Sebelumnya, coba vote dulu yuk✨
***
Arjuna memandang tanpa minat sepiring batagor di hadapannya. Sebotol minuman sprite digenggaman nya pun ia biarkan terbuka tak berniat meneguknya. Posisi duduknya yang jongkok di atas kursi hingga mendapat tatapan aneh dari semua pengunjung kantin ia abaikan. Arjuna memang tengah berada di kantin bersama teman-temannya yang lain. Namun, berbeda dengan pikirannya yang masih tertinggal di kejadian kemarin.
Diam-diam Dewa menatapnya penasaran. Sesekali cowok yang kabarnya tengah berhasil merelakan penjualan paksa motor racing miliknya tanpa sepengetahuan kedua orangtuanya itu menyenggol lengan Farza yang kebetulan memang duduk tepat di sebelahnya agar ikut menatap tingkah aneh Arjuna.
"Apaan sih, nyet?" kesal Farza. Bayangkan saja, bagaimana tidak kesal jika Farza yang hendak menusuk pentol daging dalam mangkuk malah meleset hanya karena ulah unfaedah Dewa.
"Lah halah. Perkara nusuk pentol aja. Tuh, liat temen lo yang mirip orang boker," jelas Dewa seraya menunjuk Arjuna dengan dagunya. Farza mengeryit, namun ia tetap mengikuti arah tunjuk Dewa. Memang apa yang dikatakan Dewa benar, posisi Arjuna saat ini lebih mirip mewakili orang yang sedang buang air besar.
"Jun," panggil Farza. Arjuna menoleh menatap Farza dengan satu alis terangkat. Seolah menjawab panggilan Farza. "Kalau udah selesai di siram."
Tatapan Arjuna berubah tajam. Baru setelahnya cowok itu memperbaiki duduknya namun dengan satu kaki yang terangkat di atas kursi.
"Dari tatapan saya. Sepertinya anda memiliki masalah, tuan?" tanya Dewa bernada formal. Kepalanya sedikit ia condongkan kearah Arjuna yang duduk di hadapannya. Namun, hal itu tidak lama karena Arjuna dengan kasar mendorong kepala Dewa. Memang, siapa yang tidak ngeri sendiri jika melihat wajah penasaran Dewa dari jarak dekat? "Ah, kasar kamu Mas."
"Bodo amat!" sarkas Arjuna. Dewa dan Farza saling tatap, lalu memilih diam bersamaan dengan Arjuna yang mulai memakan batagor dihadapannya. Ditengah kenikmatannya memakan batagor, tiba-tiba sebuah garpu mendekati piringnya lalu menusuk tepat di bagian yang paling besar. "Tangan lo nakal banget, Sur?"
Belum ada lima kali kunyahan. Surya menelannya kasar. Alhasil cowok itu terbatuk sembari memegangi dadanya yang ikut sakit.
"Astagfirullah, si Surya mau mati," celetuk ngawur Dewa yang langsung mendapat tendangan pelan Surya di tulang keringnya.
Surya mengedarkan pandangannya kearah isi meja. Mencari minuman yang mungkin bisa meredakan batuknya. Parah, tiga gelas es teh yang tak lain adalah miliknya, Farza, dan Dewa telah tandas tidak tersisa. Hanya milik Rendi, dan sebotol sprite milik Arjuna.
"Ck, gasut," umpat Rendi ketika ekor matanya menangkap gelas dihadapannya di ambil begitu mudahnya oleh Surya. Rendi yang sedari tadi memang sibuk bermain handphone, kini mulai meletakkan handphone miliknya seraya menatap Surya dengan kesal.
Surya mengembalikannya pada Rendi, lalu tersenyum tanpa rasa bersalah.
"Thanks brother. I hate you," ujar Surya.
"Parah lo, Sur. Maung nya angery tuh," timpal Dewa.
Tidak ada jawaban Rendi. Cowok itu hanya mendengus dan memilih untuk kembali ke dunianya sendiri.
Arjuna menghela nafasnya pelan. Ia bangkit berdiri guna mengambil handphone di dalam saku celana seragamnya. Setelah berhasil mendapatkan dan menyibukkan dirinya sejenak dengan benda persegi panjang itu. Akhirnya Arjuna kembali duduk dengan handphone yang ia taruh asal di atas meja.
"Hape nge-lag aja sok-sokan mau pamer," cibir Farza melirik sinis kearah Arjuna. Memang, beberapa hari yang lalu Arjuna sempat mengganti baru tempered glass handphonenya. Maka tak heran jika Farza mengatakan seperti itu. Tapi, poin penting yang sebenarnya ingin Arjuna sampaikan bukanlah mengenai hal itu.
"Goblok. Nggak ada faedahnya juga Arjuna pamer," celetuk Surya menarik handphone Arjuna mendekat kearahnya. Seketika kedua alisnya bertaut. "Stiw' Cafe?"
Arjuna mengangguk kaku. Dewa mendekat kearah Surya. "Dan lo ke sana?"
"Mau gimana lagi?"
"Ck, gue kira lo pamer tg," ucap Farza menarik handphone Arjuna dari Surya. "Jadi lo udah tahu dong siapa dia?"
Arjuna menggeleng.
"Gue belum sempet ketemu. Soalnya gue harus balik ke sekolah buat jemput Tiffany."
"Tiffany?" ulang Rendi mulai tertarik untuk ikut dalam topik yang di bahas. Arjuna mengangguk, mengambil handphonenya dari tangan Farza untuk ia berikan pada Rendi.
"Lo curiga dari gaya bahasanya mungkin?" Rendi meletakkan handphone di atas meja. Lalu menggeleng merespon ucapan Arjuna. "Ck, padahal gue pengen banget hajar tuh orang yang sembarangan kirim gambar editan tentang Tiffany."
Rendi, Surya, Farza, dan Dewa saling tatap.
"Lo yakin itu editan, Jun?" Pertanyaan yang Farza lontarkan seketika membuat Arjuna diam. Perbedaannya yang cukup kontras adalah air muka Arjuna yang berubah drastis dari yang sebelumnya. "Kita mah tau sebenernya lo nggak yakin. Secara nggak ada editan sebagus dan keliatan se-real itu."
Dewa yang geram menginjak kaki Farza. Mengabaikan bagaimana nanti jika teman se-gesreknya ini akan kesakitan.
"Omongan lo sat," gumam Dewa tepat di telinga Farza.
"Gue persiapan ekskul voli dulu," pamit Arjuna sebelum setelahnya bangkit dan berjalan keluar kantin.
Sekarang, tiga pasang mata itu semuanya tertuju pada Farza.
"Mulut lo lemes banget Ja. Udah mirip netizen yutub yang kalau komen udah berasa paling bener," ketus Surya.
"Ck, mulut lo perlu di lockdown tuh. Biar pirus nya qoit," timpal Dewa.
Tidak seperti lainnya yang menghakimi Farza. Rendi memilih berdiri dari duduknya dan keluar kantin. Melakukan apa yang tadi Arjuna lakukan.
"Tangan gue juga gatel buat rantai tangan kaki Rendi. Kira-kira teriaknya gimana ya?"
"Rendi nggak teriak, Wa. Palingan juga ngeden mirip orang lahiran," jawab Surya.
***
10 menit setelah berbunyi nya bel pulang, anak ekskul voli memulai tugas mereka. Semuanya berkumpul di halaman terutama bagi anak baru voli. Dan sebagian lainya membantu memasang net.
Untung saja, Ariana masuk kesini tidak sendiri. Ya, walaupun tidak ada teman sekelasnya. Masih ada teman OSIS beda kelasnya yang juga ikut masuk kedalam ekskul voli ini. Jelas itu bukan Danur.
"Sebelumnya kalian buat barisan dulu ya," perintah cowok bernama Jonathan yang tadi sempat memperkenalkan dirinya sebagai ketua team voli kelas 11. Setelah memberi arahan demikian, Jonathan setengah berlari menuju tengah lapangan dimana para senior voli kelas 11, 12 mulai dari cewek, cowok berkumpul disana.
"Yah, pergi lagi." Ariana menoleh kesamping kanannya. Tepatnya di jarak setengah meter ada teman satu OSIS nya.
"Siapa yang pergi?" tanya Ariana. Cewek yang diketahui bernama Bella itu menoleh kearah Ariana, lalu terkekeh kecil.
"Kak Jonathan," jawab Bella berbisik.
"Voli angkatan tahun ini kan terkenal soal susunan jabatan mereka yang keren. Jadi Kak Arga ngundang ketua voli buat jadi moderator rapat OSIS bulan lalu."
Ariana mengerutkan keningnya.
"Rapat OSIS?"
Bella mengangguk.
"Masa lo lupa rapat OSIS bulan lalu, sih?"
"Mungkin gue nggak ada karena nggak masuk kali ya?"
Bella mengendikkan bahunya.
"Maybe," jawabnya.
"Oh ya, gimana lanjutan cerita lo tadi?" Bella menautkan alisnya, lalu tersenyum manis.
"Ya gitu. Kabarnya ide susunan jabatan ini yang buat ketua voli kelas 12 sekaligus ketua tertingginya voli. Tapi waktu rapat bulan lalu dia nggak bisa dateng. Jadinya di wakilin Kak Jonathan deh. Tapi gapapa lah, soalnya kalau dia ada. Gue nggak bakal ketemu sama Kak Jonathan," jelas panjang lebar Bella dengan sesekali selipan senyum di saat ia bercerita.
Ariana ikut tersenyum tipis mendengar cerita antusias Bella. Sebenarnya tidak ada yang mengesankan, kecuali tentang ide membuat susunan jabatan voli hingga bisa menarik minat OSIS untuk mempelajarinya.
"Gue kepo, sama ketua voli kita yang---"
"Gue ketua voli kalian. Arjuna Satyanegara."
Ariana diam. Belum lagi ketika Bella yang dihadapannya langsung bertepuk tangan meriah ketika suara perkenalan terdengar. Bella kembali menoleh menatap kearahnya.
"Nggak kalah ganteng sama Kak Jonathan ternyata," celetuk Bella seraya memegangi pipinya. Ariana tersenyum tipis, lalu memutar tubuhnya ikut melihat siapa ketua volinya. Suaranya memang terdengar tidak begitu asing.
Hingga Ariana tertegun untuk beberapa saat. Matanya melebar sedikit tak percaya. Secara otomatis, otaknya berputar ke kejadian beberapa minggu yang lalu. Ketika ia yang berniat pulang akhir, tapi malah gagal karena Arjuna ternyata datang dengan jersey volinya.
Tanpa sengaja pandangan keduanya bertemu. Tidak seperti Ariana yang terkejut tak percaya, Arjuna malah tampak menyunggingkan senyum miringnya. Ariana tidak berada di posisi barisan depan, malah ia berada di posisi kedua dari belakang. Namun, Arjuna seolah memang tengah mencarinya hingga menemukannya.
"Tunggu-tunggu," ucap Bella masih dengan memperhatikan Arjuna. Satu tangannya terlipat di dada, sedangkan satunya lagi mengetuk dagu seolah berfikir. "Dia kok mirip sama cowok yang katanya punya pacar tapi malah jalan sama lo sih?"
Bella menoleh menatap Ariana dalam seolah tengah menelisik. Kemudian tatapannya melebar.
"Lah, kemana aja gue?" Bella menepuk dahi.
"JADI DIA COWOK YANG JALAN SAMA LO PADAHAL UDAH PUNYA PACAR?!!!"
Tepat setelah insiden teriakan melengking Bella yang kembali mengungkit hal itu. Semua yang ada di lapangan langsung menunjukan tatapan mereka kearah Bella. Ariana gemetar di tempat, ekor matanya menangkap Arjuna yang diam di tempat dengan kedua tangan berkacak pinggang.
"Mati lo," gumam Ariana.
TBC
Aku nggak tahu mau nulis apalagi. Aku suka banget kalau mereka terjebak masalah kayak gini😭
Bella mulutnya lemes banget nggak bisa dikontrol uwu🙈 jadi pengen lakban.
Setelah ini, hal apakah yang kira-kira akan Arjuna lakukan?🤔
Ada yang rindu Tiffany?🤣
Coba pilih, Junariana or Junafany?
Hayoloh, jangan jadi siders dong, mana dukungannya😭.
Jangan lupa vote, komen, dan share ya🙌🏻
Nantikan part selanjutnya...
Lafyu❤️