¶¶ÒõÉçÇø

ORACLE

By Lazy_Monkey2

45.2K 6.5K 423

Δελφοί [Orakel] : Oracle Seumur hidupnya, ia tak pernah menyangka akan bertemu dengan mereka. Percaya bahwa i... More

New Story
Prolog
1. Mimpi yang sama
2. Gift
3. Penangkal mimpi buruk
4. Bad dream
5. Her
6. Creation
7. Senang bertemu denganmu, Jennie Addams
8. Konfrontasi
9. Kalung yang bagus
10. Kondonium
11. Pesta malam pembuka
12. Lalisa...
13. Kotak Kebenaran
14. Kebangkitan pertama
15. Bertemu para tetua
16. Daya tarik Oracle
17. Amarah guntur
18. Nubuat pertama
19. Nephilim
21. Kebodohan Seulgi
22. Mimpi & Masalah
23. Adam Bae
24. Surat undangan Islar Bay
25. Lalisa Manoban
26. Demi Oracle
27. SPARTA VS HOPLITE
28. Sparta sayap barat, kalah?
29. Code : Hermes!
30. Tamu tak diundang
31. Kemarahan Tiffany Bae
32. Apakah kamu milikku?
33. Rahasia
34. Arti penglihatan Oracle Xera
35. Yang bisa diubah & tidak
36. Oracle yang perhatian
37. Oracle merajuk
38. Siapa gadis itu?
39. Tanda awal
40. Dia, kekasihku!
41. Teman
42. Dewa-dewa pencetus
43. Islar Bay
44. Waktu dan Ilusi
45. Side story Peeta Taora
46. Pusat aura buruk
47. Kota dengan Ilusi
48. Monumen Oracle Xera
49. Pencarian batu formasi
50. Cap Pengkhianat
51. Tampil di depan layar
52. Gigant (Raksasa)
53. Pengikut setia Hekate
54. Empusa & Dia disini!
55. Manipulasi tempat & ruang
56. Oracle Delfi
57. Gelombang perang
58. Sosok misterius
59. Pohon kehidupan & api neraka Empusa
60. Ada satu cara
61. Oracle kembali
62. Penantian panjang

20. Dua kakak beradik

339 67 3
By Lazy_Monkey2

ORACLE
Lazy_Monkey

|||

Vote & komen


-------------------------------🌹---------------------------







































“Kak Tae, sudah hampir dua jam...” Kim Jisoo berkata dengan nada cemas sambil menutup buku, sesekali melirik pada Jennie yang terbaring dengan damai di atas tempat tidur.

Sesuai perintah ketua yayasan, kelompok mulai berpencar mengerjakan tugas masing-masing. Jisoo dan Taeyeon membawa Jennie kembali ke asrama, melihat si Oracle yang tampaknya memerlukan waktu begitu lama untuk terbangun. Keduanya memilih menjaga Jennie sembari membaca beberapa buku sejarah kehidupan yang diberikan paman Marco. Pria tua itu tak serta-merta memberi tugas mudah menjaga seorang gadis yang tertidur, setumpuk buku diatas meja menjelaskan betapa ayah Lalisa Manoban itu, tak akan mau membiarkan mereka bersantai barang sebentar.

Taeyeon melepaskan kacamata baca, sejenak menoleh ke arah yang sama. “Dia mungkin sedang berjumpa dengan wanita tua itu.” Seminggu bersama dan terus mengikuti Jennie, mereka semua mulai tahu bagaimana kehidupan Jennie sebelum ini. Terima kasih pada Niki serta mulutnya yang ceriwis, dia secara cuma-cuma menceritakan kehidupan si Oracle yang sulit pada mereka, tentu tanpa sepengetahuan Jennie.

Dan betapa Taeyeon sungguh berharap dirinya dapat bertemu lebih awal dengan si Oracle ini, Taeyeon merasa sakit hati mengetahui bahwa untuk sampai kemari, Jennie bahkan perlu mengikuti lomba melukis hanya demi sebuah beasiswa untuk mendapatkan kursi di universitas Oracle. Walau cara Setile Kang dan Seulgi begitu memaksa serta terlalu cepat seperti apa yang dikatakan paman Marco, Taeyeon ikut berterima kasih dalam hati. Setidaknya, Jennie mulai memiliki kehidupan baik saat mereka ada disini.

“Nenek Maria?” tanya Jisoo dan Taeyeon mengangguk, yang termuda menghela napas. “Siapa yang menyangka kita akan berakhir begini? Beberapa hari lalu, saat Seulgi mempermalukan Jennie di kantin universitas, aku bahkan tidak terlalu peduli dengan keberadaannya. Tapi, saat dia terbangun hari itu. Aku merasa hatiku lega entah karena apa. Membayangkan kehidupannya yang sulit, membuatku ingin memberikan segalanya. Kak Tae, apa perasaan seperti ini wajar untuk kita?”

Taeyeon menatap adiknya, tatapan mata Jisoo terus terarah pada Jennie dan Taeyeon tahu arti dari tatapan itu. Mereka memiliki semacam ikatan yang tak biasa, keinginan Jisoo juga menjadi keinginan Taeyeon. Dan demi dewa yang menjaga alam semesta, Taeyeon juga tidak bodoh dengan apa yang dia rasakan.

“Jangan mengatakannya, karena semua dari kita juga menginginkan dia.” Taeyeon melirik buku di kedua tangannya sendiri dan dia baru saja membaca separuh halaman tersebut dengan ketertarikan tinggi. Buku itu membahas tentang para penjaga dari setiap generasi, bahkan dalam beberapa silsilah dia telah menemukan fakta baru yang membuat hatinya gemetar penuh rasa cemburu sedari tadi. “Seorang Oracle tidak pernah menjalin hubungan...” Taeyeon berkata, mengulang setiap kalimat yang tertulis disana. “Ketertarikan banyak pihak padanya hanya akan menimbulkan kekacauan. Karena perasaan manusia membuat mereka melemah. Namun, jika seorang Oracle jatuh cinta, itu seperti gunung dan lautan. Seperti samudra yang tak berbatas. Cintanya membawa kelegaan, cintanya membuat semua manusia iri pada manusia lainnya. Cintanya tidak berbatas pada kata memiliki. Mereka...hanya tidak akan pernah mencari orang lain untuk seribu tahun kehidupan fana.”

Menyerap kata-kata ini dan membayangkan seseorang mendapatkan cinta dari Oracle mereka sungguh membuat Taeyeon cemburu. Bahkan Jisoo yang ikut mendengar pun mengangkat satu alis tak senang.

“Aku tidak suka ini, aku akan membuang buku ini.” Taeyeon beranjak dari kursi. Merasa buku ini adalah buku terkonyol yang pernah dia baca. Meski Taeyeon terus tertarik membacanya, lama-lama hatinya justru panas dengan kata-kata cinta sehidup semati.

“Ya, tolong hancurkan saja. Robek dan buang sampai tidak bisa terbaca. Jangan sampai Jennie melihatnya.” Jisoo mengangguk setuju lalu bangkit menghampiri Taeyeon yang berjalan menuju nakas mengambil gunting. “Buku itu terdengar seperti buku cabul bukannya buku tentang Oracle.” Lalu melirik pada Jennie dengan mata serius. “Aku tidak mau dia jatuh cinta, aku tidak mau. Aku akan memukul siapapun yang mendapatkan hatinya.”

Bahkan, sebelum mereka tahu bahwa Jennie menyukai seseorang. Mereka akan mencari orang itu. Diatas tempat tidur yang terasa panas oleh tatapan cemburu, Jennie yang sebenarnya sudah bangun bergidik ngeri mendengar kata-kata kedua penjaganya ini. Mereka bahkan tidak sadar bahwa sinar di dahi Jennie telah menghilang saking kesal dan gila berencana menghancurkan sebuah buku.

Jennie jadi takut untuk bercerita bahwa dia telah memimpikan Lalisa Manoban selama ini, apalagi jika mereka tahu salah satu alasan Jennie kemari untuk mencari sosok yang berada di dalam mimpinya itu. Membayangkan tujuh penjaga lainnya mengamuk dan memukul temannya sendiri, Jennie pasti akan gila. Anak-anak ini total akan menghancurkan satu universitas hanya karena cemburu.

“Ehem!" Sebelum mereka benar-benar menghancurkan buku tersebut, Jennie memilih beranjak bangun. Keduanya menoleh, membulatkan mata lalu tersenyum lebar mirip anak anjing yang senang Tuan-nya telah kembali. “Apa yang sedang kalian lakukan?”

Taeyeon serta-merta menyembunyikan buku itu di belakang punggung dan Jisoo dengan konyol menutupi tubuh kakaknya. “Hanya membaca, paman Marco memberikan kita beberapa tugas sambil menjagamu. Akhirnya kamu bangun juga, apa ada sesuatu yang kamu inginkan?”

Kedua mata Jennie secara jelas terarah pada sesuatu di belakang Taeyeon, berkata dengan sedikit nada tanpa ketertarikan agar Taeyeon tidak merasa dirinya tengah mencurigai dia yang bertingkah seperti seorang pencuri. “Oh, apa yang kalian baca? Kepalaku hanya sedikit pusing, kemana perginya teman-teman yang lain?”

Jisoo dengan sigap berjalan ke nakas, menuang air putih dari dalam teko ke gelas. Lalu dengan riang gembira menyerahkannya pada Jennie. “Minum dulu, kamu baru terbangun setelah dua jam tertidur. Lalisa dan Seulgi mereka sedang mencari informasi tentang kawah dan lembah yang sesuai dengan ramalanmu. Tiffany serta Irene disuruh pulang sebentar untuk memanggil paman Adam, ayah mereka. Lalu, Wendy dan Rosie mereka pergi ke Laboratorium alkemis untuk bertemu profesor Gerry Opran.”

Secara sengaja, Jisoo mengalihkan perhatian Jennie dari buku. Taeyeon memanfaatkan momentum tersebut untuk menyimpan buku yang bagi mereka cabul dan menjengkelkan ke dalam tumpukan buku lainnya.

“Terima kasih, Jisoo.” Jennie meraih gelas air putih, tersenyum manis lalu mengangguk paham mendengar penjelasan putri kedua keluarga Kim itu. Dia melirik pada Taeyeon serta tumpukan buku di atas meja. Pada akhirnya, fokus Jennie kembali kesana. “Kebetulan aku juga perlu membaca berapa buku tentang sejarah-sejarah makhluk mitologi di masa lalu, karena kalian ada disini, bisakah kalian membantuku mencari beberapa informasi tentang silsilah kaum Nephilim? Tetua Naum memintaku untuk lebih teliti dalam penglihatan tepi ini. Pasti ada penyebab mengapa mereka memulai pergerakan panjang ini setelah beberapa dekade. Kemunculan mereka yang memakan banyak korban, membuatku merasa ada sesuatu yang membuat mereka atau memaksa mereka melakukan hal itu. Penglihatan yang kudapatkan hanya sepintas, kupikir, jika kita ingin menyelesaikan masalah ini. Kita harus bertemu dengan para Nephilim secara terbuka.”

Sebetulnya Naum cukup banyak memberi Jennie informasi. Hanya saja Jennie merasa, ada yang janggal dengan penglihatan tepi ini. Tak ada makhluk jahat atau baik, yang ada hanyalah penyebab. Jika memang kaum Nephilim disebut kaum malaikat yang terabaikan dan tidak memiliki tempat. Untuk waktu yang panjang selama beberapa dekade yang tidak diketahui, Jennie bahkan tidak pernah berpikir kaum ini benar-benar nyata. Karena sejujurnya, jika memang Nephilim dulu pernah diburu, seharusnya saat ini mereka muncul sesekali untuk menebar kekacauan. Jika memang mereka merasa tidak adil dan ingin membinasakan manusia. Mereka tidak perlu menunggu karena mereka jelas memiliki kekuatan lebih besar. Dalam penglihatan tepi yang dia alami, sekelompok orang yang membaca mantra berkemungkinan adalah orang-orang yang memulai konflik tersebut. Dan sebelum kekacauan ini terjadi, mereka harus mencari orang-orang itu.

Mendengar penjelasan Jennie, Taeyeon mengangkat satu alisnya berpikir. “Kaum Nephilim termasuk salah satu kaum yang disebut sebagai legenda. Sulit untuk bertemu dengan mereka dalam keadaan-keadan tertentu. Paman Marco baru saja membahas hal ini maka dari itu, dia memberi perintah pada Tiffany serta Irene. Jika kamu ingin tahu lebih banyak tentang Nephilim, lebih baik bertemu langsung dengan paman Adam. Paman Marco bilang, generasi keluarga Bae adalah generasi pemburu. Fokus keluarga mereka adalah memburu para Nephilim. Kami juga baru mengetahui hal ini beberapa waktu lalu.”

Jennie memiringkan kepala, bergumam. “Jadi, dua orang yang disebutkan tetua Naum itu Tiffany dan Irene...” Taeyeon dan Jisoo jelas dapat mendengar kata-katanya. “Aku tidak ingin memburu mereka seperti kita memburu seekor binatang. Aku ingin melihat mereka secara terbuka dan bicara, jika kita memulai pencarian dengan cara kasar, itu hanya akan menumbuhkan api pertikaian berikutnya. Kelompok lain memburu kelompok lainnya, tak akan ada akhir yang baik. Dunia hanya akan berputar disekitar peperangan saja.”

Pemikiran Jennie jelas dan murni, yang membuat kedua orang di dalam ruangan tersebut berdecak kagum mendengarnya berbicara. Seorang Oracle jelas lebih mendahulukan kedamaian, inilah kenapa Naum tidak menjelaskan informasi secara detail. Dia ingin Jennie memikirkan dampak dan akibat, serta solusi terbaik yang dapat dia lakukan sebagai seorang Oracle. Jika mereka menyelesaikan sesuatu hanya dengan mencari dan membinasakan, semua hal akan berputar disekitar lingkaran itu-itu saja. Terlebih, jika membicarakan keunggulan. Semua makhluk di dunia ini selalu merasa mereka adalah makhluk terbaik dari makhluk lainnya yang patut dihilangkan karena tidak sama.

“Kalau begitu, sembari membaca kita akan menunggu Tiffany dan Irene membawa ayahnya kemari.” Taeyeon melangkah memilih beberapa buku. Mencari setidaknya beberapa hal yang membahas kaum Nephilim. “Hanya ada satu tentang riwayat malaikat jatuh.” Dia menyodorkan buku tersebut pada Jennie. “Mungkin kita bisa menemukan lebih banyak buku di perpustakaan suci pusat kota. Paman Marco tidak akan mungkin menolak permintaanmu jika kamu ingin pergi kesana. Tentu saja, karena dia pasti tidak akan membolehkan kami pergi. Kamu harus memintanya sendiri.” Taeyeon menyengir.

“Kenapa begitu?”

“Perpustakaan suci hanya boleh dimasuki para dewan petinggi serta para pemimpin kuil-kuil kuno. Tempat itu terlalu sakral untuk dimasukk anak-anak muda seperti kita. Tentu saja, akan berbeda jika seorang Oracle yang meminta.” kata Jisoo. “Perpustakaan suci termasuk ke dalam salah satu bangunan sakral milik kota Harver. Ada yang bilang di dalam sana, buku-buku bisa terbang.”

Kedua mata Jennie berbinar. “Seperti sihir?” Jisoo mengangguk sambil menggigit bibir, gemas melihat wajah Jennie yang begitu bersemangat.

“Itu hanya kabar angin, karena tak semua orang dapat masuk. Orang-orang mulai menerka-nerka. Seperti mengatakan buku-buku disana dapat terbang, serta dijaga oleh para peri.” Taeyeon memutar mata sinis melihat adiknya yang berhasil menarik perhatian Jennie.

“Wah, aku jadi benar-benar ingin melihat tempat itu.” Jennie berdecak, membayangkan dirinya bertemu dengan peri. “Aku tidak pernah melihat mereka, apa mereka benar-benar ada?”

Taeyeon menatap Jennie dengan penuh perhatian. “Di daerah barat hutan Mapplewood ada perkampungan peri.”

Kedua mata Jennie membulat. “Sungguh?”

Taeyeon tertawa kecil, menggusak rambut si Oracle. “Ya, apakah kamu tidak tahu. Sebenarnya selain manusia ada banyak makhluk di dunia ini?”

Jennie menghela napas. “Aku tidak pernah keluar rumah, aku tahu banyak manusia berbakat dan beberapa cerita tentang legenda tanah subur empat wilayah. Tapi, aku tidak pernah berpikir mereka benar-benar ada.”

Taeyeon dan Jisoo menatap Jennie prihatin. Merasa bahwa mereka sangat hati mengingat Jennie bahkan tidak pernah keluar dari kota Ravenfield. Dia seperti manusia yang baru keluar dari goa, dimana memang kehidupan telah berubah menjadi lebih modern dan sebetulnya hal-hal semacam ini sangatlah lumrah disekitar mereka.

“Kamu tidak akan bisa membedakan mereka karena mereka hampir sama seperti kita. Mereka juga berbaur, mereka juga hidup dan bekerja. Mereka juga makan pastinya, ceritanya tidak terlalu menarik seperti di dalam dongeng.” Taeyeon berkata sedikit menghibur Jennie.

“Itu sama seperti ketika kamu melihat orang lain dan orang ini memiliki bakat menggunakan Gift. Peri atau apapun, mereka tidak benar-benar lucu sepertimu.” Jisoo mencubit hidung Jennie dengan lancang, yang membuat kakaknya serta-merta mendelik. Namun, tawa dari si Oracle mengaburkan tatapan cemburu Taeyeon. Keduanya terperangah karena Jennie malah tertawa lembut mendengar penghiburan mereka.

“Mulut kalian benar-benar manis.”

Taeyeon tersenyum. “Di masa depan, kami berdelapan akan membawamu pergi kemana saja. Keluar dari universitas ini menikmati dunia. Bertemu dengan makhluk-makhluk aneh yang membuatmu penasaran sampai kamu bosan.”

Jennie berhenti tertawa, menatap Taeyeon serta Jisoo dengan lembut. “Terima kasih, kalian memang teman dan penjaga terbaik.” Tersenyum lebar menampilkan gigi-gigi kecilnya yang imut, pipi Jennie yang bulat membuat Jisoo hampir pingsan di tempat gemas ingin memakannya saat itu juga.

Senyum Jennie begitu manis sampai-sampai Jisoo dan Taeyeon memegangi dada mereka masing-masing. Namun, dalam hati keduanya merutuk. Sial sekali, hanya teman! Pikir mereka tak berdaya.







Continue Reading

You'll Also Like

60.9K 4.2K 11
Hidup bersama seseorang itu tidak mudah. Dua kepala berbeda isi ; dengan keinginan dan sudut pandang yang sering kali bertentangan. Mencintai seseor...
121K 12.4K 31
Di lahirkan dengan memiliki keistimewaan, membuatku di kucilkan dan mendapatkan ejekan sedari kecil. Karena itu aku di anggap anak pembawa sial oleh...
152K 7.3K 16
Baca aja siapa tau suka:) 🔞 Bercerita tentang seorang LimarioManoban yang memiliki kemampuan dream walking atau mendatangi mimpi orang lain sampai a...
19.5K 1.6K 20
Apakah itu cinta atau nafsu? Cerpen. Cerita ini merupakan terjemahan atau versi Bahasa Indonesia dari 'Tease' yang di tulis oleh @LiNiLalisa1502 Kese...