抖阴社区

饾悆饾悎饾悁饾悕饾悡饾悁饾悜饾悁 饾悐饾悇饾悂饾悇饾悕饾悅...

By Paussbiiruuu

14.8K 1.3K 380

Takdir adalah kekuatan yang tak bisa dihindari, sebuah kenyataan yang hadir tanpa pemberitahuan. Beberapa ora... More

Mengenal Mereka
Air Mata Langit
Luruh Tanpa Peduli
Titik Awal Kita
Cermin Masa Silam
Rahasia Diantara Kita
Jejak Di Bawah Rumah
Kerja Atau Mati?
Hukum Tanpa Kebenaran
Tetesan Yang Berbicara
Catatan Dari Klinik
Mengejar Kemenangan
Sang Pemenang
Pesta Ceria
Satu Malam, Seribu Cerita
Hilang Diantara Darah
Dihukum Tanpa Dosa
Hilang Tempat Berpulang
Duka Diantara Kita
Panggilan Untuk Pulang
Dosa Yang Tidak Disengaja
Dampak Dari Satu Alpaan
Dalam Pelukan Siksaan
Bangkit Dari Patah
Melihat Tanpa Mata
Kegelapan Yang Menyakitkan
Cahaya Di Dalam Kegelapan
Dari Kasih Menjadi Sengsara
Pengorbanan Dalam Keheningan
Kilasan Sebelum Kegelapan
Diambang Kehidupan
Bunga Yang Layu
Satu Kursi Kosong
Mimpi Yang Menyatu
Kembali Ke Pelukan Kasih

Di Ujung Jalan Pulang

289 32 6
By Paussbiiruuu

Waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa, Aen kini sudah sembuh dari depresinya. Kean tahu bahwa jalan yang Aen tempuh tidaklah mudah. Adiknya itu telah melalui berbagai rintangan, bertarung dengan dirinya sendiri, hingga akhirnya bisa keluar dari kegelapan yang menyelimutinya. Namun, Kean sendiri masih terjebak dalam lingkaran penderitaan yang seolah tak berujung.

"Aen saja bisa sembuh... Apakah aku juga bisa?"

Pertanyaan itu terus berputar di benaknya. Di usianya yang masih muda, seharusnya ia bisa berlari mengejar mimpi, bukan menahan sakit yang selalu datang menyapa hari-harinya. Ketika teman-temannya bersenang-senang, ia hanya bisa diam dalam kesendirian, merindukan hari-hari tanpa rasa sakit.

Ia tidak pernah meminta penyakit ini, tetapi ia dipaksa untuk belajar berdamai dengannya. Setiap hari adalah perjuangan, bukan hanya melawan rasa sakit fisik, tetapi juga melawan kesedihan yang tak kunjung usai. Ia mungkin terlihat kuat, tetapi di dalam hatinya, ada kepingan-kepingan luka yang tak pernah sembuh.

Mimpi-mimpi besar yang dulu ia genggam terasa semakin jauh, terhalang oleh tembok penyakit yang membatasi langkahnya. Bukan hanya itu, kebencian yang terus ditunjukkan oleh saudara-saudaranya semakin memperberat beban di pundaknya. Sejak dulu, ia selalu merasa terasing dari keluarganya. Kebencian itu seakan menjadi tembok tak kasatmata yang menghalanginya untuk benar-benar merasa diterima.

Kean menghela napas panjang. Ia berusaha mengusir pikiran kelam itu dari kepalanya. Hari ini ia harus pergi ke sekolah bersama Vanno. Seperti yang sudah diketahui, mereka telah pindah sekolah. Meskipun lingkungan barunya terasa lebih nyaman, tetap saja ada perasaan kosong yang menghantui dirinya.

***

"Lo udah siap?" tanya Vanno begitu Kean keluar dari rumah.

"Iya, ayo berangkat." Kean menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah.

Mereka berjalan berdampingan menuju sekolah. Sepanjang perjalanan, Kean lebih banyak diam. Sesekali Vanno mencoba mengajaknya berbicara, tetapi respons yang diberikan Kean terasa datar.

"Kean, lo baik-baik aja, kan?" tanya Vanno akhirnya.

Kean menoleh ke arah sahabatnya itu. Ia tersenyum kecil, meskipun senyum itu terasa dipaksakan. "Gue baik-baik aja."

Namun, Vanno tahu Kean berbohong. Ia sudah cukup lama mengenal Kean untuk bisa membedakan kapan sahabatnya itu benar-benar baik-baik saja dan kapan ia hanya berpura-pura.

"Kalau lo butuh seseorang buat dengerin, gue ada di sini, ya?" kata Vanno pelan.

Kean hanya mengangguk.

Setelah tiba di sekolah, Kean mencoba mengalihkan pikirannya dengan mengikuti pelajaran. Tetapi tetap saja, pikirannya sering kali melayang ke tempat lain. Pikirannya kembali dipenuhi dengan berbagai hal yang membuat dadanya terasa sesak.

Ketika bel pulang berbunyi, Kean segera membereskan barang-barangnya. Ia tidak langsung pulang, karena seperti biasa, ia harus pergi bekerja di kafe. Pekerjaan ini adalah salah satu caranya untuk mengalihkan diri dari semua beban yang ia rasakan.

***

Di kafe, Kean bekerja seperti biasa. Ia melayani pelanggan dengan senyum palsu yang sudah terbiasa ia pasang. Tidak ada yang tahu bahwa di balik senyum itu, ada begitu banyak luka yang ia sembunyikan.

Namun, hari ini ia sedikit kehilangan kendali. Ketika sedang membawa nampan berisi minuman, tangannya tiba-tiba gemetar. Gelas-gelas di atas nampan itu bergetar sebelum akhirnya jatuh berhamburan ke lantai.

"Kean, lo nggak apa-apa?" tanya salah satu rekannya dengan nada khawatir.

Kean mengangguk, tetapi wajahnya pucat. "Maaf, gue bakal bersihin ini."

"Lo yakin lo nggak kenapa-kenapa? Mukalo pucet banget."

"Gue baik-baik aja," ulang Kean, meskipun suaranya bergetar.

Setelah membersihkan pecahan kaca itu, ia kembali bekerja seperti biasa. Namun, ia tahu tubuhnya semakin lemah. Ia terlalu memaksakan diri.

Malam semakin larut. Kean baru selesai bekerja ketika jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Ia buru-buru berjalan pulang, berharap bisa sampai sebelum Arga menyadari bahwa ia pulang terlalu malam.

Namun, keberuntungannya tidak berpihak padanya. Begitu ia masuk ke rumah, Arga sudah berdiri di ruang tamu dengan tangan terlipat di dada. Tatapan kakaknya dingin, membuat Kean tanpa sadar menelan ludah.

"Lo tahu ini jam berapa?" tanya Arga dengan suara rendah, tetapi penuh tekanan.

"Maaf... aku nggak sadar udah selama ini," jawab Kean pelan.

Arga menghela napas panjang sebelum akhirnya berkata, "Untuk kali ini, gue maafin. Tapi lain kali, pulang lebih awal."

Kean terkejut. Ia tidak menyangka Arga akan memaafkannya begitu saja. Biasanya, kakaknya itu akan langsung menegurnya dengan nada dingin dan penuh ketegasan. Tapi kali ini berbeda. Entah mengapa, ada sesuatu di mata Arga yang terlihat... lebih lunak dari biasanya.

Kean mengangguk pelan. "Makasih, Abang."

Arga tidak membalas. Ia hanya berbalik dan pergi ke kamarnya. Kean masih berdiri di tempatnya, memandangi punggung kakaknya yang semakin menjauh.

Mungkin... hanya mungkin, ada sedikit harapan di antara mereka. Kean tidak tahu apakah suatu hari ia bisa benar-benar sembuh, baik dari penyakitnya maupun dari luka yang ditinggalkan oleh kebencian saudaranya. Tetapi untuk saat ini, ia masih bertahan.

Dan mungkin, itu sudah cukup.

***

Continue Reading

You'll Also Like

1.8K 199 4
"Setelah menikah, cinta yang selama ini terus meluap akan menemukan tempat untuk tenang." Boboiboy sama sekali tidak mengerti. Pernikahan tidak membu...
69.5K 3K 17
Reupload story, original writer by @iamalone89 Februari 2012 ** "Namanya takdir itu tidak bisa berubah. Kita tidak mungkin bisa melawan tak...
1.1K 104 12
Ini adalah kisah sekelompok pemuda yang pertemukan oleh takdir untuk melewati suka dan duka bersama-sama. "Kuharap kita bisa bersama untuk selama-lam...
30.4K 1.5K 37
kisah tentang keluarga yang harus melawan kerasnya kehidupan. Pertengkaran, kebohongan, penghianatan, kekecewaan yang harus mereka lewati. Hidup itu...