[Privat acak; follow sebelum membaca]
Mari kita liat seberapa bisa lo nahan emosi ngebaca ini.
^^
Pernahkan kalian merasakan sakit yang hebat?
Pernahkah kalian menduga akan menerima hidup yang kelam?
Pernahkah kalian dihadapkan oleh sesuatu yang tid...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gue tau rasa yang lo alami itu adalah Cinta namanya (NB: Lagi liatin Lia yang berduaan sama Mark)
***
HAPPY READING:D
***
Angin berhembus kencang di jendela, kedinginan masuk di antara celah-celah ruak tirai. Nuansa damai jelas tercetak. Dentingan sendok dan piring terdengar jelas, walau begitu keheningan masih tercetak dalam keadaan seperti ini.
Gadis muda itu tersenyum simpul sambil membungkukkan tubuhnya. "Selamat datang."
Lelaki muda yang baru masuk tersebut ikut membungkuk dan membalas senyuman yang ditujukan untuk dirinya. Tak heran jika orang-orang menyebutnya ramah, karena setiap ada yang menyapanya, pasti akan ia balas dengan senyum menawan.
"Udah selesai?"
Lia menoleh, ia menatap lelaki muda yang berdiri tepat dihadapannya. "Udah."
Lelaki muda itu mengangguk menerima respon Lia. "Oke, kamu boleh pulang."
Lia kembali tersenyum sambil terus membungkuk, ketika lelaki muda dihadapannya tadi berlalu, barulah Lia berjalan ke dalam dan mengemasi barang-barangnya.
Setelah memastikan semua lampu telah mati, Lia mengunci tempat atau bisa disebut kafe tersebut dengan kunci, lalu ia berbalik pulang.
Ini adalah hari pertama Lia bekerja, walau begitu menegangkan, tetapi ini terasa menyenangkan, ia merasa sedikit mandiri.
Lia berjalan dengan santai, hari sudah larut tetapi ia tidak takut. Senyum masih menggantung di bibirnya. Ia berusaha melupakan segala permasalahan dalam hidupnya.
Bughh
Jantung Lia mencelos, langkahnya terhenti ketika mendengar suara tidak jauh dari tempat ia berada. Tempat ini gelap, juga sepi, lalu suara apa itu?
Bughh
Suara itu semakin kentara, Lia jelas mendengarnya. Bahkan sekarang ia dapat mendengar suara rintihan dan helaan napas. Lia menduga bahwa ada aksi tonjokan di sekitarnya.
Bughh
Tangan Lia berkeringat, karena merasa penasaran, Lia berjalan mendekati arah suara.
"Nyerah aja deh, bangsat. Gue tau lo lemah."
Lia mengintip di antara sela-sela tiang listrik, ia bisa melihat lima cowok yang sedang mengerubungi satu orang. Lia tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang-orang itu karena pecerahan hanya diisi cahaya remang bulan.
"Gue bakal maafin, kalau lo sujud dikaki gue sekarang. Cepet lakuin, setan! Jangan sampai lo mati duluan!"
"Ck, in your dream! Gue nggak bakal rela harga diri gue jatuh!"