Taehyung memang terlihat lebih sering berdiam diri setelah pemakaman tunangannya dilaksanakan. Namun, ia juga jadi sering mengomel karena itu.
Wajar saja, sejak kabar tunangannya meninggal dunia memenuhi media, beberapa wanita tidak tahu diri mencoba untuk menghubunginya. Dan ia tidak berencana untuk melanjutkan kehidupan asmaranya dalam beberapa tahun ke depan.
Tentu saja hal itu membuatnya kesal setengah mati.
"Pak Direktur, apa Anda sudah sarapan pagi ini?"
Sekretaris Kim membuka percakapan segera setelah dirinya masuk ke ruangan Taehyung untuk menyerahkan beberapa dokumen penting.
Taehyung menaruh kedua matanya pada Sekretaris Kim yang jangkung. Bentuk tubuhnya atletis, sehingga orang-orang yang memperhatikannya akan beranggapan bahwa dirinya adalah seorang atlet atau model.
"Tidak. Aku tidak sarapan pagi ini. Kenapa?"
"Kalau begitu--"
Sekretaris Kim yang mengambil pergi cangkir kopinya, membuat Kim Taehyung mengernyitkan alis dan hampir mengomelinya.
"--apa Anda tidak tahu bahwa mengonsumsi kopi dalam keadaan perut kosong itu tidak baik?"
Taehyung meletakkan tangannya ke dahi, memperlihatkan kekesalannya secara terang-terangan.
"Apa kau dokter pribadiku, Sekretaris Kim? Jangan mengkhawatirkan kesehatanku dan kembalikan kopiku sekarang."
Sekretaris Kim menghela napas.
"Saya tidak mengkhawatirkan Anda, Pak Direktur. Saya mengkhawatirkan diri saya sendiri. Bayangkan sebanyak apa pekerjaan yang harus saya kerjakan jika Anda masuk rumah sakit?"
"Kurasa aku tidak akan pernah terbiasa dengan gerutuanmu, Kim Namjoon," Taehyung merespon.
Namjoon kemudian memberikan senyuman lebar untuk atasannya. Kedua bola matanya hampir tidak terlihat karena terlalu sipit. Ia lalu meletakkan sebuah kantong kertas di atas meja Taehyung.
"Saya sudah membelikan sandwich untuk Anda, jadi makanlah dulu. Saya akan buatkan kopi panas yang baru setelah Anda menghabiskannya. Jadi jangan khawatirkan kopi yang tadi."
"Akhir-akhir ini kau bekerja terlalu keras. Apa kau juga sedang bersaing dengan wanita-wanita itu untuk merebutku?" Taehyung mengajaknya bercanda sembari menyantap sandwich pemberian sekretaris setianya.
Namjoon membalasnya dengan memperlihatkan raut wajah jijik yang membuat keduanya tertawa bodoh.
"Nah, sekarang tolong kembalikan uang saya, Pak Direktur."
Kedua tangan Namjoon terjulur ke hadapan Taehyung, menginginkan kembali sesuatu miliknya.
"Uang apa? Aku tidak ingat kalau aku pernah memakai uangmu untuk membeli sesuatu."
"Sandwich. Anda lupa dengan sandwich yang sedang Anda makan saat ini. Saya akan menambahkan ongkos jalan dan ongkos keringat saya juga. Jadi totalnya 26.800 won, Pak."
Taehyung yang baru saja ingin berdiri untuk memukul sekretarisnya dengan maksud bercanda, tiba-tiba saja terhenti. Kedua pria itu menaruh mata pada berita yang tengah dilaporkan melewati televisi yang sedari tadi dibiarkan menyala.
Sebuah kecelakaan lalu lintas terjadi tidak jauh dari gedung yang mereka pijaki saat ini. Namjoon berpaling untuk melirik atasannya yang masih terpaku pada berita tersebut. Dengan tangan jenjang miliknya, ia meraih remot yang terletak di atas meja kerja Taehyung dan segera mematikan televisi tersebut. Taehyung terlihat mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Anda baik-baik saja? Apa perlu saya bawakan segelas air putih, Pak Direktur?"
Taehyung menggeleng, "Tidak."
"Lagi pula aku harus terbiasa."
Sejenak, Namjoon terdiam sembari melihat atasannya yang kembali mengambil duduk. Sandwich yang ia belikan pun masih tersisa setengah, dan mungkin saja Taehyung sudah tidak akan memakannya lagi.
"Namjoon-a, aku akan pulang lebih awal hari ini."
Namjoon tersentak mendengar Taehyung yang memanggil namanya. Namun untungnya, otaknya bekerja dengan cepat.
"Baik, Pak Direktur. Tapi Anda memiliki pertemuan hingga jam delapan malam ini. Apa perlu saya majukan jadwalnya?"
"Tidak. Aku akan pulang setelah itu."
"Baik. Kalau begitu, saya permisi."
Ketika Namjoon keluar dari ruangannya, Taehyung memutar kursi kerjanya untuk menghadap dinding kaca ruangannya yang menampilkan kota Seoul dari atas.
Sudah hampir dua minggu sejak tunangannya meninggal dunia. Jadi hari ini ia berencana untuk mengunjungi nyonya Choi yang pasti masih bersedih atas kepergian anak satu-satunya itu.
Ketika ia kembali memutar kursi, perhatiannya tertuju ke sandwich yang dibeli oleh sekretarisnya. Ia tidak dapat menahan senyum saking jengkelnya.
"Dasar. Akan kupastikan gajinya berkurang bulan ini."
to be continued...
Author's note :
Karena mungkin masih ada kekurangan dalam penulisan atau alur yang kurang menarik, saya selalu menerima saran dan masukan. Namun, saya akan merasa sangat lega jika tulisan ini telah dianggap berada di atas ekspektasi para pembaca. Dengan memberikan vote, saya menganggap para pembaca telah mendukung perkembangan cerita ini untuk menjadi lebih baik lagi.
Salam cinta,
MilkyWayCreature

KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Bride to Be | KTH ?
Fanfiction[COMPLETED] Seperti anak konglomerat lainnya, Kim Taehyung juga memiliki tunangan yang tidak ia cintai. Namun suatu hari, seseorang mengabarkan bahwa tunangannya mengalami kecelakaan hebat hingga mengguncang seluruh negeri. Taehyung segera menunda s...