.
.
Keesokan harinya Steven masuk ke sekolah tepat pada waktunya, karena ia tidur cukup nyenyak tadi malam jadinya ia bisa bangun pagi untuk pergi ke sekolah.
Semoga harinya ini lebih baik dari kemarin dan dulu, ia hanya ingin menikmati waktunya untuk sekolah, bermain seperti remaja pada umumnya dan bekerja tanpa gangguan siswa baru itu yang tidak lain adalah Kenzo.
Ia berdoa agar harinya tidak sial sekarang, dan semoga saja tidak ada gangguan sama sekali.
Brruukk
"Kan ... Kan, baru aja doa supaya hari ini lebih baik dari kemarin dan dulu, tapi malah nabrak orang lagi" gerutu Steven.
Steven bangun dari duduknya dan menatap ke arah seorang siswa yang tadi ia tabrak, Steven merasa dejavu karena sudah menabrak orang banyak.
"Maaf," ucap Steven sambil menatap orang di depannya.
"Hmm."
"Kenzo?" lagi dan lagi Steven merasa dejavu apalagi orang yang ia tabrak adalah orang yang sama.
"Apa?" tanya Kenzo sambil menarik turunkan alisnya.
"G-gak, gue pergi dulu ya, sampai jumpa."
"Tunggu," ujar Kenzo sambil menahan tangan Steven.
"Apa?"
"Tanganmu kenapa?" tanya Kenzo saat melihat tangan Steven yang di perban.
"Ohh ... Ngak sengaja kepeleset pas kerja di caffe, dan ya tangan gue kena pecahan kaca" jelas Steven sambil menatap tangannya.
"Kenapa bisa terpeleset? Lo udah pergi ke rumah sakit?"
"Belum, tapi tangan gue udah ngak apa-apa dan teman-teman gue juga udah ngobatin,"
"Tetep aja lo harus pergi ke rumah sakit, nanti kalau tangan lo infeksi gimana?" ucap Kenzo kesal.
"Gue baik-baik aja, lo ini kenapa sih? Tumben banget nanya kayak gitu?" risih Steven.
"Sudah lupakan, cepat masuk ke kelas jangan keluyuran,"
"Hmm."
Steven menatap Kenzo malas dan pergi dari sana, kenapa dengan Kenzo? Apakah kepalanya habis terbentur oleh benda keras? Entahlah mungkin iya.
"Dasar gila." umpat Steven.
...
"Hoamm ... Capek juga ya kerja siang pulangnya sore, mending kerja sore pulangnya malam" gerutu Steven.
"Halahh ... Mau kerjanya itu siang atau sore kek, keluhan lo masih sama yaitu capek," sindir Nike.
"Ya gini nihh kalau orang julid," sinis Steven.
"Sudahlah, cepat bereskan caffenya udah mau sore." relai Mike.
Jadwal caffe yellow, senin sampai sabtu itu masuknya jam 4 sore sampai 10 malam, kalau gak lembur, kalau hari minggu masuknya jam 11 siang pulangnya jam 5 sore.
Ya memang sekarang hari minggu, niatnya Steven ingin pergi ke sebuah taman di tengah kota tapi tidak jadi karena tubuhnya lelah dan butuh istirahat.
Bunyi bel pintu caffe membuat Steven, Nike dan Mike yang asik membersihkan cafe melihat ke arah pintu, terlihat ada seorang pria memakai baju hitam masuk ke cafe.
"Mike dimana Dani?" tanya pria itu.
"Dani sedang ada di dapur tuan, biar saya panggil kan,"
"Panggil Naya dan Lana juga ya," perintah pria itu.
"Baik tuan,"
Nike langsung saja menarik tangan Steven untuk berdiri agak jauh dari pria itu, Steven sendiri bingung karena melihat teman-teman nya menjadi tegang.
"Dia siapa?" bisik Steven.
"Anak dari pemilik cafe ini," jawab Nike.
"Hah? Bukankah Kenzo itu anak nya ya?"
"Dia memiliki 2 orang anak,"
"Ohh ... Bilang dongg."
Mike datang dengan Dani, Naya dan Lana di belakangnya, mereka langsung saja berdiri berbaris di samping Steven dan Nike, sedangkan Dani menghadap pria itu.
"Dani apakah kita memang memiliki pegawai baru?" tanya pria itu sambil menatap Steven dari atas sampai bawah.
"Tidak tuan dia adalah Steven, dia sudah bekerja selama 3 tahun di sini," jelas Dani sambil menatap Steven.
"Ahh ... Begitu ya, bagaimana dengan cafe apakah semuanya baik-baik saja? Dan.. Keuangan bulanan nya?"
"Semuanya dalam kendali tuan, hanya saja cafe akhir-akhir ini sempat ramai,"
"Baguslah kalau begitu, aku hanya bertanya tentang ini saja, selebihnya kirim data cafe besok."
"Baik tuan."
Pria itu langsung saja pergi membuat mereka semua menghembuskan nafas lega, sungguh aura di sini sangat menyeramkan ketikan anak atau pemilik cafe kemari.
"Dia kemari cuman bertanya hal itu saja? Padahal kemarin ayahnya kemari dan menanyakan hal itu, kenapa dia tidak bisa bertanya kepada ayahnya saja?" kesal Steven sambil melemparkan lap meja.
"Mungkin sedang tidak akur," jawab Mike asal.
"Sudahlah, ayo kita harus menutup cafe sebelum malam." ujar Dani
"Hmm."
...
"Bagaimana? Apakah kamu sudah melihat wajahnya?" tanya Kenzo kepada kakaknya.
"Hmm, ternyata wajahnya tampan juga," puji pria yang bernama Kenneth Jayendra anak pertama dari Rive.
"Sudahku bilang kan, jadi abang mau kalau dia menjadi bungsu keluarga Jayendra?" Tanya Kenzo kembali.
"Tentu saja, melihat sifatnya yang tidak takut denganku padahal yang lainna menunduk, membuat ku tertarik," kata Kenneth sambil tersenyum miring.
"Haha ... Dia memang memiliki sifat yang pembangkan dan keras kepala," ujar Kenzo sambil tertawa pelan.
"Benarkah? Sepertinya aku harus segera menyelesaikan pekerjaanku sebelum kau dan daddy mengambil nya,"
"Akan aku pastikan kalau kau pulang dari Rusia aku sudah mendapatkannya jadi kau tidak memiliki kesempatan lagi,"
"Aku juga tidak akan membiarkannya, oh ya, dimana ayah? Apakah dia pergi bersama daddy lagi?"
"Sepertinya begitu,"
Yang mereka panggil sebagai ayah adalah adik dari Rive sendiri yang bernama Reynold Jayendra, adik dari daddynya itu hanya memiliki satu orang anak laki-laki.
Dan kabarnya juga anak tunggal dari Rey belum juga kelihat batang hidungnya, 4 tahun yang lalu ia berangkat untuk pergi ke Australia setelah itu ia tidak ada kabar lagi.
"Kapan abang akan pulang? Dia sudah tidak pulang selama 4 tahun lamanya,"
"Entahlah, dia adalah orang yang cukup keras kepala jika di suruh pulang," jawab Kenneth acuh.
"Apakah Steven bisa meluluhkan hati bang Kai? Mungkin saja dia luluh dengan Steven,"
"Mungkin, kita bisa mencobanya,"
"Harus dan pasti."
"Baiklah aku harus segera berangkat, mungkin 2 minggu atau lebih aku akan pulang,"
"Tidak pulang juga tidak apa-apa, tapi Steven akan menjadi milikku," goda Kenzo.
"Jangan macam-macam kau! Aku akan pulang sebelum hal itu terjadi," peringat Kenneth sebelum pergi.
"Haha ... Baiklah akan ku tunggu."
...
Brruukk
"Oke baiklah, boleh gue berteriak sekarang? Hari yang sial!!" ujar Steven geram sambil berdiri dari duduknya.
Ya kalian benar, selain hobinya jatuh nabrak orang di lorong sekolah ternyata Steven juga hobi nabrak orang dan jatuh di taman kota.
Hari ini sudah malam sekitar pukul 9 malam tapi Steven masih berkeliaran seperti maling, tapi bedanya maling satu ini tampan dan kaya, walaupun uangnya ngak sekaya yang lain.
"Maaf ya gue gak sengaja," ucap Steven sambil menatap pria di depannya.
Entah mengapa aura pria di depannya ini cukup menyeramkan membuat bulu kuduk Steven meremang, pria di depannya ini juga memakai kemeja putih di balut jas hitam.
Sejak kemarin Steven ketemu sama pria yang berbaju hitam mulu tapi bedanya ya dari mukanya, cuman kenapa semua orang pakai jas hitam ya? Kayak mau ngelayat aja.
"Bisa tidak kamu jangan menggunakan bahasa gaulmu itu? Saya lebih tua dari pada kamu," ujar pria itu.
"Hah? Maksud om apa ya? Kok ngatur?" sinis Steven.
"Panggil saya abang, saya tidak setua yang kamu pikirkan sampai memanggil ku dengan sebutan om,"
"Oh ya maaf, oke abang ganteng ... maaf ya karena udah nabrak abang, kalau gitu saya pergi dulu ada urusan" ucap Steven sambil berusaha tersenyum sinis.
"Kamu ingin kemana? Saya belum selesai dengan mu," kata pria itu sambil menatap Steven.
"Lahh? Kan saya sudah minta maaf dan abang gak ada kerusakan kan barangnya? Tubuh abang juga gak ada luka," tanya Steven bingung.
"Kenapa kamu keluar malam-malam? Kau tahu kalau keluar pada malam hari itu sangat berbahaya,"
"Saya aja balapan motor nya malam, dan buktinya saya baik-baik saja tuhh," ujar Steven acuh.
"Kamu balapan?" bingung pria itu.
"Seperti yang kamu dengar,"
"Kenapa balapan? Balapan itu berbahaya,"
"Suka-suka saya dongg, dan anda tidak berhak untuk mengatur saya karena kita baru ketemu dan bahkan belum mengenal,"
"Belum mengenal? Baiklah perkenal kan nama ku adalah Kai Jayendra." ucapnya sambil menatap Steven tajam.
"Aku Steven Liana, udah kan? Oke sampai jumpa,"
Saat Kai ingin mencegah Steven untuk pergi tapi Steven sudah berlari menjauh membuat Kai tidak bisa menahan Steven lagi, Kai tersenyum menyeramkan.
"Aku tertarik padanya."