Pagi ini cukup melelahkan untuk Lucas. Dia baru saja pindah ke rumah lama pamannya yang tidak terpakai. Walaupun begitu, rumah tersebut masih terawat karena memang Paman Lucas meminta orang lain yang mengurusnya.
Lucas baru beberapa bulan yang lalu lulus. Dan perusahaan yang menerimanya cukup dekat dengan rumah yang dia tinggali saat ini. Jadilah daripada tidak terpakai, Lucas yang akan memakainya.
Setelah dirasa cukup membereskan tempat tinggal barunya. Lucas segera mandi dan bersiap untuk menyapa tetangga-tetangga barunya.
Lucas menyiapkan beberapa paper bag sebagai salam yang akan dia berikan pada tetangga baru terdekatnya.
Samping kiri rumahnya, ada seorang nenek tua yang tinggal sendirian. Lucas sempat mengobrol beberapa hal tentang anak-anaknya dan kenapa si nenek tidak ingin tinggal bersama anaknya. Yang ternyata anaknya ada dirumah sebelah si nenek.
Sisi rumah Lucas yang selanjutnya, kosong. Jadi Lucas memberikan bingkisannya pada anak dari nenek itu. Lucas menitipkannya pada si nenek karena memang tidak ada orang disana. Semua orang sibuk di hari kerja.
Terakhir, Lucas bergegas ke rumah tepat didepan rumahnya. Tadinya terlihat kosong. Jadilah Lucas memilih berkunjung ke sebelah lebih dahulu. Tapi ternyata ada penghuninya. Seorang perempuan muda dengan bayi digendongannya yang sedang rewel.
Lucas ragu untuk mengunjunginya saat ini. Tapi kedua matanya sudah terlanjur bertemu tatap dengan perempuan itu. Lagipula Lucas sudah berdiri di depan pagar rumah itu. Mau tak mau Lucas segera menghampirinya.
"Dedek ini susunya" Perempuan itu berusaha memberikan dot susu pada si bayi yang menangis.
"Duh" Perempuan itu terlihat risih saat bayinya berusaha mendapat asi, bukan susu formula. Dan yang Lucas lihat memang bayi itu masih terlalu kecil untuk mendapat susu formula.
"Anaknya rewel ya, mbak?" Tanya Lucas berbasa-basi. Tidak lupa untuk menunjukkan senyuman lebarnya.
Perempuan itu memicing sambil terus mengayun-ayunkan bayi dalam gendongannya. "Siapa?"
"Tetangga baru" "Saya tinggal di depan"
"Rumah om Minho?" Lucas mengangguki tebakan perempuan itu.
"Oh-- ada tamu?" Satu perempuan keluar dari pintu rumah itu. Terlihat masih muda tapi jika dibandingkan dengan perempuan pertama, usianya tidak jauh diatas.
"Pacar kamu, Na?" Perempuan itu bertanya pada perempuan penggendong bayi.
Lucas mengerutkan dahinya bingung?
Pacar?
Bukannya perempuan ini sudah punya suami? Bahkan ada bayi dalam gendongannya sekarang.
"Duh-- dedek haus ya" "Sini sini sama Bunda" Perempuan kedua mengambil alih bayi itu. Okay, Lucas mulai paham bagaimana urutannya.
"Ajak masuk dulu, Na" "Masa dianggurin di luar" Ujarnya sebelum akhirnya masuk.
"Masuk dulu" Ujar perempuan satu yang sekarang ikut masuk kedalam rumah. Lucas hanya mengekor.
"Ini asinya gimana, mbak?" Seru si perempuan satu yang menunjukkan dot yang dia pegang pada kakaknya.
"Taruh di freezer aja" Jawab yang di panggil mbak.
"Mbak tinggal ya" Perempuan itu tersenyum pada Lucas sebelum beranjak ke kamarnya.
"Jadi bukan anak mbak?" Lucas memulai pembicaraan setelah perempuan satu menjamunya dengan minuman.
"Gue masih single, jadi belum punya anak" "Kecuali gue adopsi" "Oiya, ngobrolnya santai aja" Perempuan itu tersenyum ramah.
Lucas jadi tertular senyuman itu. "Oh-- iya"
"Emang tampang gue udah mak-emak banget ya?"
"Justru karena masih keliatan muda banget, makannya gue heran tadi" "Tapi gue maklum aja karena orang kan ada yang pilih buat nikah muda"
Perempuan itu mengangguk saja. "Oh iya, tetangga baru?" Perempuan itu seolah mengingatkan Lucas pada tujuan awalnya.
"Ini, buat lo sama Mbak lo" Lucas memberikan paper bag yang masih menggantung sempurna di tangannya.
"Jadi repot-repot"
Keduanya kemudian berbagi cerita mengenai masing-masing yang ternyata mereka ada diusia yang sama. Hanya saja, perempuan itu masih menunggu untuk mendapat panggilan kerja. Padahal sudah bergerak kesana-sini tapi Tuhan belum juga memberinya. Ya-- harus lebih banyak berdoa dan berusaha.
"Oh iya-- boleh minta kontak lo gak?" "Siapa tau nanti kalau ada perlu" Lucas mengulurkan ponsel dengan senyuman lebar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.