抖阴社区

Raka Alandra (The End)

By Pandan-green

1.4M 132K 7.7K

"Dengan cara apa lagi agar aku bisa mendapatkan kasih sayang?" Namun... "Ya Tuhan! Terima kasih sudah mengul... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Epilog

Bab 12

39.8K 3.8K 107
By Pandan-green


Tiga hari tidak keluar rumah? Cih, bukan masalah besar. Sekarang, Raka tarik kata-kata itu. Nyatanya dia sangat kebosanan terus-terusan di rumah. Bahkan yang anak itu lakukan hanya nonton televisi, rebahan, dan bermain dengan Kay.

Untuk sekolah? Raka tetap sekolah, tapi dia selalu diantar jemput oleh supir yang dimana Raka benci itu. Ia tidak suka diantar, lebih enak berjalan kaki katanya. Atau pake skateboard punya Galaksi, xixi.

"Kak, bukan di sana. Tapi di sini." Kay memberitahu kalau Raka meletakkan potongan lego pada tempat yang salah.

Raka saat ini sedang menemani Kay bermain lego di ruang tengah, karena adiknya itu bilang kalau dia kesepian. Dan berakhir mengajak Raka untuk bermain.

Di rumah juga sepi, Gisel dan Bastian ada pekerjaan di luar sebentar. Untuk Ivan dan Evan mereka sekolah.

Kenapa Raka dan Kay tidak sekolah?  Raka bilang, dirinya ingin libur satu hari dulu. Untuk Kay anak itu memang jarang sekolah.

Raka menghela napas. Dia kembali mengambil satu potongan lego warna merah dan hendak disusunnya untuk membangun rumah yang setengah jadi itu. Namun, Kay lagi-lagi menahan tangannya.

"Kak, salah, harusnya di sini." Kay menunjuk mana yang menurutnya benar. "Kakak nih, salah mulu," dumel anak itu sembari terus menyusun permainan kesukaannya itu.

Raka menyenderkan kepalanya di atas sofa dengan dia yang duduk di lantai, anak itu memejamkan mata dan menggembungkan pipinya.

"Kay, capek," keluhnya.

Kay melirik Kakaknya yang masih betah dengan posisi seperti itu. Terkekeh kecil sebelum menjawab. "Yaudah, Kakak stop aja, biar aku yang nyusunnya."

"Kay gak capek?"

Kay terdiam sejenak. "Enggak."

"Tapi Kay pucat."

Kay hanya menanggapi dengan tersenyum tenang.

"Kay, obat itu enak?"

Kay mematung. Dia mengulum bibirnya, bingung mau menjawab apa. "Entahlah."

"Pasti gak enak kalo dimakan tiap hari," lanjut Raka. "Obat itu pait, lebih enak permen."

Kay mengangguk sembari tersenyum tipis. "Kalo boleh, aku juga gak mau nelen obat tiap hari, Kak."

Tiba-tiba Raka duduk tegak, dia memegang kedua bahu adiknya membuat si empu sedikit tersentak. "Oke, nanti kamu aku kasih obat rasa permen."

Kay memiringkan kepala. Obat rasa permen? Kay tidak pernah tahu kalau ada rasa seperti itu. Yang pastinya obat itu pait bukan manis. "Emang ada?"

Raka mengangkat bahu, dia juga tidak tahu. "Nanti Ipan yang carinya."

Kay tertawa cukup keras. Terlampau lucu dan gemas dengan sang Kakak yang blak-blakan ini. Tanpa sadar, dia mencium pipi kanan Raka dengan singkat, membuat si empu melongo.

Raka memegang pipinya dengan tatapan tak percaya yang ia tujukan pada sang adik. "Kay, gak boleh cium-cium sembarangan!"

Sementara Kay hanya cengengesan. Selanjutnya dia mencubit pipi Raka, yang dihadiahi tatapan tajam dan tepisan dari sang Kakak.

"Kay, jangan sentuh pipi!"

"Haha, iya-iya."

Raka diam. Dia memperhatikan wajah adiknya lama, meskipun sang adik masih sesekali tertawa. Namun, wajahnya begitu pucat dan bibirnya yang pecah-pecah, terlihat menyedihkan dengan dia yang tertawa seperti itu.

Kay mengernyit, kenapa Kakaknya terus menatapnya? "Kak–" Raka terbelalak saat melihat darah mengalir dari hidung sang adik, hingga anak itu tak sempat menyelesaikan ucapannya.

Kay menyentuh hidung yang mengeluarkan darah, matanya pun mulai berkunang-kunang. Sedetik kemudian tubuhnya ambruk, dan hanya menyisakan kegelapan di penglihatannya.

•••

Ada salah satu kejadian di masa lampau, di mana waktu itu Raka hanya membiarkan Kay—adiknya yang sedang kesakitan meminta tolong padanya. Namun, yang Raka lakukan hanya diam. Bahkan dia pergi tanpa menolong sang adik.

Raka tahu sekarang, adiknya tidak pernah melakukan kesalahan.

Hanya orang tua merekalah yang salah dalam pola kasih sayang.

Kay, dia hanyalah anak polos dan lemah yang tidak tahu apapun.

Dia cuma mencoba untuk sembuh dari penyakit yang dideritanya. Namun, Raka dulu malah menyalahkan semuanya karena Kay.

Saat tiba di mana Raka harus berkorban untuk sang adik. Raka siap.

Di dalam sana, di ranjang rumah sakit, Kay lagi terbaring. Kata dokter  anak itu kelelahan dan imunnya yang sangat lemah.

Raka hanya bisa melihat adiknya dari kaca pintu ruangan yang menghubungkannya dari dalam. Ekspresi wajahnya tak menunjukkan emosi. Dia diam tanpa tanda-tanda akan beranjak dari tempatnya.

Keluarganya juga ada di sana. Sang ayah masih berbincang dengan dokter, Ivan dan Evan yang duduk masih dengan pakaian sekolah, dan Gisel yang saat ini mulai mendekat pada Raka untuk mengelus kepala anaknya.

"Gak papa. Adiknya cuma kelelahan," katanya mencoba menenangkan.

Tap tap tap!

Suara langkah kaki yang terburu-buru menggema, melangkah menuju ke arah mereka.

Raka menoleh. Badan kekar, wajah tegas, alis tebal, mata tajam yang menampilkan tatapan khawatir, dan kemejanya yang tampak kusut.
Itu ... abang pertamanya.

Athan Alandra.

Si sulung Alandra yang baru kembali dari Amerika.

"Mom, gimana keadaan Kay?" tanyanya langsung pada sang ibu.

Dia baru saja pulang, tapi ketika sampai di rumah tidak ada satu pun keluarganya di sana. Padahal niatnya ingin memberi kejutan. Tapi, saat Bastian menghubunginya karena memberitahu kalau sang adik bungsu masuk rumah sakit, dia yang malah terkejut.

Langsung saja dia pergi untuk menjenguk keadaan adik bungsunya. Athan sangat menyayangi Kay, baginya hanya Kay yang pantas dilimpahkan kasih sayang dari Alandra.

Tanpa sadar, kalau ada satu bagian Alandra yang dahulunya tidak terima dan berakhir binasa karena pemikirannya.

Gisel tersenyum tipis. Dia beralih menangkup wajah si sulung yang sudah lama tidak ia jumpa ini. "Kay gak papa, kamu gak perlu khawatir."
Athan menghela napas lega.

"Bisa dijenguk sekarang?" tanya Athan pada Bastian yang mendekat setelah berbincang dengan dokter.
Sang ayah menjawab dengan mengangguk.

Raka sedikit menyingkir dari pintu saat Athan akan membuka pintunya. Si sulung melirik sang adik yang jauh lebih pendek darinya itu. Raka mendongak, hingga matanya dan Athan bertubruk, dapat Raka lihat kalau lirikan sulung Alandra itu sinis terhadapnya, sebelum dia masuk ke dalam ruangan.

Ah, sejak kapan Athan mulai seperti  benci pada Raka, ya? Oh, Raka ingat, saat Raka selalu bersikap manja dan tidak peduli terhadap Kay.

Abangnya sulungnya itu teramat menyayangi si bungsu, hingga siapapun yang berani menyakitinya Athan yang akan maju paling pertama.

•••

"Kak Raka mana?" tanya Kay bingung, karena setelah dia bangun sepuluh menit lalu Raka tidak ada di ruangannya.

"Lagi keluar sama Ivan," jawab Evan sembari memotong kecil buah apel untuk Kay.

Sementara Athan yang duduk di sofa, melirik singkat kemudian lanjut main ponselnya sendiri.

Ceklek.

Pintu ruangan terbuka, menampilkan Raka dan Ivan yang berjalan beriringan. Ivan duduk di samping Athan dengan wajah lelah, sedangkan Raka menuju ke arah brankar Kay.

"Kay, obat itu pait, kan?" tanyanya tiba-tiba. Sang adik dengan ragu mengangguk. "Kay gak usah minum obat pait itu lagi."

Mereka kecuali Ivan mengangkat alis bingung dengan perkataan Raka, kenapa dia berbicara seperti itu?

"Aku punya yang manis!" Raka menunjukkan benda yang seperti obat, tapi berbentuk love. Semua di sana merasa aneh, karena biasanya obat berbentuk kapsul atau bulat bukan hati seperti itu.

Ditambah kemasannya yang berwarna pink. Itu terlihat seperti bukan obat, tapi lebih tepatnya permen.


"Rasanya manis kaya permen, aku udah coba. Kamu pasti suka," kata anak itu. "Kan Ivan?" tanyanya pada sang Kakak yang tampak kelelahan.

Pasti kelelahan, Raka saja terus memaksa mengajaknya untuk keliling kota hanya karena ingin mencari obat yang rasanya manis.

Benar-benar tidak bisa ditebak.










Aaa, aku juga mau obat kaya gitu >⁠.⁠<

Eh tau gak sih? Aku sempet lupa nulis karena keasyikan nonton film India :⁠-⁠D

Vote dan komentarnya, beb 💋

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 77.2K 34
Devan pemuda manipulasi yang transmigrasi ke tubuh seorang figuran yang polos dan tinggal sendiri di kosan.
509K 35.7K 51
*Part tidak lengkap! *Sudah di bukukan! *versi novel dan 抖阴社区 berbeda Raga sudah sering membaca novel tentang 'Transmigrasi'. Ia sebenarnya tid...
446K 29K 34
Di usia tujuh tahun, Zio hanyalah bocah polos yang penuh rasa ingin tahu dan kasih sayang. Tapi takdir berkata lain saat sebuah kecelakaan fatal memb...
919K 86.2K 44
jamariel adishyaka Dawson, sang pengaggum laut. rambut berwarna biru laut dan mata berwarna biru cerah, pemuda yang manis bukan? namun sayang kehidu...