抖阴社区

J

33 12 0
                                    


RTH

-Kehilangan Jejak-

HAAA! Vin bangun dari mimpi buruknya. Sebuah ingatan di umurnya 5 tahun, sewaktu ia terakhir kali tidak bisa tidur.

Sudah 4 tahun berlalu, Vin sudah berumur sembilan tahun tanpa sekolah sama sekali sama seperti Dey.

Dey juga belajar secara private dengan sang ayah.

" Jika kita ingin memperbaiki sesuatu. Kita harus berpikir lebih keras, dan mana yang harus kita mulai terlebih dahulu. Kita juga harus bisa upgrade ke suatu hal yang ingin kita perbaiki, ada tujuan yang jelas saat memperbaiki sesuatu, memperbaiki sesuatu itu bukan hanya sekedar memperbaiki barang elektronik, atau barang-barang seperti kursi, meja, jendela dan lain-lain tapi juga dengan perasaan dan pola pikir pun harus kita bisa perbaiki lebih baik. Bagaimana sih caranya? Oke, mari saya jelaskan ". Kata sang profesor kepada seluruh mahisiswanya di jurusan psikiologi. Baru 2 bulan diterima kerja sebagai dosen di universitas swasta xxx namanya.

Setiap pagi Agoston mengajar di sekolah dasar, sorenya ia berpindah tempat ke universitas untuk mengajar psikiologi, dan malamnya ia akan mengajar kepada manusia robotnya, Dey.

Sebelum ia berangkat, ia melihat suasana berbeda dari Dey yang tidak mau berbicara dengannya semenjak 4 tahun yang lalu karena Vin yang sudah terbaring kaku di atas kasurnya, tapi pagi itu raut wajah Dey bahagia dan mengeluarkan suara didepan Agoston.

" K'Vin! K'Vin! K'Vin ayah! ". Teriak Dey kesenangan melihat kakaknya kembali membuka matanya dan terduduk bingung melihat perubahannya.

Tapi sang ayah mengabaikan kebahagiaan Dey, ia pergi begitu saja meninggalkan Vin *n Dey dirumah.

*and atau dan dalam bahasa inggris

Dey memeluk kakaknya dengan erat. Dia ingin cepat bermain bersama lagi seperti dulu. Kini pertumbuhan pada diri Dey telah meningkat tanpa ada waktu dan tanggal yang jelas, dia yang harusnya 6 tahun tapi kini ia berumur 7 tahun. Walaupun 6 sama 7 tahun sangat beda tipis angkanya, setidaknya Dey ada peningkatan di mesin dan memori otaknya yang pelan-pelan berkembang. Agoston berharap, Dey bisa seumuran dengan Vin seperti yang ia inginkan bukan adik kakak jadinya.

Dey masih terus dipangkuan Vin sambil memeluknya dari depan, Vin terdiam sedaritadi ia duduk dan bingung apa yang terjadi.

" Dey! Kenapa sih? Lebay banget ". Kata Vin yang tidak mau memeluknya balik.

Dey merenggutkan dahinya, " K'Vin gak kangen aku? ".

" Apasih! Gak jelas! ". Marah Vin mendorong Dey. Ia langsung berdiri dan berjalan menuju dapurnya.

" K'Vin mau kemana? ". Tanya Dey mengejarnya.

" Mau makan ". Jawab Vin tegas.

" Mau makan kok ke arah kamar mandi? ". Bingung Dey melihat kakaknya yang seolah-olah tau tata letak rumah barunya.

Vin berbalik ke Dey. " Dey... kita dimana? ". Dey langsung menepuk jidat dan menahan tawa.

Rumah sebelumnya sudah dijual, sang ayah juga hampir setiap harinya membawa Vin ke kamarnya, dan ia selalu menyuruh Dey menjauh kalau saat sang ayah sedang berada di kamar. Dey juga mengatakan kalau ia dilarang masuk ke kamar sang ayah tanpa se-izin sang ayah, sang ayah juga setiap malam memberikan banyak minuman air biru sama permen buat Dey sebelum tidurnya.

Dey juga suka lemas kalau mesin dibadannya sering dipakai, waktu itu juga mesin dibadannya pernah koslet terkena kopi sang ayah, otomatis Dey mati suri yang akhirnya hidup kembali saat ayah bilang Dey bisa aman kena air karena sudah *waterproof, Vin juga sudah di-upgrade kulit dan mesinnya karena waktu itu Dey tidak sengaja menumpahkan susunya ke badan Vin, kemungkinan kalau tidak mengalami kejadian itu Vin tidak bakal di upgrade.

" Kok bisa tumpah ke badanku?! ". Tanya Vin dengan nada suaranya yang keras. Dey menundukkan kepala.

" Dey selalu bersandar dibadan K'Vin kalau mimik susu pake dot, tapiii dotnya gak kenceng terusss tumpah deeh. Hehehe ". Antara malu dan takut menjadi satu.

*tahan air/anti air

• • •

Di Sekolah jam istirahat sang profesor mengajar. Ia keluar gerbang sekolah bermaksud untuk mengganjal perutnya dengan camilan di warung depan sekolah namun dari kejauhan ia malah melihat seorang wanita umur berkepala tiga sedang mengejar anak remajanya.

" Farn! Farn! Tunggu ibu! ". Teriak ibu itu yang ada dibelakang sang anak lelakinya yang sedang mengerutkan dahi.

Seperti pernah melihatnya. Batin sang profesor melihat sang ibu itu dari kejauhan.

" Apaan sih! Ibu bisa gak sih, gak gangguin kehidupanku? Asal ibu tau aja ya! Aku ini bukan boneka robot... AKU INI MANUSIA YANG PUNYA HARGA DIRI ! Jangan sampai harga diri aku ilang gara-gara ibu! ". Bentak anak itu sambil menunjuk-nunjuk ke wajah sang ibunya.

" Hiks hiks hiks, ibu tau... tapi sekali saja kamu turuti kata ibu... ". Lembutnya.

" Turutin? Kan aku udah selalu nurutin apa yang ibu mau!! Ibu tau gak apa yang aku mau?!! gak kan?!! Sudahlaa bu, aku udah cape punya ibu yang kayak ibu, aku mau bebas kayak ayah yang selalu membebaskanku ". Omongnya sambil bernada keras pada sang ibundanya sendiri.

Dari kejauhan ada banyak masyarakat sekitar yang menegur anak itu untuk meminta maaf kepada ibunya. Namun berbeda dengan sang profesor yang malah berbalik badan seolah-olah tidak tahu hal itu terjadi di depannya.

Sepulang mengajar di kampus sang profesor teringat akan ucapan anak itu tadi pagi, ia berpikir bahwa kehidupan di dunia manusia ini tidak baik-baik saja apalagi harus di lihat dengan makhluk yang juga bisa merasakan perasaan itu, dan ia merasa menyesal telah menghidupkan kedua manusia robot yang nantinya akan merasakan kekejaman zaman sekarang ini karena manusia dengan manusia saja bisa saling tak menghargai satu sama lain, apa jadinya jika nanti manusia bersama humanoid hidup berdampingan?

Apa aku hancurkan saja manusia manusia ciptaanku? Tapi mereka sudah bertahun-tahun hidup bersamaku. Nanti siapa yang akan menemaniku sampai akhir hayatku? Cuma apa boleh buat! itu yang harus aku lakukan daripada dunia menjadi kacau karena mereka. Apalagi jika dunia tahu kalau mereka yang bukan manusia. Renungan sang profesor di dalam mobil pesanannya.

Tak lama ia telah sampai di rumahnya, ia bersiap mengambil semua perlengkapan di lab rahasianya, lalu membujuk mereka agar bisa segera dihancurkan seperti abu.

" Dey! Vin! ". Panik sang profesor mencari keberadaan manusia robot itu yang tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak sekalipun.
" Dimana mereka? Tadi pagi Vin sudah bangun! Jangan bilang ia mengajak anak kesayanganku kabur dari sini!! ". Kesal sang ayah yang menuduh Vin pelaku semua ini.

Kalau aku ketemu dengannya akan aku hancurkan dia!! Sang profesor tak tinggal diam begitu saja, ia langsung membawa perlengkapan di tasnya untuk membongkar Vin.

~

'Ya, hanya aku. Aku yang dibenci ayah' -Vin.

Continued
_________________________________________

Like 🌟
Comen 💬
Share 📤
and be a
Royal Readers 👀

Robot The HumansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang