Arkan dan Rallin bagaikan dua insan yang diselimuti oleh kegelapan, tak ada yang pernah menyangka jika mereka ditakdirkan untuk bersama dalam sebuah ikatan pernikahan.
Masing-masing dari mereka menyimpan sejuta rahasia, tak ada yang pernah menyangk...
Rallin masuk ke dalam kelas, untungnya dosen belum nampak hadir. Menghela nafas pelan, Rallin pun memilih tempat duduk yang berada dibarisan paling depan. Suara bising perlahan mulai mengisi kelas bersamaan dengan mulai datangnya para mahasiswa yang lain.
Rallin menelisik keadaan disekitar dan kemudian mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Jari Rallin mulai mengetikkan sesuatu dilayar ponselnya.
Whatsapp Aldrick
Al, jadwalkan nanti malam untuk aku bertemu dengan para anggota baru
Setelah mengirim pesan singkat itu ke Aldrick, Rallin langsung menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas. Tak lama setelahnya nampak Alika dan Serli masuk ke dalam kelas, kemudian mengambil tempat duduk tepat disamping Rallin.
"Ra, apa kau baik-baik saja? Kita khawatir saat tadi kau buru-buru pergi meninggalkan kantin, jika sakit kenapa tidak izin saja," ujar Serli penuh perhatian, walaupun diantara yang lain Serli adalah gadis yang tak banyak bicara, namun ia tetap gadis yang penuh perhatian.
Rallin tersenyum tipis dan menggeleng pelan, "Bukan apa-apa, hanya kurang tidur."
Alika mengerucutkan bibirnya, kemudian mencondongkan badan mendekat pada Rallin, "Ra, apa ada masalah? Kenapa bisa sampai kurang tidur? Jika butuh sesuatu kau bisa bicara ke aku ataupun Serli, pasti kita bantu."
Baru saja Rallin hendak menimpali ucapan sahabatnya itu, Alika sudah terlebih dulu berucap lagi. "Atau kau ada masalah keluarga? Ra... kenapa harus sangat tertutup sekali pada kita? Padahal kita sudah berteman selama 5 tahun, kita bahkan tidak tahu keluarga kau siapa," tutur Alika lagi dengan nada sedih.
"Nanti juga kau tahu sen—"
"Selamat pagi!" sapaan lantang dengan suara berat itu menginterupsi Rallin, gadis itu beserta mahasiswa yang lain sontak menoleh ke sumber suara.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Laki-laki dewasa dengan setelan jas hitam yang rapih serta tangan membawa sebuah buku nampak masuk ke dalam kelas. Bunyi ketukan sepatu pantofel yang dipakainya terdengar disetiap langkah yang diambil, memecahkan keheningan mahasiswa yang bertanya-tanya siapa gerangan sosok itu.
Keterkejutan tak bisa ditutupi dari wajah Rallin ketika melihat siapa yang barusan masuk ke dalam kelas, lelaki itu adalah sosok yang tadi Rallin abaikan ketika sedang bertanya denah lokasi gedung cakrawala, ternyata tempat yang ingin dituju lelaki itu adalah kelasnya sekarang ini.
Setelah sampai di meja dosen dan meletakkan buku diatas sana, lelaki yang kini menjadi objek perhatian itu berdiri dengan tangan bertumpu pada meja, matanya menelisik satu persatu mahasiswa yang akan ia ajar selama satu semester kedepan itu. Dan sepersekian detik setelahnya mata lelaki itu berhenti pada sosok Rallin yang duduk dibangku paling depan.
Arkan, lelaki itu nampak menaikkan sebelah alisnya saat menatap Rallin, tatapan mereka bertemu, netra gelap Arkan bertabrakan dengan netra hazel Rallin yang bening dan indah. Sebelum akhirnya sebuah senyuman miring terukir dibibir Arkan.