抖阴社区

Rey's Story [END]

By Caca_Ap27

50.4K 4.5K 110

[End/Proses Revisi] FOLLOW JAN LUPA GES馃檹馃檹 CERITA INI ONLY DI WP #Start 15 Juli 2021 #Finish 2 Febuari 2022 ... More

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 45 (End)

Part 44

934 84 8
By Caca_Ap27

"Dia, Bintang" ucap seseorang dari arah sebuah tangga untuk mencapai lantai atas.

Tap

Tap

Tap

Suara sepatu bersahutan. Tak hanya dari arah tangga. Namun dari sisi kanan dan kiri mereka.

Fyi, arah tangga ada di depan mereka berlima

Dari arah tangga, turun seorang perempuan dengan setelan hitam hitam. Rambut yang di kuncir kuda. Tak lupa dengan topeng yang hanya menutupi mata dan hidungnya. Terdapat huruf V bersayap di sisi kanan atas.

Serta arah kanan dan kiri mereka terdapat orang dengan setelan hitam serta topeng yang sama dengan perempuan yang turun dari arah tangga.

"Victor" ucap mereka berlima.

"Yeah, we are Victor" jawab lelaki yang berada di kanan mereka.

"Please, gue tahu itu lo Rey. What happend?" Tanya Farel.

Rey, gadis itu tertawa. Namun suara tawanya sangat menyeramkan. Bahkan buku kuduk Bian berdiri.

"Everything because you" jawab gadis itu dengan nada dingin.

"Me?" Tanya Farel lagi dengan menunjuk dirinya sendiri.

"Not, you"

"Elah pada ngomong apa sih? Gak tahu apa nilai bahasa Jerman gue 45" cibir Bian.

"Itu bahasa Inggris, tolol!!" Balas Zidan.

"Oh, salah ya?" Zidan hanya mendengus menanggapi ucapan Bian.

"Who him?" Tanya Rafa.

"Dia? Bintang. Lo pasti inget, malam ultah Oma Laras di samping gedung. Pertemuan pertama gue sama Fara" jawab Rey datar.

Bintang itu? Rafa ingat. Tapi, bukan itu yang Rafa maksud dalam pertanyaan 'Siapa dia?'

"Dia bernama.. Sean Bintang Adijaya"

Deg

Degup jantung seseorang tengah berpacu cepat. Wajahnya pucat pasi. Sial, ini akhir baginya.

"Anak pertama dan pewaris utama keluarga Adijaya. Anak dari Marvin Adijaya dan Sara Valerica. Tapi keduanya bercerai empat tahun lalu dan Marvin mendapat hak asuh Sean. Sedangkan Sara mendapat hak asuh adik kandung Sean. Ayumi Valencia Adijaya" jelas Rey.

"A-Ayumi?" Beo Zidan.

"Tapi, dalam peraturan keluarga Adijaya. Setiap seseorang yang sudah bukan menjadi bagian dari keluarga itu, maka Marga Adijaya di hapus dari nama orang itu. Tak peduli sekalipun itu anak kandung. Itu juga berlaku untuk Ayumi" lanjut Rey.

"Selain Ayumi, Sean juga. Tapi bedanya, yang di hapus dari nama Sean bukan Marganya. Tapi statusnya, sebagai pewaris utama. Nama pewaris utama keluarga Adijaya adalah, Triska. Karena Sean meninggal sebelum hak warisnya jatuh, maka nama Triska di hapus. Dan hak waris itu, berpindah pada anak tiri Marvin. Anak dari istri keduanya, setelah selang dua tahun Marvin dan Sara berpisah. Dia bernama Rania Desvita. Anak itu bernama...." Rey menggantungkan ucapannya.

"Galang Anggara Triska Adijaya" lanjut Rey dengan senyum devilnya.

Deg

Pandangan keempat inti The Lion bergulir pada Galang yang tengah pucat pasi.

"Galang?" Beo Farel dan Zidan.

"Jadi lo bukan anaknya papski, Lang?" Ujar Bian ngawur.

"Dia... Gak mungkin" lirih Rafa.

"Lang, lo kok gak pernah cerita sih sama kita? Dan lo juga gak ngasih tahu kalo ternyata lo kakak tirinya Ayumi?" Tanya Farel beruntut.

"G-gue.."

"Dia takut" ucap Rey.

Sontak pandangan mereka kembali pada Rey yang tengah tersenyum miring kepada mereka.

"Takut apa yang lo maksud?" Tanya Zidan seraya menatap tajam Rey.

"Sebelum itu, gak ada yang mau tanya nih Sean kemana? Gak mungkin dong gue cape cape siapin ini semua tanpa sesuatu yang pasti. Masa cuma ngungkap identitas dia doang"

"Dimana Sean?" Tanya Rafa akhirnya.

"Mati"

Farel dan Bjan melongo mendengar ucapan Rey yang terbilang terlewat santai. Namun lain halnya dengan Rey yang merasakan air matanya hampir jatuh.

"M-mati maksud lo?"

Rey tetap mempertahankan senyum miringnya. Lalu menjentikan jarinya dan seketika layar berubah menampilkan sebuah video yang menampilkan Sean yang sedang menghadap kamera dengan tersenyum. (Part Prolog)

Mereka menampilkan raut wajah terkejut ketika melihat di layar, seseorang tiba tiba datang dan mengacaukan semuanya hingga menusuk Sean.

"Anjir, tusuk tusukan dong maennya" ujar Bian.

Lalu, video terhenti dimana ketika sang pelaku ingin mengambil ponsel Sean, dan terlihat jaket dengan lambang singa.

"The Lion, right?"

Rafa tak tahu harus berkata apa. Sementara itu, Galang mengepalkan tangannya kuat.

Sial, padahal udah hancur lebur. Tapi.. kenapa bisa?! Batin lelaki itu.

"Ah iya, satu lagi" ujar Rey seraya menjentikan kembali jarinya. Dan layar menampilkan video yang berbeda.

"Sore itu, cewek gue minta di jemput di bandara. Karena gue sempet LDR sama dia. Dan gue kira, semuanya bakal baik baik aja. Tapi secepet gue baru nginjakin kaki di bandara, gue dapet telpon dari temen lo kalo Sean di bunuh"

"Andai gue tau kalo Sean bakal kek gitu, gue gak akan ke bandara. Gue gak peduli kalo cewek gue mutusin gue, gue rela asalkan gue bisa jaga Sean"

"Gue heran. Sean bisa bela diri. Dan dia jago banget sama gituan. Terus kenapa sampe kek gitu?"

"Sebelum lo pergi dari Apart, apa ada sesuatu hal yang mencurigakan?"

"Seinget gue, waktu mau ke parkiran Apart, gue sempet liat sodara tirinya Sean"

"Tapi gue gak tahu, soalnya waktu gue mau cek lagi dia masuk lift dan lift nya udah nutup. Jadi, mungkin salah orang. Gak mungkin kan dia ngunjungin Sean?"

"Jangan bilang kalo... Lang?" Ujar Farel lalu menatap Galang penuh tanda tanya.

"Yah, dia... penyebab-Sean-meninggal" jawab Rey yang membuat keempatnya melebarkan mata. Suara gadis itu ketika mengatakannya sangat tertahan dan bergetar.

"Enggak, bukan gue. Apa apaan sih lo Rey?!" Bentak Galang pada Rey.

"Lang?" Panggil Rafa dengan kedua alis yang terangkat.

"Enggak, Raf. Bukan gue. Percaya gue, plis"

"Di saat kaya gini gue di suruh percaya sama lo? Mungkinkah?" Tanya Rafa.

"Raf, plis. Rel, Yan, Ji, percaya gue" ucap Galang yang mulai panik.

Zidan lantas menggelengkan kepalanya tegas. Sedangkan Bian memegang kepalanya frustasi.

"Sulit di percaya" gumam Bian.

"Ekhem, gue belom selesai" instrupsi Rey.

"Rey-"

"Dia juga dalang dari penculikan gue sama Rafa. Penembakan Rafa. Dan di malam itu, Ayumi hampir celaka. Itu juga ulah dia" potong Rey.

"Rey, lo-!!"

"Maksud lo dalang penculikan?" Sela Rafa.

"Apa? Gak percaya? Val" panggil Rey pada Nauval yang berdiri di sisi kanan Inti The Lion.

Nauval menyerahkan map berwarna merah kepada Rey. Gadis itu juga mengkode Nauval namun perintah gadis itu dilemparkan kepada Delta yang tengah berdiri di samping kiri Inti The Lion lewat matanya.

Delta yang mengerti pun segera bergerak. Rey hanya mendengus kasar.

"Ini berkas yang menyatakan kalo lo pemilik rumah dimana tempat lo sekap kita" ujar Rey sembari melempar map tersebut ke arah Rafa.

Rafa pun dengan sigap menangkapnya. Lelaki itu membuka map tersebut. Farel dan Bian pun ikut mengintip. Dan Zidan hanya mengamati ketiganya.

Di dalam map tersebut terdapat sertifikat tanah dan rumah atas nama Galang. Nama Galang disana juga di tambah dengan Triska Adijaya.

"Bentar bentar. Otak gue nge-lag" ujar Bian yang masih mencerna semuanya.

Rey mengkode Delta dan diangguki lelaki itu. Delta mundur sesaat. Lalu kembali dengan menyeret seorang lelaki ke tengah antara The Lion dan Rey yang sedang memanas.

"Dion?" Heran Rafa.

"D-dion? G-gimana.. g-gak mungkin" lirih Galang yang kini sudah gelagapan.

Rey berjongkok guna menyamakan dirinya dengan Dion yang sudah tersungkur dengan keadaan miris.

"Sekarang lo jelasin. Jawaban lo, atas ancaman gue" ujarnya dengan penuh penekanan.

"Ck, dasar tukang ancam" decak Dion.

"Bodoamat. Yang penting, kartu as lo ada di gue"

"Jelasin!" Tegas Rey.

"Fine! Gue di suruh Galang buat kasih pelajaran sama Rey. Tapi saat gue mau nyelakain Rey, disitu ada Rafa. Akhirnya gue juga merintahin anak buah gue buat sekalian bawa Rafa. Karena gue pengen dia hancur!!" Ungkap Dion.

Farel mengacak rambutnya frustasi.
"Ingin ku berkata ANJING!!"

"Bangsat lo!!" Umpat Rafa pada Dion.

"Tapi gue bersumpah, kalo Galang yang nembak lo. Awalnya dia ngincer Rey, tapi malah lo yang kena" jawab Dion.

"Lang? LO TEGA NEMBAK SAHABAT LO SENDIRI HAH?! DIA HAMPIR MATI GOBLOK!!" Bentak Farel.

"INI YANG DISEBUT SAHABAT, REL?! INI YANG LO SAHABAT?! LO GAK PERNAH TAHU APA PUN TENTANG GUE!!" Balas Galang.

"ITU KARENA LO GAK MAU TERBUKA SAMA KITA!!"

"Stop!" Ujar Rafa yang membuat keduanya terdiam dengan nafas yang memburu.

"Gue gak nyangka, Lang. Lo itu pembunuh. Gue kira lo Abang yang baik. Gue anggep lo kaya sodara sendiri. Tapi lo?" Bian menggeleng tak percaya.

"Fine, gue tahu, gak mudah buat lo nyeritain semuanya. Tapi Lang, please. Gak gini caranya" lanjut Bian.

"Dendam, akan selalu ada pada orang yang tak pernah bersyukur bahwa dia memiliki seseorang untuk dijadikannya tempat bersandar" sahut Zidan setelah sekian lama terdiam.

"Kalian gak pernah tahu. Rasanya di jadiin anak tiri di sama nyokap kandung. Dan di acuhin sama bokap tiri" ujar Galang dengan nafas yang tertahan.

"Kita emang gak tahu. Karena gue pribadi Alhamdulilah gak pernah ngerasain itu. Tapi Lang, seengaknya lo ceritain kita gimana rasanya. Asem kah, manis, kecut, asin, pahit, pedes? Berbagi rasa bukan cuma ke pasangan, Lang. Lo punya kita. The Lion. Keluarga kedua lo" bijak Bian.

"Lo mungkin bisa bohongi seluruh dunia. Tapi ada saatnya lo luapin semua yang ada di hati lo" ucap Farel.

"Maaf, maafin gue. Sorry" ujar Galang dengan air mata yang menetes.

"Udahlah, mau kita semua bilang kalo kita kecewa sama lo, nasi udah jadi bubur. Semuanya terlambat. Jadiin semuanya pelajaran. Dan lo, harus membayar semua rasa sakit orang terdekat Sean" ucap Rafa sambil menepuk bahu Galang.

Tiba tiba dua orang berpakaian polisi datang dan membawa borgol. Kedua polisi itu langsung memborgol Galang.

"Enggak, Raf. Tolongin gue. Ji, Yan, Rel" ujar Galang mencoba memberontak.

Namun, ia sadar. Sudah seharusnya ia tak melakukan itu semua hingga sahabatnya yang menjadi korban atas tindakannya.

"Rey" panggil Galang dengan menatap Rey yang sedang menatapnya kosong.

"Maafin gue. Gue tahu, maaf gue gak bisa ngobatin hati lo. Tapi gue bener bener minta maaf" ucap Galang tulus. Ia sudah menyadari semuanya.

"Seperti katanya, semuanya terlambat. Gue mau bunuh lo. Tapi berhubung gue warga negara yang baik, lo bisa di hukum oleh pihak yang berwenang" jawab Rey dengan nada datar nan dingin.

"Mari ikut saya" ujar Polisi sambil menyeret Galang.

Tak lupa dengan Dion. Atas kasus kaki tangan penyekapan Rey dan Rafa.

Rey menghela nafas lega. Semuanya berakhir. Dan dirinya juga bersyukur, tak ada darah yang tertetes.

•••

Maapin kalo gak seru🙏

Caca lagi mumet nugas🙏🙏

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 52.2K 53
Alkana Lucian Faresta dan pusat kehidupannya Liona Athena. Alkana mengklaim Liona sebagai miliknya tanpa persetujuan gadis itu. Liona tentu saja mara...
36.5K 2.7K 34
[ PART LENGKAP! ] "Ini Conundrum. Tuntaskan kalimatnya atau mati!" Keyra Ainsley Xafion cucu kedua dari keluarga Xafion. Kehidupannya dimulai saat sa...
168K 7.2K 48
[SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA FOLLOW AKUN AUTHOR TERLEBIH DAHULU OKEY] Ini tentang seorang perempuan yang memiliki banyak rahasia di balik sifatnya y...
121K 27.7K 62
Moto hidupnya adalah main serius, belajar juga serius. Satu lagi, ngejar tuan putri juga serius. Bagi Avraam, Greesa Lavanya Adhitama adalah sosok t...