, tapi tidak sesering Jungkook. Mungkin karena orang tua kami tewas dengan cara berbeda, itulah mengapa Jungkook tumbuh menjadi pemuda dengan kepribadiannya suram. Hal yang juga jadi penyebab keinginanku untuk melindunginya sekuat tenaga.

Dia memiliki senyum manis, tapi jarang terlihat. Bibir tipisnya bakal tertarik memperlihatkan susunan geligi kelinci. Lalu orbs besar miliknya akan membola, berkerut membentuk tiga garis di ujung mata, selanjutnya bakal terdengar suara tawa kekanakan yang membuatku ingin mendekap Jungkook seerat mungkin tiap mendengarnya.

Jungkook adikku yang pendiam hanya akan bicara padaku di sekolah. Dia akan melakukan apa yang kuminta. Karena akulah yang selalu ada untuknya. Bagi Jungkook tidak ada satupun yang lebih berharga daripada mom dan aku.

Tadi malam, Jungkook menghilang dari kamar. Menyisakan gundukan selimut bersama sebuah bantal di dalamnya. Mengelabui mom tidak semudah yang dibayangkan. Mom yang terbangun tengah malam dan berniat mengecek keadaan kami menjerit keras hingga aku terbangun dibuatnya.

Jungkook tidak kami temukan dimanapun, ponsel dan dompet ditinggal di atas nakas. Hanya mantel dan sepasang sepatu ikut menghilang bersamanya. Sedangkan diluar sedang ada badai salju. Jantungku berpacu tidak karuan.

"Tidak ada! Jungkook tidak ada!"

Mom kacau, tidak bisa kutemukan kata-kata yang pas untuk menenangkannya. Meski begitu, aku tetap memutar otak dan memutuskan menelepon polisi guna mengetahui keberadaan adikku. Asumsi paling buruk dalam kepala mengatakan Jungkook diculik. Aku menggigit bibir. Lambat laun perasaan cemas juga menguasai kepalaku. Apa yang terjadi padanya?

Belum sempat kutekan nomor polisi, panggilan masuk dari nomor tak dikenal menghias layar ponsel. Spontan kutekan tombol hijau dan mendekatkan ponsel ke telinga. Mom memegang erat tanganku, wajahnya berkerut ketakutan.

[Tae, Taehyung hyung.]

Itu Jungkook. Suaranya lemas tanpa tenaga.

"Kookie? Apa yang terjadi?"

Cengkram tangan mom di lengan makin erat, aku sampai menoleh mengode agar mom bisa lebih santai.

[Aku dirumah sakit.]

"What the–"

[Hyung, aku baik-baik saja. Ada seseorang menjagaku. Aku hanya terjebak badai dan terkena hipotermia.]

Hanya katanya??

"Dirumah sakit mana? Kami akan mendatangimu sekarang anak nakal!"

Mom terbelalak di sebelahku, matanya berkaca-kaca.

[Rumah sakit X. Besok pagi saja. Sekarang masih badai. Aku tidak sendirian hyung.]

Tanpa diminta otakku menimbang untuk bergerak. Kulihat kaca jendela bergetar di ruang tamu. Badai salju diluar memang sangat mengerikan. Jika kubawa mom ikut bersamaku, bisa saja beliau terkena hipotermia seperti Jungkook. Jika aku pergi–

SAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang