"Ya allah, aku sungguh mencintainya, tapi apakah aku harus bahagia diatas penderitaan orang lain"
-Alyssa-
Malam itu, suasana rumah sakit terasa sunyi, hanya sesekali terdengar suara langkah perawat dan bunyi alat medis yang berdenting pelan. Lampu kamar perawatan redup, menyisakan cahaya remang yang menyinari wajah pucat Ning Farida. Alyssa berdiri di tepi ranjang, matanya tak lepas dari sahabatnya yang tertidur dengan wajah lelah.
"Mbak Alyssa, apa ndak ngantuk to?" tanya Ning Arifah yang membenarkan posisi tidurnya di sofa, lalu beralih duduk.
Alyssa menggeleng kecil. "Enggak, Ning. Saya takut Ning Farida melakukan hal-hal yang tidak diinginkan lagi seperti tadi," ucapnya lirih, tersenyum tipis meski matanya menunjukkan kelelahan.
Ning Arifah menghela napas berat. "Saya tahu sampean lelah, mbak. Insyaallah, Ning Farida tidak akan melakukan hal bodoh itu lagi."
"Sampean istirahat dulu saja, Ning. Pasti sudah mengantuk sejak tadi," ujar Alyssa lembut.
"Kalau begitu, saya istirahat dulu, mbak. Kalau sampean capek atau butuh bantuan, jangan sungkan-sungkan bangunkan Arifah, ya?" ucap Ning Arifah sambil mengacungkan dua jempol mungilnya.
"Siap, Ning," jawab Alyssa tersenyum manis.
Tak lama kemudian, Ning Arifah sudah hanyut dalam lelapnya. Alyssa menatapnya sejenak, ada kelembutan di matanya.
"Mirip Gus Ardhan..." batinnya. Namun, seketika ia merutuki pikirannya sendiri. "Astaghfirullahaladzim, apa yang aku pikiran ya Allah," ucapnya pelan sembari mengetuk dahinya pelan. Namun, ketenangan itu terusik oleh suara lirih yang menggigau.
"Gus Ardhan... Gus... Jangan pergi..." suara Ning Farida bergetar dalam tidurnya, keringat dingin membasahi dahinya.
Alyssa tersentak. Dengan sigap, ia meraih tisu dan mengusap keringat sahabatnya. Hatinya bergemuruh. Ia ingin menyangkal perasaan yang ada, namun tak bisa.
"Ya Allah, apakah aku manusia jahat jika mencintai seseorang yang juga dicintai sahabatku sendiri?" batinnya penuh kegelisahan.
"Ning Farida... Ning..." panggilnya, tapi suhu tubuh Ning Farida semakin panas.
"Gus Ardhan... jangan pergi..." suara Ning Farida makin lirih, tubuhnya menggigil.
Alyssa panik. "Ya Allah, dokter mana? Suster!"
Teriakannya membangunkan Ning Arifah yang langsung beranjak panik. "Kenapa mbak? Ada apa dengan Ning Farida?!"
"Saya panggil dokter!" Ning Arifah segera berlari keluar.
Tak lama, dokter Azzam dan suster Sabrina tiba. Mereka meminta Alyssa dan Ning Arifah untuk keluar sementara waktu.
Di luar ruangan, Alyssa duduk dengan wajah tertunduk. Air matanya akhirnya jatuh.
"Ya Allah... Aku ikhlas jika seseorang yang aku cintai tidak ditakdirkan bersamaku. Melihat sahabatku bahagia, aku pun turut bahagia. Karena aku tahu... mencintai tak harus memiliki..."
Alyssa terisak. Ning Arifah memeluknya erat. "Mbak, jangan rapuh seperti ini. Ning Farida pasti sembuh. Saya tidak kuat melihat sampean seperti ini," bisiknya penuh haru.
Tiba-tiba, tiga orang datang tergopoh-gopoh. Ning Arifah berdiri, sementara Alyssa menatap mereka bingung.
"Paman Abdurrahman, Bibi Rohmah, Gus Afif!" seru Ning Arifah terkejut.
Alyssa pun segera memberi salam, mencium tangan mereka dengan takzim.
"Mbak Alyssa, ini keluarga Ning Farida," jelas Ning Arifah.
"Dan Paman, Bibi, Gus Afif, ini Mbak Alyssa, putri Kiai Alghifary dari Ponpes Al-Fatiha."
Mata Gus Afif menatap Alyssa dalam diam. Ada kekaguman yang tersirat di sana.
"Nak Alyssa, kamu semakin cantik dan tambah dewasa. Saya teman baik Umi Zahrana. Dulu, kami sering sowan ke pesantren abimu, tapi sekarang jarang karena kesibukan di pesantren kami," ucap Nyai Rohmah dengan senyum lembut.
Alyssa tersenyum, namun hatinya masih bergemuruh. "Benarkah begitu, Nyai?"
"Panggil saja Bibi Rohmah dan Paman Abdurrahman, jangan sungkan-sungkan," ujar Nyai Rohmah hangat.
Namun, kebahagiaan itu tertelan rasa bersalah yang mendalam. Alyssa berlutut di hadapan mereka, air matanya jatuh tak terbendung.
"Paman, Bibi, maafkan saya... Karena saya, Ning Farida jadi seperti ini..."
Semua terkejut. Ning Arifah menatap Alyssa tak percaya.
"Ya Allah, berdiri, nduk. Jangan seperti ini," Nyai Rohmah menuntunnya berdiri dan memeluknya lembut. "Sudah, jangan menyalahkan dirimu. Kami sudah tahu semuanya. Ini adalah musibah dari Allah."
Alyssa hanya bisa menangis dalam pelukan Nyai Rohmah.
Saat itu, dokter Azzam keluar dari ruangan. "Alhamdulillah, pasien stabil. Namun, ia mengalami depresi yang membuatnya sulit bangkit dari sakitnya. Saya sarankan keluarga berbicara dengannya," ujarnya serius.
Setelah diizinkan masuk, Ning Farida memeluk keluarganya, tapi tatapannya dingin saat melihat Alyssa.
"Farida lelah, Abi... Aku tak mau di sini terus... Semua ini karena Ning Alyssa," ucapnya dengan suara serak, tapi penuh kebencian.
Alyssa terpaku. Kata-kata itu bagai pisau yang menusuk hatinya.
"Astaghfirullah, nduk! Jangan berkata seperti itu!" seru Nyai Rohmah terkejut.
"Dia pasti bahagia melihatku seperti ini!" lanjut Ning Farida dengan senyum sinis. Alyssa hanya bisa menggeleng, menampik dalam hati tuduhan itu.
"Dek! Istighfar!" Gus Afif ikut bersuara, tak percaya adiknya bisa berkata demikian.
"Dia bukan gadis baik! Dia menipu semua orang hanya dengan wajahnya!" ucap Ning Farida penuh dendam.
Alyssa tak sanggup lagi. Dengan mata penuh air mata, ia melangkah keluar.
"NING! Sampean tidak tahu, Ning Alyssa rela tidak tidur demi menjaga sampean! Dan ini balasan sampean?!" suara Ning Arifah pecah dalam kemarahan dan kesedihan.
"CUKUP!!!" Kiai Abdurrahman membentak keras. "Apa yang membuatmu jadi seperti ini, Farida?!" Suaranya menggema, membuat semua orang membisu. Hanya isakan Ning Farida yang terdengar.
"Abi jahat! Aku benci abi!" teriaknya, lalu mencabut infus dan berlari keluar.
"Ya Allah, nak!" Nyai Rohmah menangis.
"Afif, kejar adikmu!" Kiai Abdurrahman berseru panik.
Gus Afif segera berlari, diikuti Ning Arifah. Suster-suster mencoba mencegah Ning Farida, tapi gadis itu terus berlari, hingga akhirnya tubuhnya lemas dan jatuh di semak-semak dekat rumah sakit.
"Dek!" teriak Gus Afif, memeluk tubuh adiknya yang sudah tak sadarkan diri.
Malam itu, hujan turun perlahan, seolah ikut menangisi luka yang tak terlihat di hati mereka semua.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Vs Ning
Teen Fiction#1 in Pesantren. [22-03-2020] #1 in kesederhanaan[28-12-2019] #1 in Ponpes. [28-12-2019] #1 in Pondok. [29-05-2020] #1 in Ning. [24-07-2020] #2 in santriwati. [28-12-2019] --- Seorang putri kia...