抖阴社区

Dua puluh tujuh

Mulai dari awal
                                        

Tidak ada jawaban dari dalam.

Tak mau menyerah, Hacihan mengetuk pintu kamar itu lagi, bahkan lebih keras.

Masih tidak ada jawaban.

Hacihan menghela napas panjang. Apa laki-laki itu sudah tertidur pulas?

"Semesta buka pintunya!" Suaranya yang lantang seharusnya terdengar ke dalam sana.

Karena Semesta orang yang sangat tidak suka diganggu, seharusnya dalam beberapa detik ia akan membuka pintu kamarnya lalu memarahi Hacihan...

Namun tidak terjadi di hari itu, yang di hadapan Hacihan masih tetaplah pintu yang tertutup rapat.

Dor-dor-dorrr!!!

Jauh dari kata mengetuk, Hacihan bahkan menggedor pintu tersebut tanpa berpikir hal itu akan sangat membuat Semesta marah.

Masih belum ada jawaban, apa Semesta benar-benar marah? Atau yang lainnya?

Hacihan menempelkan telinganya ke pintu kamar tersebut, memastikan ia mendengar suara-suara dari dalam sana.

Setelah beberapa detik ia melakukan itu, hasilnya tetap nihil.

Muncul lah banyak pertanyaan di dalam pikirannya. Apa yang terjadi?

Saat Hacihan tak sengaja memegang handle pintu, matanya langsung melebar mengetahui pintu tersebut terbuka pelan.

"Nggak dikunci?" Gumamnya.

Tanpa ragu Hacihan membuka pintu kamar Semesta tanpa berpikir panjang bahwa Semesta bisa saja mengusirnya jika ia ketahuan.

Saat itu lampu kamar Semesta masih nyala, dan terlihat beberapa meter di hadapannya, terlihat Semesta yang sedang tertidur di kasurnya.

Bukan sekadar tidur sepertinya, laki-laki itu kenapa-kenapa.

Hacihan bergegas mendekatinya, tubuh Semesta yang terbalut selimut tipis itu terlihat menggigil.

Mulut Hacihan ternganga melihat keadaan Semesta yang begitu mengkhawatirkan.

Hacihan berlutut di sebelah kasur Semesta, tepat di dekat laki-laki itu.

Saat Hacihan memegang dahi Semesta kemudian membandingkan dengan dahinya, dahi Semesta jauh lebih panas darinya.

Tanpa perlu bantuan termometer lagi Hacihan yakin bahwa Semesta sakit.

Sebuah selimut tipis tak membantu menghangatkan tubuhnya yang menggigil demam tentunya. Hacihan bergegas mengambil selimut-selimut miliknya kemudian membalut tubuh Semesta.

Tak hanya itu, ia pergi mengambil air hangat untuk mengompres kening Semesta dengan berharap demam Semesta akan segera turun.

Setelah melakukan segalanya untuk Semesta, Hacihan hanya menatap Semesta iba.

Mengetahui keadaannya sekarang ia bersama Semesta, bagaimana jika Hacihan tidak ada sekarang? Itu berarti Semesta melewati masa-masa seperti ini tanpa ada sosok keluarga bukan?

The Universe Knock My Door [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang