ถถา๕ษ็ว๘

๐ƒ๐ˆ๐€๐๐“๐€๐‘๐€ ๐Š๐„๐๐„๐๐‚...

By Paussbiiruuu

14.9K 1.3K 380

Takdir adalah kekuatan yang tak bisa dihindari, sebuah kenyataan yang hadir tanpa pemberitahuan. Beberapa ora... More

Mengenal Mereka
Air Mata Langit
Luruh Tanpa Peduli
Titik Awal Kita
Cermin Masa Silam
Rahasia Diantara Kita
Jejak Di Bawah Rumah
Kerja Atau Mati?
Hukum Tanpa Kebenaran
Tetesan Yang Berbicara
Catatan Dari Klinik
Mengejar Kemenangan
Sang Pemenang
Pesta Ceria
Satu Malam, Seribu Cerita
Hilang Diantara Darah
Dihukum Tanpa Dosa
Hilang Tempat Berpulang
Duka Diantara Kita
Panggilan Untuk Pulang
Di Ujung Jalan Pulang
Dampak Dari Satu Alpaan
Dalam Pelukan Siksaan
Bangkit Dari Patah
Melihat Tanpa Mata
Kegelapan Yang Menyakitkan
Cahaya Di Dalam Kegelapan
Dari Kasih Menjadi Sengsara
Pengorbanan Dalam Keheningan
Kilasan Sebelum Kegelapan
Diambang Kehidupan
Bunga Yang Layu
Satu Kursi Kosong
Mimpi Yang Menyatu
Kembali Ke Pelukan Kasih

Dosa Yang Tidak Disengaja

274 33 9
By Paussbiiruuu

Kean sudah berbulan-bulan kembali tinggal bersama saudara-saudaranya. Mereka memang tidak terlalu sering ribut lagi, tapi hubungan mereka tetap terasa dingin. Hari ini hari Minggu, dan Kean memutuskan untuk pergi ke belakang rumah. Burung-burung berkicau dengan merdu, menambah suasana tenang yang jarang ia rasakan di rumah itu.

Saat sedang menikmati udara segar, pandangannya tertuju pada seekor kucing putih yang duduk di dekat semak-semak. Kean tersenyum kecil dan perlahan menghampirinya. Kucing itu tidak lari, malah mengeong pelan saat Kean mengelus bulunya. Setelah beberapa saat bermain, Kean berdiri dan masuk ke dalam rumah untuk mengambil ikan. Ia kembali ke halaman belakang dan memberikan ikan itu pada si kucing, yang langsung melahapnya dengan lahap. Kean duduk di tanah, mengamati kucing itu sambil menikmati ketenangan yang jarang ia dapatkan.

Namun, waktu berlalu dengan cepat. Matahari kini bersinar terik di langit, menandakan siang sudah tiba. Kean pun kembali ke dalam rumah untuk mulai menjalankan tugasnya—membersihkan rumah. Ia mengambil sapu dan mulai menyapu lantai, lalu mengepel bagian yang kotor. Ini memang tugasnya di rumah ini, dan ia tidak punya pilihan selain menerimanya.

Saat melewati ruang kerja, matanya menangkap Arga dan Vian yang sibuk dengan laptop masing-masing. Mereka tampak serius bekerja, dengan beberapa dokumen berserakan di atas meja. Kean hanya melirik sekilas sebelum melanjutkan pekerjaannya.

"Kean," panggil Arga tiba-tiba. Kean langsung menghentikan aktivitasnya dan menghampiri kakaknya.

"Lo bikinin gue kopi hitam. Jangan lama," perintah Arga tanpa menoleh dari laptopnya.

Kean hanya mengangguk pelan dan segera menuju dapur. Ia menuangkan air panas ke dalam cangkir, mencampurnya dengan bubuk kopi hitam, lalu mengaduknya perlahan. Setelah yakin kopi sudah siap, ia membawa cangkir itu ke ruang kerja.

Namun, saat hendak meletakkan kopi di meja Arga, kepalanya mendadak terasa pusing. Pandangannya sedikit berputar, dan sebelum ia bisa menyeimbangkan diri, tangannya goyah. Cangkir kopi itu jatuh, menumpahkan isinya ke atas dokumen-dokumen di meja.

Cairan hitam itu langsung meresap ke dalam kertas-kertas penting, meninggalkan noda besar yang tidak bisa dihapus.

"Kean!" suara Arga meledak, membuat ruangan yang tadinya tenang berubah mencekam. "Lo tau nggak ini dokumen apa?!"

Kean membeku, tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa menatap kertas-kertas yang rusak itu dengan rasa bersalah.

"Bangsat! Ini dokumen kerja sama penting!" Arga langsung berdiri dan menatap Kean dengan penuh amarah. Dalam hitungan detik, sebuah tamparan mendarat di pipi Kean. Rasanya panas, lebih karena penghinaan daripada sakit fisik.

Kean tidak membalas, tidak berani membela diri. Ini memang salahnya.

"Udah, bang. Nggak ada gunanya lo marah sekarang," kata Vian dengan nada datar, meski jelas ada ketegangan dalam suaranya. "Lo masih ada meeting bentar lagi. Ribut sekarang cuma buang waktu."

Arga mengepalkan tangannya, matanya masih menatap Kean dengan tajam. "Lo jangan ke mana-mana sebelum gue pulang. Gue bakal kasih lo pelajaran nanti." Nada suaranya dingin dan penuh ancaman.

Kean menunduk, menggigit bibirnya untuk menahan kata-kata yang ingin ia ucapkan. Percuma. Tidak ada yang akan mendengar, apalagi peduli.

Arga akhirnya menghela napas kasar dan beralih ke Vian, mencoba mengalihkan fokus ke pekerjaan mereka. Kean, sementara itu, hanya bisa berdiri diam sebelum akhirnya perlahan berbalik dan meninggalkan ruangan.

Di dalam dadanya, ada perasaan sesak yang sulit dijelaskan. Bukan hanya karena tamparan tadi, tapi lebih karena kenyataan bahwa, meskipun ia sudah tinggal kembali di rumah ini berbulan-bulan, ia tetap seperti orang asing di mata saudara-saudaranya.

***

Continue Reading

You'll Also Like

45.7K 3.4K 44
ยซ "Jangan mengira engkau bisa menentukan arah jalan cinta, karna cinta apa bila telah memilih mu ia akan menentukan perjalanan hidup mu" ยป Star : 04...
637 76 9
Hidup hanya sebuah pilihan Takdir yang menentukan hidup Jalan yg penuh lika liku seakan makanan sehari-hariku Tiada hari tanpa tetesan air mata Bung...
8.7K 602 16
"Ada seseorang berkata kepada saya. Tuhan adalah hakim sempurna. Apapun keputusan yang dia ambil pasti akan memberi keadilan pada orang yang meminta...
137K 12.9K 80
Ia terbangun dalam tubuh yang bukan miliknya. Jiwa tanpa ingatan, terperangkap dalam raga seorang penjahat yang bahkan dunia pun enggan mengingat nam...