抖阴社区

The Universe Knock My Door [S...

By Dhiantidy

8.1K 1.1K 394

[SUN SERIES] Bersekolah di SMA Beverald dan dijuluki sebagai adik dari seorang psikopat membuat Hacihan meras... More

Author note
Satu
Dua
Tiga
Empat: Tentang Mereka
Lima: Semesta
Enam: Manila
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua belas: Sisi Lain
Tiga belas
Empat belas
Lima belas
Enam belas
Tujuh belas: Beverald, Binaraya, dan Konspirasi
Delapan belas
Sembilan belas
Dua puluh
Dua puluh satu
Dua puluh dua
Dua puluh tiga
Dua puluh empat: Kecewa
Dua puluh lima
Dua puluh enam
Dua puluh tujuh
Dua puluh delapan: Reno
Dua puluh sembilan
Tiga puluh: Pertemuan mematikan
Tiga puluh satu
Tiga puluh dua: Makan malam berdua
Tiga puluh tiga
Tiga puluh empat: Pergi bukan berlibur
Tiga puluh lima
Tiga puluh enam
Tiga puluh tujuh: Pura Penataran Agung Lempuyang
Tiga puluh delapan: Officially Confess
Tiga puluh sembilan: Our Last Goodbye
Empat Puluh
Empat puluh satu: Badai Mengungkit Semesta
Empat puluh dua
Empat puluh tiga
Empat puluh empat
Empat puluh lima: Bukti
Empat puluh enam
Empat puluh tujuh
Empat puluh delapan
Empat puluh sembilan
Lima puluh
Lima puluh satu: Berubah'1
Lima puluh dua: Berubah'2
Lima puluh tiga
Lima puluh empat: Usai?
Lima puluh lima
Lima puluh enam
Lima puluh tujuh: Bertemu Mereka
Lima puluh delapan
Lima puluh sembilan
Enam puluh: Kembali Bertemu.
Enam puluh satu: Kerjasama
Enam puluh dua.
Enam puluh tiga
Enam puluh lima: Emosional
Enam puluh enam
Enam puluh tujuh: Akhir Dinding Pembatas.

Enam puluh empat.

55 9 0
By Dhiantidy

64.

Keadaan semakin tegang begitu memasuki area markas musuh. Sebagian anggota lainnya sudah dikerahkan untuk menyusul jejak Verrel di depan sana.

Menyelinap lewat pintu belakang merupakan jalan yang tepat untuk masuk ke dalam bangunan tersebut.

Sebisa mungkin, Rio mengatakan pada mereka semua agar sebisa mungkin menghindari perkelahian dengan cara membuat para anggota Blotter itu pingsan.

Begitu memasuki bangunan dari pintu belakang, tentunya belum ada tanda-tanda musuh yang terlihat.

Bangunan ini terdiri dari 3 lantai dengan puluhan ruangan, termasuk markas yang cukup besar.

Pasukan Beverald itu berpencar di dalam bangunan, tentunya sambil berhati-hati agar tidak membuat bunyi sedikitpun.

Sedangkan Rio memantau dari luar bersama Jevon yang di sebelahnya. Mata Rio yang tajam benar-benar mengamati setiap pergerakan yang ada.

"Mereka kenapa?!" Dua orang anggota Blotter yang datang untuk bergantian berjaga tentunya histeris melihat dua temannya yang tergeletak lemas.

Hal itu membuat keadaan semakin was-was, dua anggota Blotter itu terlihat menekan suatu tombol di dekat pagar kemudian terdengar bunyi sirene yang sangat kencang.

Dua anggota Blotter itu tentunya kembali pergi ke dalam untuk membangunkan anggota yang lain.

Rio langsung mengacungkan jarinya membentuk angka satu yang menjadi kode perang mereka.

Melihat tanda yang diberikan, sisa anggota Beverald itu tentunya langsung menyerbu markas tersebut.

Sisa Rio dan Jevon yang masih di tempat tadi, Rio memantau pergerakan pasukannya terlebih dahulu baru kemudian mengajak Jevon untuk menyusul langkah mereka.

Sedangkan di dalam sana, Verrel dengan beberapa anggota Beverald lainnya tentu sangatlah kaget mendengar bunyi keras tersebut.

Suasana tentunya semakin tegang begitu melihat para anggota Blotter tersebut mulai menampakkan diri.

Beberapa anggota Blotter itu menuruni tangga dari lantai atas, hal itu membuat para Beverald mau tidak mau harus melawan mereka.

Tidak ada tempat bersembunyi untuk para anak Beverald itu, hal itu membuat mereka berkelahi satu lawan satu.

Begitu sampai di ambang pintu depan, Rio langsung berkata pada Jevon yang di sebelahnya, "gue akan cari keberadaan Reno di lantai tiga,  lo urus di lantai dua. Saran gue, sebisa mungkin lo hindarin mereka."

Setelahnya Rio meninggalkan Jevon di situ. Nampak satu anggota Blotter yang datang menyerang, namun Rio langsung mendorongnya kencang dan berlalu untuk ke lantai atas.

Tujuan Rio hanyalah Reno, jadi sebisa mungkin ia mendapatkan Reno secepatnya.

Begitu sampai di lantai dua, ada begitu banyak anggota Blotter yang menunggunya, namun hal itu dibantu dengan pasukan Beverald yang langsung menyerbu mereka.

Biar itu menjadi urusan mereka, Rio hanya perlu mencari keberadaan Reno.

Langsung menuju lantai tiga, di sana sangatlah hening tapi cukup mencurigakan.

Tiba-tiba saja tubuh Rio terhuyung ke depan begitu ada anggota Blotter yang mendorongnya dengan kencang.

Anggota Blotter itu meninju wajah Rio habis-habisan, tapi Rio langsung membalasnya dengan sangat kencang.

Memukul wajahnya, meninju perutnya, tindakan Rio barusan mampu membuat darah segar keluar dari mulut laki-laki itu.

"Di mana Reno?!" Rio mencengkram kerah baju laki-laki itu.

"Gue nggak akan jawab."

Hal itu membuat Rio kesal dan hampir meninjunya lagi, namun tertahankan karena laki-laki itu langsung berkata, "dia ada di lantai dua."

Setelahnya Rio langsung menghempaskan tubuh laki-laki itu ke lantai.

Suasana di lantai bawah sudah sangat ramai dan ricuh. Melihat Reno yang belum juga ditemukan, namun jumlah anggota Blotter di markas itu termasuk banyak, hal itu membuat Rio berteriak, "TUJUH!!!! GUE ULANG SEKALI LAGI, TUJUH!!!!"

Seharusnya suara Rio masih terdengar walaupun suasana sangat bising di bawah itu.

Kode tujuh itu adalah tanda untuk memutar balik atau membawa lawan ke tempat kelompok dua berada. Jumlah Blotter itu terlalu banyak dan tenaga mereka jauh lebih besar.

Mendengar perintah Rio tentunya membuat para Beverald itu langsung keluar dari markas dan berlari sekencang-kencangnya ke tempat kelompok dua berada.

Tentunya para Blotter itu mengejar langkah mereka, tak akan dilepas begitu saja orang-orang yang telah mengusik mereka.

Ada Panji yang berjaga di benteng kelompok dua, seharusnya di sana ada bantuan jumlah anggota lagi karena sudah banyak anggota yang terluka di kelompok satu.

Jevon salah satunya, kaki laki-laki itu langsung terkilir setelah mendapat tendangan dari salah satu anggota Blotter. Sungguh, Jevon benar-benar tidak berekspektasi bahwa para geng berandal itu sangatlah kuat.

Begitu sampai di benteng kelompok dua, tentunya pasukan Beverald yang sudah berjaga di situ langsung menyerbu anggota Blotter yang datang.

Sedangkan Rio yang berada di situ matanya masih mencari-cari keberadaan Reno di salah satu anak Blotter, tapi tidak ada.

Katanya Reno berada di lantai dua bangunan tersebut, tapi Rio belum sempat mencari keberadaan Reno karena jumlah anggota Blotter yang terlalu banyak.

"Anggota kita bisa kalah!" Verrel yang datang entah dari mana itu berdiri di sebelah Rio.

"Kita nggak mungkin bisa habisin mereka semua, karena tujuan kita adalah bawa Reno kembali," ucap Rio dengan tegas.

"Lo tau di mana keberadaan Reno?"

Rio menggeleng. "Gue nggak tau, tapi kata anak Blotter itu dia ada di lantai dua bangunan sekolah tadi, gue nggak sempat ngecek karena jumlah mereka banyak banget."

Di saat mereka semua saling berkelahi satu sama lain, nyatanya ada Jevon yang baru sampai karena kakinya yang terkilir membuat langkahnya agak sulit.

"Kak Rio!" Seru Jevon kemudian menghampirinya. "Gue liat Reno di lantai dua tadi."

"Dia masih di sana?!" Tanya Rio sungguh-sungguh.

"Mereka lagi jalan ke arah sini."

"BANGSAT KALIAN SEMUA!!!!" Teriakkan seseorang mampu membuat pandangan mereka bertiga teralih. Nampak di tengah-tengah jalan, Reno datang dengan beberapa anak Blotter dengan motornya.

Begitu motor itu berhenti, Reno langsung turun dan menghajar anak Beverald satu persatu.

"PENGKHIANAT LO SAMA GUA, ANJING!"

Emosi Reno benar-benar tidak terkendali, keadaan laki-laki itu benar-benar berubah.

Rambutnya yang sudah dicukur habis hingga botak membuat siapapun tentunya sulit mengenali laki-laki itu.

Reno benar-benar seperti seorang monster. Ia memukul, menendang, mendorong, benar-benar menghabisi anak-anak satu sekolahnya tanpa ampun.

Hingga puncaknya saat Reno kembali berhadapan dengan Rio, laki-laki itu langsung tersenyum menyeringai. "Kangen sama gua, njing?!"

Rio tak kalah menatap Reno tajam, ia masih berusaha memendam emosinya.

"Nggak bosen lo ngusik hidup gua terus?!" Saat Reno hendak menendang perut Rio, buru-buru laki-laki itu menyingkir.

"Bisa-bisanya lo ambil alih anak-anak satu sekolah gua! MAU LO APA, BANGSAT?!" Pukulan Reno berhasil mendarat dengan mulus di pipi kanan Rio.

"Gua datang ke sini bukan untuk ini, Ren! Tolong berubah!" Rasanya akan percuma jika Rio memohon sekalipun padanya.

"Lo minta gua berubah? LO YANG UBAH KEHIDUPAN GUA, ANJING!" Reno memukul pipi Rio lagi, tapi Rio belum juga membalasnya.

Rio bukan tak bisa, ia hanya tak mampu jika melakukannya karena ia tahu apa yang membuat Reno membenci padanya.

"Gue tau apa alasan lo benci gue, tapi itu semua salah paham!"

"Nggak peduli!" Reno langsung menendang perut Rio hingga laki-laki itu jatuh tersungkur.

Di saat yang sama, terdengar suara teriakan anak Beverald dari kejauhan. Kelompok tiga yang berjaga di markas itu ternyata menyusul untuk menyerang anggota Blotter tersebut.

"Mati lo anjing!"

••••

Mengapa pencerahannya begitu redup sekali?

Hacihan mulai tersadar dari pingsannya, hal itu membuat matanya terbuka dengan perlahan. Kepalanya terasa sangat pusing sekali, entah kenapa.

Hacihan menolehkan pandangannya ke sekelilingnya, ini adalah ruangan kosong dengan lampu yang remang-remang.

Di mana dia?

Hacihan baru tersadar bahwa dirinya bersandar pada dinding kokoh dengan kedua tangannya yang terikat di belakang.

Tak hanya itu, kakinya yang diluruskan itu juga terasa sangat sakit akibat rantai yang mengikat di pergelangan kakinya.

Ia benar-benar tidak bisa lari.

Pintu yang beberapa meter di depannya itu tiba-tiba terbuka, nampak seseorang yang masuk ke dalam menemuinya.

Orang itu langsung membekap mulut Hacihan begitu Hacihan ingin menyebut namanya.

Semesta.

Entah bagaimana bisa laki-laki itu ke sini, tapi keadaan Semesta benar-benar baik-baik saja.

Melepas bekapannya pada mulut Hacihan, Semesta berdiri dan melihat rantai yang mengikat pergelangan kaki Hacihan. Ia harus mencari cara.

Berusaha memutuskan rantai tersebut yang akhirnya nihil, Semesta masih mencari cara.

Bodohnya, Semesta tidak membawa alat-alat tajam atau sesuatu yang dapat melindungi dirinya di sini.

Ya, di sini, markas rahasia Angel yang menjadi tempat baru bagi anak Beverald sendiri.

"Gimana bisa lo ada di sini, Semesta? Gimana penyerangan itu?"

Semesta tak menggubrisnya, ia masih sibuk mencari cara untuk melepaskan rantai yang mengikat pergelangan kaki Hacihan.

Tak ada yang bisa dilakukan selain mencari benda tajam yang dapat memutus rantai tersebut.

"Semesta, mau ke mana?"

Langkah Semesta terhenti saat hendak keluar kemudian membalik badannya. "Sebentar."

"Jangan tinggalin gue, Semesta." Hacihan menatapnya dengan sungguh-sungguh.

"Cuma sebentar. Gue harus cari sesuatu yang bisa mutus rantai lo."

Alih-alih menjawabnya, mata Hacihan tiba-tiba melebar begitu melihat orang lain yang hadir ke ruangan itu.

Angel dan Bir yang masuk ke dalam ruangan itu tentunya bertanya-tanya dengan kehadiran Semesta.

Tanpa perlu tanya lagi, Bir langsung mendorong tubuh Semesta hingga membentur tembok dengan sangat keras.

"Semesta!" Hacihan menatapnya histeris.

Belum cukup juga, Bir memukul pipi Semesta, namun dengan cepat dibalas oleh laki-laki itu.

Dari postur tubuh saja Semesta kalah telak dengan preman Beverald itu, tentunya hal itu membuat Bir berhasil meninggalkan luka di pipi laki-laki itu.

Bahkan tak tanggung-tanggung membuat Semesta tergeletak lemas hingga mengeluarkan darah dari mulutnya.

"NO! SEMESTA!" Jeritan Hacihan belum juga membuat Bir berhenti, justru malah membuat Angel menghampirinya kemudian berjongkok di depannya.

"Liat gue!" Angel menarik wajah Hacihan menghadapnya. "Tangan dan kaki lo udah gue iket, mau mulut lo iket?!"

Air mata sudah membasahi pipi Hacihan. "Kak Angel, aku mohon lepasin dia. Aku yang Kakak mau, jadi tolong lepasin dia!!"

"Ini adalah balasan karena lo ikut campur dalam permainan gue!!!" Angel berteriak di depan wajah gadis itu. "Bisa-bisanya lo ikut campur dalam hidup Manila...."

Wajah Angel benar-benar menyeramkan. Bahkan wajah cantik yang dimiliki Angel berubah menjadi wajah sangar nan menyeramkan.

"SEHARUSNYA DARI AWAL, GUE MUSNAHIN LO JUGA!"

Prak!

Tamparan yang Angel berikan pada pipi mulus Hacihan langsung menyisakan warna merah di sana.

Ini benar-benar menyakitkan, Hacihan benar-benar takut.

Tidak ada yang bisa dilakukannya selain menangis.

"GIMANA BISA LO MALAH BERTEMAN DENGAN MANILA? ARGH!!! LO MERUSAK RENCANA GUE, HACIHAN!" Angel menambah tamparannya pada pipi Hacihan yang satu lagi. "PEREMPUAN ITU, HARUSNYA BISA MATI DI TANGAN GUE!!!"

Entah apa yang membuat Hacihan tiba-tiba mengangkat wajahnya dan menatap Angel tajam. "DASAR PENGECUT! Gimana bisa Kakak jelekkin nama sekolah sendiri cuma buat lampiasin tindakan Kakak!"

"Berani lo sama gue!" Angel langsung menendang kaki Hacihan dengan keras. Benar-benar menyakitkan.

"Seharusnya gue nggak biarin lo hidup, Hacihan! Harusnya lo yang gue habisi hari ini!"

••••

"ARGH!!!!!"

Sudah sangat jelas teriakan terdengar di area itu, pasukan Beverald juga belum mau menyerah untuk menghabisi para Blotter bahkan membuat beberapa anggota Blotter terkapar di aspal.

Rio sudah tergeletak di aspal sambil menatap Reno yang di dekatnya itu, sedikit lagi bisa saja membunuhnya.

Tapi hal itu tidak terjadi karena Jevon yang memukul punggung Reno dengan balok, membuat pandangan laki-laki itu teralih.

Baiklah, Jevon harus melawannya.

"Berani lo sama gue?! Beverald bangsat!" Maki Reno pada Jevon yang berdiri tak jauh darinya.

"Nggak berani, kata siapa gue berani?!" Entah pengakuan konyol apa dari Jevon, tapi nada bicaranya begitu menjengkelkan.

Saat Reno hendak menyerang Jevon, tiba-tiba kerikil mendarat di pipi laki-laki itu, membuatnya semakin emosi.

Itu Panji yang melemparnya.

"Nah loh, bingung kan mau nyerang gue apa dia? Hayolo!" Kata Jevon dengan santai, sepertinya nyalinya sudah terbentuk dengan baik.

Hal itu tentu malah membuat Reno tak tertarik untuk melawan keduanya. Ia membalik badannya, nampak Rio yang sudah bangkit berdiri lagi kemudian menghajar pipinya.

Perkelahian antara Rio dengan Reno berlangsung dengan keduanya saling menghajar. Terkadang Rio yang unggul, kadang juga Reno yang unggul.

Posisi kembali dengan Rio yang tergeletak di aspal, dan Reno yang bersedia untuk menghabisi laki-laki itu.

Sekali tonjokan Reno lontarkan pada laki-laki itu, hingga klimaksnya saat Reno mengacungkan pisau kecil dari saku celananya.

"Gue udah nggak tahan lagi buat bunuh lo!"

Rio yang di bawahnya itu masih menahan tangan Reno yang mengarahkan pisau itu ke lehernya.

"Lo harus mati hari ini!"

Dengan sekuat tenaganya Rio menahan tangan Reno yang ingin menusukkan pisau ke lehernya.

Tapi sepertinya takdir berkata lain, tenaganya yang sudah terkuras di awal membuat Rio tak kuasa menahan tangan Reno lebih lama.

Di detik-detik menegangkan ketika Rio benar-benar tak bisa menahan Reno, tiba-tiba saja ada tangan lain yang datang mendorong tubuh Reno menjauh dari Rio.

Sedetik saja itu meleset, Rio tewas.

Reno terkapar di aspal dengan seseorang yang menghantam tubuhnya. Laki-laki itu berdiri di atas perut Reno sambil menghajar wajahnya habis-habisan.

"Niko?!" Reno langsung mendorong tubuh orang itu begitu menyadari siapa yang mendorongnya.

"Apa maksud lo?!" Reno menatap Niko dengan penuh tanya. "Lo sahabat gua! Lo berpihak ke dia?! Pentolan Binaraya itu harus mati!"

"Lo bukan sahabat gue, jika lo jadi pembunuh, Ren!"

Melihat respon Niko yang benar-benar di luar dugaannya justru malah membuat Reno semangat untuk menghajar sahabatnya sendiri.

"Reno! Sadar, Ren! Dendam ini udah nggak ada gunanya lagi!"

Tak termakan dengan ucapan Niko, Reno balik mendorong tubuh laki-laki itu dan menghajarnya.

Sepertinya sebulan bergabung dengan Blotter mampu membuat skill berkelahi Reno bertambah, laki-laki itu menjadi sulit ditaklukkan.

Seperti tak pandang bulu, Reno menghantam wajah Niko bahkan tak tanggung-tanggung hingga ke perutnya.

Hingga posisi kembali unggul oleh Reno dengan Niko yang tergeletak di aspal, Reno masih memukuli wajah laki-laki itu.

"REN! GUE DATENG BUKAN UNTUK INI, REN! KITA MENYERANG LO BUKAN TANPA ALASAN, LO HARUS REBUT BEVERALD LAGI, REN!"

Reno tak menggubrisnya, ia sibuk menghajar Niko.

"REN! KALO LO BUNUH GUE, LO AKAN MENYESAL, REN!"

"GUE NGGAK MENYESAL MEMBUNUH PENGKHIANAT!" Reno menekankan kata pengkhianat, seakan-akan semua Beverald adalah pengkhianat di matanya.

"MAKA DARI ITU SEHARUSNYA LO BUNUH ANGEL! HACIHAN DICULIK MEREKA, REN! HACIHAN MAU DIBUNUH!"

Hal itu baru membuat Reno berhenti dan menatap Niko tajam. Reno menarik kerah baju Niko dan berkata, "LO BILANG APA TENTANG ADEK GUA?!"

"DEMI TUHAN, REN... MARKAS LAMA BEVERALD, KEMBALI DIGUNAIN SAMA KOMPLOTAN LO YANG DIAMBIL ALIH ANGEL."

"APA HUBUNGANNYA SAMA HURICIHAN?!"

"MEREKA MAU BUNUH ADEK LO."

Mendengarnya membuat emosi Reno semakin tersulut. "APA?! SIAPA YANG MAU BUNUH?!"

"ANGEL... DIA PUNYA DENDAM SAMA HACIHAN...." Ucapan Niko bahkan hingga bergetar saat akibat luka yang diterimanya di sekujur tubuh.

Reno menghempaskan tubuh Niko dengan kasar kemudian mengusap wajahnya dengan frustasi.

Niko yang di tergeletak lemah itu langsung menarik tangan Reno. "Angel nggak main-main sama rencananya, lo tau itu."

Reno langsung melepas tangan Niko kasar kemudian berdiri dan mengusap wajah dengan frustasi.

Tak ada waktu yang tersisa lebih banyak, ia harus menyelamatkan adiknya, Hacihan.

Meninggalkan area ricuh yang diisi oleh anak Beverald dan Blotter, Reno menaiki salah satu motor anggota Blotter yang terparkir di sana dengan kunci yang menggantung.

Motor itu langsung melaju dengan kencang meninggalkan area tersebut, pikiran Reno benar-benar rumit sekarang, ia harus datang ke markas lama Beverald yang seharusnya sudah tidak dipakai lagi.

Rio melihat itu, Reno sudah pergi. Namun saat ia hendak mengejarnya, Ara yang datang bersama Niko itu langsung menahannya.

"Jangan kejar dia Kak, Kak Reno mau nyelametin Hacihan."

Hal itu membuat Rio menatap Ara dengan penuh pertanyaan.

"Hacihan diculik sama komplotannya Angel," jelas Ara.

Rio meninggalkan gadis itu dan pandangannya menyapu habis area tersebut, keadaan semakin ricuh.

Sudah tidak bisa dijelaskan lagi entah siapa yang akan memenangkan pertempuran ini. Ican dan Morgan, sahabat Rio yang ikut turun tangan juga entah berada di mana.

Masalahnya adalah bagaimana caranya mengehentikan ini semua. Rio tidak bisa berpikir, sebelah tangannya memegang dadanya yang begitu sakit.

Penyakit jantungnya.

Rio tidak boleh kenapa-kenapa di sini, ini bukan tempat yang aman.

Namun di luar dugaannya terjadi, bantuan datang tiba-tiba. Suara sirene polisi terdengar semakin kencang begitu mendekat ke arah lokasi.

Hal itu tentu membuat segelintir anggota Blotter panik, membuat pertempuran itu terhenti sekejap.

Tak hanya anggota Blotter saja, anggota Beverald itu juga sama.

Sebelum akhirnya polisi benar-benar datang, mereka semua langsung bubar meninggalkan area tersebut.

"SEMUANYA BUBAR!" Verrel berteriak dengan sangat kencang, menginterupsi teman-temannya untuk segera meninggalkan area tersebut.

















🐰🐰🐰🐰

Bersambung.

Continue Reading

You'll Also Like

35.2K 686 6
Ini tentang seorang gadis songong yang menyimpan rahasia besar. Gadis berparas cantik dengan senyum kotaknya. Siapa sangka bahwa dia bisa langsung po...
384K 20.5K 67
{follow dulu sebelum baca ya bestieee} Cover by @kdniapuspita Masalah dan anti sosial adalah dua deskripsi singkat dari kehidupan sosok Moza Ariesha...
Astronomi By Tan

Teen Fiction

164K 20K 73
"Kenapa sih gue nggak jatuh cinta sama temen lu aja, yang pastinya jauh cantiknya daripada lu? Kenapa gue harus jatuh cintanya sama lu coba!? Udah je...
249K 5K 7
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Apa yang ada di benak kalian apabila mendengar atau melihat seorang gadis yang selalu bergaul dengan cowok? Nakal, berandala...