Happy reading!!
***
New York City (NYC), United States of America (USA).
Bartlett Mansion - 08.00 am.
Denting sendok yang beradu dengan piring mengisi kesunyian ruang makan milik keluarga Bartlett, Leander yang duduk paling ujung itu sesekali melirik kearah putrinya yang terlihat bermalas-malasan untuk sekedar menghabiskan sarapannya membuat pria itu tersenyum tipis.
Keluarga Bartlett sangatlah menjunjung tinggi etika, salah satunya adalah dilarang berbicara saat makan. Karena bagi mereka berbicara saat sedang makan tidak mencerminkan sebagai anggota keluarga yang terpandang apalagi keluarga Bartlett sudah terkenal sebagai keluarga konglomerat yang merajai berbagai bisnis, untuk itu wajib bagi para anggota keluarga Bartlett untuk menjaga etika mereka sebagai bentuk menjaga nama baik keluarga.
Beberapa menit kemudian kegiatan mereka terusik saat tiba-tiba saja bel mansion berbunyi sangat nyaring, Cesha yang baru saja meminum segelas susu putih itu mengernyit heran sebab tidak biasanya pagi-pagi seperti ini mansion mereka kedatangan tamu.
"Mommy buka pintu dulu ya sayang." Cinthya berdiri, membuat deritan kursi dan lantai terdengar.
"No Mom biar Cesha aja yang buka." Dengan buru-buru Cesha meletakkan setengah roti yang hendak ia makan ke atas piring.
"Biarkan pelayan saja yang membuka sayang, lanjutkan makan kalian."
Namun ucapan Leander tidak diindahkan oleh Cesha, gadis yang baru pulang dari rumah sakit tiga hari yang lalu itu memilih berlari kecil menuju pintu masuk mansion membuat kedua pasangan suami istri tersebut hanya bisa menggelengkan kepala mereka.
Cesha berlari kecil dengan langkah riangnya, sebenarnya gadis itu sedang sangat malas untuk menghabiskan sarapannya, jika bisa gadis itu lebih baik memilih tidur hingga siang dari pada harus menghabiskan segelas susu dan setumpuk roti yang sungguh membuat dirinya mual.
Tangan putih pucat milik Cesha terulur guna membuka pintu mansion, kepala gadis itu menyembul keluar hingga atensinya menangkap seorang laki-laki yang tengah tersenyum lebar kearahnya dengan kedua tangan yang laki-laki itu rentangkan seakan instruksi untuk Cesha segera memeluk laki-laki itu.
"Kak Arthur!"
Disela pelukan mereka berdua Arthur meringis pelan, jika saja laki-laki itu tidak menjaga keseimbangannya pasti mereka berdua telah jatuh terjengkal sebab ulah Cesha yang memeluknya dengan tiba-tiba.
"Do you miss me?"
Cesha mengangguk suara gadis itu teredam dalam dada bidang milik Arthur, "hmmm."
Arthur terkekeh cowok itu melepas pelukan mereka, "sorry."
"Kenapa lama sekali?" Cesha mengerucutkan bibirnya, gadis itu menatap sinis Arthur.
Arthur mengacak rambut Cesha gemas, membuat gadis itu merengut tidak suka. "Kakak butuh usaha yang keras untuk bisa kesini, kamu tau kakak harus mengindari jelmaan singa lebih dulu."
"Jelmaan singa?" Heran Cesha.
Arthur tersenyum tipis, "sebentar lagi kamu akan bertemu dengan singa itu, tenang saja."
"Benarkah?" Tanya Cesha, seingat gadis itu Arthur tidak memiliki hewan peliharaan.
Arthur berdecak melihat kepolosan Cesha, ia tahu pasti gadis itu berpikiran jika singa yang ia maksud adalah singa peliharaan. Padahal yang cowok itu maksud adalah Zevesh! Setiap bulan jika ia hendak mengunjungi Cesha pasti cowok itu harus menghindari jelmaan singa itu terlebih dahulu, jika tidak sudah dipastikan tubuhnya akan berakhir babak belur dan tujuannya untuk mengunjungi gadis itu pasti akan gagal!

KAMU SEDANG MEMBACA
LUMINESCENCE
Teen FictionZevesh tegaskan gadisnya itu LUMINESCENCE untuknya. Zevesh percaya bahwa poros hidupnya hanya berpusat pada gadisnya. Zevesh berani bersumpah bahwa tak ada yang lebih berharga daripada gadisnya di dunia yang fana ini. Gadis Zevesh segala-galanya un...