Jangan salahkan aku jika ada orang yang lebih menerima kehadiranku, menghargaiku, serta mencintaiku. -Naura Gabriella
Kalian mau tau bagaimana rasanya jika sudah memiliki tunangan tapi tidak pernah dianggap? Sakit? Pasti. Kira-kira seperti itulah yang Naura rasakan sekarang. Naura harus menahan rasa sakit di hatinya saat melihat Galang dan Dita berjalan dengan bergandengan tangan. Walau hanya tangan sekalipun mampu membuat hati Naura sakit.
Galang menatap tajam ke arah Naura sedangkan Naura membalas tatapan itu dengan malas. Bukan karena tidak menyukai Galang, tapi ia menahan diri agar terbiasa dengan pemandangan seperti itu yang kapan saja bisa terlihat di mana pun.
"Sayang, kamu kok liatin cewek itu terus, sih?" Tanya Dita kesal. Pasalnya sedari tadi ia memperhatikan Galang yang terus saja menatap Naura.
"Maaf."
"Ya udah gak pa-pa. Yuk!" Dita menarik tangan Galang agar mengikutinya.
Namun tanpa sepengetahuan dari Dita, Galang membisikkan sesuatu saat berpapasan dengan Naura. "Masih betah?" bisiknya lalu meninggalkan Naura sendirian.
Naura diam seraya memperhatikan Galang dan Dita yang mulai menjauh dari pandangannya.
"Sabar Naura. Ada saatnya kamu berada di tempat Dita," ujar Naura menyemangati dirinya sendiri. Naura melanjutkan langkah kakinya menuju kelasnya.
Buku yang dibawa Naura jatuh setelag menubruk seseorang yang tidak ia kenal. Naura langsung merunduk untuk mengambil bukunya yang sempat terjatuh.
"Maaf," ujar orang itu.
"Iya. Gak pa-pa."
Saat Naura mendongakkan kepalanya, Naura menemukan sosok laki-laki dengan postur tubuh yang tinggi dari dirinya. Laki-laki tampan dengan senyum yang damai serta tatapan yang membuat siapa saja terpesona walau baru satu kali bertemu.
"Maaf. Gue gak sengaja."
"Iya gak pa-pa kok."
"Oh ya. Kenalin gue Daniel." Daniel mengulurkan tangannya ke arah Naura.
Naura menerima uluran tangan Daniel dengan senyuman. "Aku Naura." Naura melepaskan jabatan tangan mereka.
"Oke Naura. Lo jurusan apa?"
"Aku ambil Hukum. Daniel?"
"Gue ambil ekonomi."
"Hm oke."
Kini keduanya canggung bingung harus bersikap bagaimana.
"Kantin aja yuk, gue traktir. Gue mau mulai sekarang temenan sama lo."
"Temenan?"
"Iya."
"Kita?"
"Hm. Kenapa? Lo gak mau punya temen kayak gue?" tanya Daniel.
"E-enggak kok. Yaudah kita temenan," ujar Naura menunjukkan jari kelingkingnya di hadapan Daniel.
Daniel tertawa kecil melihat tingkah gadis dihadapannya ini. Tidak jaim sama sekali.
"Lucu banget lo," ujar Daniel seraya menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking milik Naura.
"Hehehe ... "
"Yaudah yuk!" Daniel menarik tangan Naura tiba-tiba. Naura yang tidak siap atas tindakan yang dibuat Daniel pun tersentak kaget.
Naura menatap tangan Daniel yang menarik tangannya. Ralat. Daniel menautkan jari-jarinya ke jari-jari lentik milik Naura. Sehingga membuat Naura gugup.
Daniel merasakan ada yang tidak beres dari Naura. Daniel melirik ke belakang dan melihat Naura yang berjalan seraya menunduk. Daniel tersenyum melihat tingkah Naura yang menurutnya sangat menggemaskan.
Daniel mempererat tautan jarinya dengan jari Naura dan membawanya ke samping. Naura mengikuti Daniel dari samping setelag ditarik kuat oleh Daniel.
"Gak usah gugup. Gue tau, gue itu ganteng. Jadi biasa aja," ujar Daniel.
"S-siapa yang gugup? Aku enggak kok," sergah Naura. Padahal kentara sekali dari nada bicaranya yang gugup.
"Yaudah terserah lo." Daniel mengalah. Kalian tau jika sudah berdebat dengan seorang perempuan? Ya. Lebih baik para laki-laki mengalah.
Saat mereka berdua tiba di kantin, semua mata tertuju kearah mereka. Naura tambah gugup setelah mendapat tatapan itu. Yerin dan Teratai juga menatap Naura penuh tanya. Mereka berdua sedang di meja kantin seraya menyantap bakso. Naura tersenyum kepada mereka berdua.
"RA!!!" teriak Yerin kepada Naura. Naura mengangguk.
"Kita duduk bareng temen aku aja, gak pa-pa, 'kan?" tanya Naura kepada Daniel.
"Hm."
Naura dan Daniel berjalan menuju meja Teratai dan Yerin. Daniel menarim satu kursi dan mempersilahkan Naura untuk duduk di sana. Naura yang mendapat perlakuan manis dari Daniel pun tersenyum.
"Terima kasih, Niel." Naura duduk di kursi.
Daniel mengangguk sebagai balasan dan menarik satu bangku lagi untuk dirinya sendiri dan menudukkan dirinya disana.
"Lo mau makan apa?" Tanya Daniel kepada Naura.
"Nasi goreng aja."
"Minumnya?"
"Jus jeruk."
"Oke." Daniel beranjak dari tempat duduknya menuju penjual dan memesan makanan serta minuman. Ia menarik satu bangku kecil dan duduk di sana. Mengangkat satu kakinya dan diletakkan di kaki sebelahnya. Tangannya mengeluarkan ponsel dan membuka aplikasi game dan memainkannya.
"Ya ampun Niel! Ganteng banget, sih!"
"Jodoh gue!"
"Gantengan pandawa gue lah!"
"Pandawa number one!"
Blablabla.....
Daniel tidak mendengarkan ucapan yang keluar dari mulut mahasiswi di kampusnya ini. Selalu seperti ini jika ia berada di kantin. Dirinya dibanding-bandingkan dengan para pandawa.
Daniel hanya menatap malas ke arah cewek-cewek yang sengaja memilih tempat duduk dekat dengannya. Daniel mengeluarkan airpods menyumpalkannya di telinganya.
Naura, Yerin dan Teratai sedang asik mengobrol seraya tertawa jika bahan pembicaraannya lucu. Naura memperhatikan kantin yang ramai. Namun, hatinya berkata untuk melihat ke arah jam 3. Saat Naura melihat ke arah masuk menuju kantin ia melihat Galang dan Dita yang berjalan beriringan seraya bergandengan tangan.
Suasana kantin semakin ramai setelah mereka berdua datang. Para perempuan sibuk menceritakan tentang Dita yang memanfaatkan Galang dan lain sebagainya.
"Ini nasi goreng lo," ujar Daniel yang tiba-tiba datang dari arah belakang.
"Makasih Niel," balas Naura. Daniel hanya mengangguk sebagai balasan.
Naura dan Daniel mulai menyantap makanan mereka dengan khitmat. Namun, dari arah lain ada seseorang yang memperhatikan mereka berdua. Tangannya dikepalkan di bawah meja serta gigi yang saling bergemelutuk.
"Kamu kenapa?" Tanya Dita yang melihat Galang mengepalkan tangannya. Ya seseorang yang menatap Naura dan Daniel adalah Galang.
"Gak papa. Kamu lanjut makan aja," ujar Galang mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Mencoba tidak peduli dengan Naura. Dita yang melihat perubahan dari Galang membuat dirinya menaruh curiga. Sedari tadi pagi setelah bertemu dengan Naura, Galang tidak banyak bicara bahkan beberapa kali mengabaikan Dita yang sedang berbicara.
Galang tidak bisa mengalihkan perhatian dari Daniel dan Naura. Entah kenapa Galang menjadi emosi sendiri saat melihat mereka berdua bercengkrama dengan akrab dan sesekali tertawa bersama. Tangannya sudah mengepal dan siap meninju wajah Daniel sekarang. Namun Galang tidak berhak melakukan itu.
'Gue kan tunangannya Naura. Berarti gue berhak dong?' batin Galang.
Galang mengangguk setelah itu beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Dita yang masih sibuk dengan makananannya. Galang berjalan menuju meja Naura dan menulikan pendengarannya dari Dita yang terus saja meneriaki namanya.
Galang meninju rahang Daniel hingga tersungkur. Naura, Yerin dan Teratai terkejut atas tindakan yang dilakukan oleh Galang. Kini meja mereka menjadi pusat perhatian seluruh kantin.
Daniel memegangi rahangnya yang terasa sakit akibat pukulan Galang yang tidak terduga. Daniel berdiri lalu membalas dengan pukulan di dekat bibir Galang.
"Maksud lo apa?!" bentak Daniel kepada Galang.
"Kamu ini apa-apaan sih, Gal!" Bentak Naura kepada Galang.
Galang tidak mengindahkan ucapan Daniel dan malah menarik tangan Naura untuk ikut dengannya ke rooftop.
Sesampainya mereka berdua di rooftop, Galang menghempaskan tubuh Naura ke dinding lalu mengepung tubuh Naura menggunakan kedua tangannya. Menatap tajam ke arah manik hitam milik Naura.
"Maksud lo apa makan bareng Daniel?" Tanya Galang.
"Loh? Apa urusannya sama kamu?"
"Lo lupa kalau lo itu tunangan gue!?"
"Kamu sendiri jalan bareng Dita. Kamu aja bisa kenapa aku enggak?"
Pintu rooftop dibuka secara kasar oleh Dita hingga membuat Naura dan Galang terkejut. Galang segera melepaskan kurungan tangannya dari Naura.
Dita menatap Naura tajam lalu berjalan mendekati Naura.
Tanpa diduga, Dita melayangkan tamparan di pipi Naura hingga wajah Naura terhempas ke samping dan di pipi kanannya meninggalkan bekas memerah akibat tamparan dari Dita.
Galang terkejut atas tindakan Dita barusan. Galang mencengkram pergelangan Dita lalu memberikan tatapan tajam. Ada rasa tidak rela ketika Dita menampar Naura.
"Kenapa kamu tahan aku?!" Tanya Dita.
"Ini di kampus. Kalau kamu ngelakuin ini di sini. Kamu bisa di Drop Out."
Naura tersenyum kecut mendengar penuturan Galang. Padahal tadi ia sangat berharap kalau Galang akan membalas atas perlakuan Dita kepadanya. Sudah diterbangkan tinggi namun segera dihempaskan ke bawah.
"Ayo pergi!" Galang merangkul tubuh Dita dan meninggalkan Naura sendirian di rooftop.
Naura tertawa kecut. Bisa-bisanya ia berharap seperti itu tadi. "Bangun Ra!" Naura memukuli pipinya pelan.
Namun, saat ia ingin memukulnya kembali, tangannya segera ditahan oleh seseorang.
Saat Naura melihat siapa orang itu, Naura sedikit terkejut ternyata adalah Daniel. Daniel menurunkan tangan Naura lalu mengulurkan tangannya sendiri untuk menyentuh pipi Naura yang memerah akibat tamparan Dita.
"Sakit?" Tanya Daniel.
"Sedikit," balas Naura.
Daniel menurunkan tangannya dari pipi Naura dan memasukkannya ke saku jaket denim miliknya.
"Kamu kok bisa tau aku di sini?" Tanya Naura lagi.
"Gue ikutin lo."
"Kenapa?"
"Karena lo temen gue."
"Dari awal aku ditarik sama Galang?"
"Hm."
Naura sedikit terkejut. Berarti Daniel sudah tahu kalau dirinya dan Galang...
"Iya. Gue tau kalau lo tunangannya si Galang," ujar Daniel seakan tahu isi pikiran dari Naura, tentu saja itu membuat Naura tambah terkejut.
"Kamu kayak cenayang. Bisa baca pikiran orang."
"Hm."
"Beneran cenayang?"
"Ya enggak!"
"Ngegas."
"Bodo amat," ujar Daniel.
Naura mendengus kesal. Namun, segera ia mendekati tubuh Daniel hingga jarak mereka hanya beberapa centi saja.
"Tapi kamu jangan kasih tau ke siapa pun, ya." Naura sedikit berbisik.
Daniel menyernyit bingung. "Kenapa?"
Naura mengela napasnya. "Kamu bisa dipercaya gak?"
"Bisa."
"Seriusan!"
"Iya bawel."
"Oke. Janji dulu gak bakal kasih tau siapa pun," ujar Naura mengulurkan jari kelingkingnya ke arah Daniel.
"Lo tuh kalau janji harus banget kayak gini ya?" Tanya Daniel heran.
"Udah cepetan! Mau tau gak?"
"Ck!" Dengan terpaksa Daniel mengikuti kemauan Naura. Daniel menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Naura lalu melepaskannya.
"Ini rahasia!"
"Iya Ya Allah!" Ujar Daniel kesal. Sedari tadi Naura terus saja seperti itu.
"Sebenarnya aku sama Galang itu dijodohkan."
"Hm."
"Jangan dipotong dulu ih!" seru Naura memukul lengan Daniel.
"Iya iya!"
Naura mendengus. "Yaudah. Singkat cerita kami di tunangkan. Tapi kami sama-sama gak ada rasa waktu pertamanya. Tapi-"
"Tapi lo ada rasa sama Galang."
"KAMU BENERAN CENAYANG?!" Tanya Naura heboh. Daniel segera menutup mulut Naura dengan telapak tangannya.
"Suara lo!"
"Maaf," cicit Naura. "Habisnya kamu selalu bisa tebak isi pikiran aku. Jadinya aku pikir kamu itu cenayang beneran," ujar Naura.
"Gue cuma asal nebak."
"Tapi masa bisa tepat gitu?"
"Kalau pikiran bisa tepat tapi kalau hati gue ke lo mungkin enggak."
"Apa?"
"Gak." Daniel segera mengalihkan pandangannya ke arah lain. Kenapa jantungnya berdetak kencang saat ini?
'Jantung sialan!' Batin Daniel.
Cast Daniel Whiley
Salam,
Maung.