ถถา๕ษ็ว๘

สœแดœษข แดส สœแด‡แด€ส€แด› [แด‹๊œฑแดŠ x แด‹ษดแดŠ]โœ”

By IsSoora12

82.1K 5.7K 3K

|๐“๐ก๐š๐ง๐ค ๐ฒ๐จ๐ฎ ๐Ÿ๐จ๐ซ ๐›๐ž๐ข๐ง๐  ๐ญ๐ก๐ž ๐›๐ซ๐ข๐ ๐ก๐ญ ๐ฅ๐ข๐ ๐ก๐ญ ๐ข๐ง ๐ฆ๐ฒ ๐๐š๐ซ๐ค ๐ฅ๐ข๐Ÿ๐ž| โ€ข โ€ข โ€ข ๐Ÿ–ค [แดŠษช... More

๐Ÿฅ€โ€ขPฐ๙ดวฑ๔ดวฒต
๐Ÿฅ€1. Two Different Men
๐Ÿฅ€2. Meet you
๐Ÿฅ€3. Thinking about him
๐Ÿฅ€4. Incident
๐Ÿฅ€5. It's Hurt
๐Ÿฅ€6. The Feeling
๐Ÿฅ€7. Miss you
๐Ÿฅ€8. Date?
๐Ÿฅ€9. Confess
๐Ÿฅ€10. Once Again
๐Ÿฅ€11. Seokjin's and Mr. Crush
๐Ÿฅ€12. Warm
๐Ÿฅ€13. I Need U
๐Ÿฅ€14. Hide
๐Ÿฅ€15. Misunderstand
๐Ÿฅ€16. He's mine
๐Ÿฅ€17. Moon and Sun
๐Ÿฅ€18. I Love Him
๐Ÿฅ€20. I Promise
๐Ÿฅ€21. You And Me
๐Ÿฅ€22. You and Me (2)
๐Ÿฅ€23. The Day
๐Ÿฅ€24. Thank you -END
๐Ÿฅ€โ€ขEฑ่พฑฑ๔ดวฒต
โ€ขIฒิดฺดวโ€ข

๐Ÿฅ€19. The Answer

3K 218 145
By IsSoora12

Apakah dia akan menerimanya.... Atau justru menolaknya?





Namjoon hanya cengar-cengir melihat seorang namja tengah berkacak pinggang dengan wajah marahnya berdiri di balik pintu apartemennya.

"Hoseokie~" Namjoon tahu bahwa pria pemilik cafe tempat ia bekerja itu pasti sedang marah karena ia pergi begitu lama, dan mungkin juga karena Hoseok mengetahui soal kehamilannya yang ia sembunyikan.

"Ew! Jangan peluk-peluk aku! Aku sedang marah padamu lho!" ujar Hoseok mencoba menghindar dari Namjoon yang hendak memeluknya. "Lepaskan! Berani sekali kau muncul setelah lama menghilang tidak memberikan kabar padaku huh?"

"Aku juga merindukanmu, Hoseokie~" Namjoon terkekeh mengabaikan omongan pria itu, Hoseok pun pasrah ketika Namjoon memeluk tubuhnya begitu erat.

"Kenapa kau ke sini hm? Kenapa tidak sekalian pulang tahun depan saja?" tanyanya dengan tatapan marah.

Namjoon tertawa mendengar omelan Hoseok. "Ini kan apartemenku, seharusnya aku yang bertanya kenapa kau di sini? Jangan marah~ aku hanya kabur sebentar." Hoseok tetap memasang wajah marahnya mengabaikan tatapan memelas Namjoon.

Seorang pria datang dari belakang. "Woah, Namjoon hyung akhirnya pulang!!" serunya sambil berlari menerjang Hoseok dan Namjoon hingga hampir jatuh.

"Ya ampun kelinci bongsor ini!"

"Yak! Jeon Jungkook, kau berat!"

Jungkook tertawa lepas melihat kedua hyungnya yang protes, ia pun melepaskan pelukannya dan membantu Namjoon membawa barang bawaannya.

"Hoseok hyung langsung ke sini ketika aku memberitahu kalau kau sedang dalam perjalanan." ujar Jungkook sambil terus tertawa melihat Hoseok yang masih pura-pura marah.

Namjoon tersenyum. "Maafkan aku, Hoseokie. Ayo masuk dulu, nanti aku jelaskan semuanya."

Ketiganya masuk menuju ruang tamu yang terdapat beberapa minuman yang sudah dibawa Hoseok dan Jungkook. Memang sebelumnya, Namjoon menitipkan kunci apartemennya ke Jungkook untuk jaga-jaga saja jika Jungkook sedang lenggang dan ingin waktu sendirian.

"Aku sudah mengetahui semuanya dari Taehyung. Tapi aku masih ingin mendengar semuanya dari mulutmu langsung! Katakan, sejak kapan kau mulai berhubungan dengan Seokjin hyung? Bagaimana bisa kau... hamil anaknya?" tanya Hoseok bertubi-tubi sembari menggeleng pusing.

"Um... Bagaimana menceritakannya, ya...? Bagaimana jika kita makan saja dulu roti-roti ini? Tetanggaku memberikannya padaku, dia bilang sekalian promosi." alih Namjoon basa-basi.

Jungkook langsung mengambil duluan salah satu roti di parcel itu ketika Namjoon membukanya. Hoseok pun menghela nafas dan mengambil kue kering, matanya tetap menatap tajam meminta penjelasan kepada Namjoon. Namjoon yang mengerti pun hanya bisa meneguk ludahnya.

"....baiklah akan kuceritakan. Awal pertama itu bermula ketika hari penikahanmu, aku tidak sengaja menumpahkan minumanku ke kemeja Seokjin hyung dan itu membuat luka di perutnya jadi perih, jadi aku langsung membawanya ke klinik hotel dan umm... D-dia..."

"Dia??"

"S-Seokjin hyung menyewa salah satu kamar dan membawaku ke sana, l-lalu dia terus menyentuhku dan k-kami pun melakukan itu.... Lalu----"

"Jadi, dia memaksamu?" potong Hoseok menatap lurus.

Namjoon pun mengangguk pelan dan mengalihkan pandangannya.

"Astaga, ya tuhan!"

Hoseok berujar frustasi sambil memijat pelipisnya tidak habis pikir, sebelumnya Taehyung tidak menceritakan bagian ini. Ia kecewa Namjoon menyembunyikan hal ini darinya, setidaknya ia bisa membantu Namjoon jika mengetahui hal ini.

Jungkook yang sudah tahu keseluruhan ceritanya hanya diam saja mendengar, ia sebelumnya memang sangat marah dan hendak mendatangi Seokjin langsung ke kantor perusahaannya, namun Taehyung dengan sigap menahan dan menenangkannya, takut kekasihnya ini bisa saja langsung ditembak mati oleh Seokjin di tempat.

"Maafkan aku, Hoseok-ah. Aku hanya tidak mau kau kecewa padaku..."

"Kau menyembunyikan ini membuatku semakin kecewa, Namjoon-ah. Kau dipaksa melakukan hal yang seharusnya kau lakukan setelah menikah nanti. Aku memang kenal Seokjin hyung, dia memang sangat brengsek dan sering bermain dengan para jalangnya, tetapi aku tidak menyangka dia akan melakukan itu juga padamu." jelas Hoseok sambil menghela nafas kasar.

Namjoon pun memilih menunduk takut menatap Hoseok, Jungkook pun hanya diam saja sambil menyilangkan tangannya.

"Sudahlah, Hoseok hyung. Itu sudah berlalu, aku memang ikut marah sih. Lalu, Namjoon hyung, kudengar dari Taehyung hyung kalau pria itu menyusulmu ke Ilsan, bukan?" tanya Jungkook penasaran.

"Ya begitulah... Dia meminta maaf atas semua perilaku kasarnya, dia bilang dia berjanji akan bertanggung jawab soal kehamilanku, begitulah kami berbaikan dan meluruskan semua masalah..." jawab Namjoon sambil memainkan jemarinya. Hoseok dan Jungkook mengangguk-angguk paham.

Namjoon pun merogoh sakunya mengeluarkan kotak kayu dan membukanya. "Dia juga memberikanku ini, sangat indah sekali, bukan?"

"Lalu, kenapa kau begitu lama pulang?" tanya Hoseok.

"Oh itu sebenarnya---"

"Kalungnya bagus sekali, hyung! Apa itu sebagai permintaan maafnya?" sela Jungkook memegang kotak kayu itu untuk menatapnya lebih dekat.

"Bukan, dia melamarku. Dia mengajakku untuk menikah."

"What the f*ck?!"

Spontan Hoseok dan Jungkook berseru bersamaan dan menutup mulut masing-masing. Sedangkan sang empu menatap malu-malu. "B-bukankah itu wajar? Dia bertanggung jawab jadi dia ingin menikahiku juga."

"Bukan itu--- kau langsung menerimanya?" tanya Hoseok memegang kedua bahu Namjoon.

"B-belum, aku meminta waktu seminggu dulu untuk berpikir."

Hoseok menjentikkan jarinya. "Bagus! Kau tidak boleh langsung menerima ajakan itu! Kau harus berpikir dengan matang dulu!" Hoseok mengangguk bangga entah untuk apa.

"Hyung, apa dia bersungguh-sungguh?" tanya Jungkook syok masih tidak percaya.

"Ya, dia terlihat begitu serius. Dia bilang kalau aku harus segera bertemu dengan keluarganya, tetapi aku takut sekali."

Namjoon kembali memainkan jemarinya. "Bagaimana jika nanti keluarga Seokjin hyung tidak menyukaiku? Kau tahu, aku bahkan tidak bisa melakukan banyak hal!" tanyanya khawatir.

"Oke calm down, calm down, my brother. Jangan berpikiran negatif seperti itu dulu! Kau harus berusaha optimis!" ujar Hoseok menenangkan. Jungkook pun memijat bahu Namjoon untuk membuatnya rileks.

"Dia sungguh mengajakmu untuk menikah? Wah, dia benar-benar berani mengambil langkah itu." sahut Jungkook.

"Mhm...saat dia mengatakan kalau dia mencintaiku itu, rasanya aku sangat senang sekali. Aku senang sekali, sampai aku tidak bisa berhenti menangis...."

Namjoon pun mulai menceritakan keseluruhannya. Mulai dari kedatangan Jaehwan, kedatangan Seokjin, lalu bagaimana mereka berbaikan, keakraban Seokjin dengan Geongmin, perlakuan lembut Seokjin, sampai Seokjin yang harus kembali ke Seoul.

Keduanya yang terus mendengarkan tidak hentinya memberikan respon terkejut, apalagi Hoseok. Bagaimana tidak? Seokjin yang ia ketahui sangat cuek, kaku, dan kasar serta brengsek gila itu dalam beberapa hari langsung berubah menjadi seorang pria gentle dan bersikap lembut?! Ia yakin Seokjin tidak pernah mau tahu-menahu perkara cinta, namun mendengar cerita Namjoon, sejak kapan pria maniak bekerja itu menjadi seromantis itu??

Tetapi apapun bisa terjadi karena kekuatan cinta, bukan?

"Jadi, kapan kau akan menemui orang tua Seokjin hyung?" tanya Hoseok.

"Besok saat makan siang! Aku merasa deg-degan sekali, Hoseokie!"

Hoseok tersenyum lembut. "Kau mengingatkanku saat bertemu orang tua Yoongi hyung untuk pertama kalinya. Rasanya sangat menegangkan sekali hingga aku hampir lupa cara untuk bernafas, appa Yoongi hyung tampak begitu kuat dan dingin sekali auranya persis seperti Yoongi hyung tetapi beliau sungguh sangat baik, sedangkan eommanya Yoongi hyung itu sosok yang hangat dan mengajakku melakukan banyak hal." cerita Hoseok mengingat pertemuan pertamanya.

"Kuharap orang tua Seokjin hyung juga seperti ibunya Yoongi hyung." ujar Namjoon berharap.

"Aah... Junnie samchun dan Irene imo, ya...? Well, kau harus siap saja bertemu mereka." Hoseok menepuk-nepuk pundak Namjoon.

"Apa? Ada apa? Apa mereka snagat menyeramkan?!"

Namjoon terlihat sedikit panik dan mulai membayangkan hal yang tidak-tidak tentang orang tua Seokjin, Hoseok yang melihatnya hanya bisa tersenyum jahil. "Ya, mereka sangat menyeramkan... Kau harus siap mental untuk bertemu mereka." ujarnya semakin menakuti temannya.

Jungkook ikut tertawa melihat wajah Namjoon, sedari tadi ia terus mencomot roti di parcel yang dibawakan Namjoon. Rotinya sangat enak sekali, mungkin jika nanti Namjoon ke Ilsan lagi ia harus ikut.

"Kalau eommanya Taetae hyung, itu walaupun namja tetapi beliau sangat cantik sekali. Eommanya sedikit cerewet dan begitu perhatian kepadaku, appanya juga baik dan humoris!" sahut Jungkook tiba-tiba.

Hoseok dan Namjoon saling pandang, lalu menyeringai kecil. "Wah wah, Jungkook kita ternyata diam-diam menyembunyikan sesuatu juga?" ujar Hoseok.

"Kudengar sih dia sekarang tinggal bersama Taehyung dan orang tuanya, wah jangan-jangan...." tambah Namjoon menatap jahil.

"Huh? T-tidak kok! Taatae hyung yang mengajakku ya! A-aku sih terima saja, karena dia bilang agar aku melakukan pendekatan dengan Baekkie eomma dan Chanyeol appa--- eh! Bukan! Bukan begitu maksudku!!" Jungkook baru sadar jika ia mulai keceplosan.

Melihat Jungkook gelagapan, Hoseok dan Namjoon pun terus-menerus menggoda adik kecil mereka itu yang ternyata diam-diam mulai dekat dengan orangtua Taehyung. Tidak terasa mereka sudah berbincang-bincang hampir setengah jam.

"Rambutmu mulai terlihat panjang, Namjoon-ah. Bagaimana jika kita pergi ke barbershop? Agar kau terlihat rapi sedikit saat bertemu dengan orang tua Seokjin hyung. Hmm mungkin rambutmu perlu diwarnai juga, ayo pergi!" ajak Hoseok menarik tangan Namjoon.

"Eh, tapi, Hoseokie. Aku----"

"Aku yang traktir, tenang saja! Kita habiskan waktu bertiga hari ini, besok saja kau bertemu dengan Seokjin hyung! Jungkook, segera bersiap!" potong Hoseok mengetahui apa yang hendak Namjoon katakan.

"Siap, hyung!"

Jungkook langsung berlari untuk berganti pakaian. "Ayo kita kejutkan Seokjin hyung dengan rambut barumu~"

Kalau sudah begini, Namjoon hanya bisa menghela nafas pasrah. Ia pun segera menghubungi Seokjin untuk mengabari kalau ia sudah sampai di apartemen sejak beberapa waktu yang lalu.

ʜᴜɢ ᴍʏ ʜᴇᴀʀᴛ

Namjoon menatap dirinya di pantulan cermin dengan warna rambut barunya, yaitu abu-abu. Lumayan terlihat cocok dan nyaman baginya, semoga saja Seokjin suka dengan ini.

'Tok tok tok'

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Namjoon, ia pun segera berjalan cepat menuju ke depan. Jungkook tadi diajak Taehyung untuk makan malam bersama, mungkin juga sekarang pria itu menginap di rumah kekasihnya, jadi Namjoon sedang sendirian sekarang.

"Siapa malam-malam begini?" gumamnya. Ia pun membuka pintu dan matanya langsung membola kaget.

"Seokjin hyung!"

Pria jangkung itu langsung masuk tanpa mengucapkan apapun dan menarik Namjoon ke dalam pelukan melepaskan rasa rindu yang menumpuk selama seminggu ini. Begitu eratnya, membuat Namjoon merasa aman dan nyaman di dadanya, ia pun membalas pelukan itu.

"Aku sangat merindukanmu." bisik Seokjin sambil menutup pintu dan menguncinya.

"Aku juga merindukanmu, hyung~ astaga, kau bilang kau akan datang besok pagi, kenapa tiba-tiba jadi sekarang?" tanya Namjoon sambil terkekeh dan menepuk-nepuk punggung tegap pria itu.

"Saking rindunya, tanpa sadar mobilku berbelok arah ke apartemenmu."

Keduanya berjalan menuju kamar Namjoon dan duduk di tepi kasur, dengan Seokjin yang masih setia memeluk si pria manis. "Lepaskan aku, hyung~"

"Aku belum selesai melepas rindu, sayang." Seokjin langsung menghujani wajah Namjoon dengan ciuman, membuatnya terkekeh geli dan berusaha menghentikan Seokjin.

"Sejak kapan rambutmu seperti ini?" tanya Seokjin mengelus surai grey Namjoon.

"Um... Tadi Hoseok mengajakku dan Jungkook jalan-jalan, dan kami juga pergi ke barbershop, ini Hoseok yang menyuruhku mewarnai dengan warna ini. Terlihat cocok, tidak? Apa kau suka?"

Seokjin melepas jas, dasi, dan ikat pinggangnya, lalu ikut berbaring di sebelah Namjoon. "Kau terlihat cocok dan manis sekali, aku menyukainya. Ah sial, aku belum puas!" Seokjin menarik Namjoon mendekat dan mencium bibirnya dengan lembut.

Tentu saja Namjoon menyambutnya dengan baik dan mengalungkan tangannya ke leher kokoh Seokjin. Lidah keduanya bertemu dan saling berdansa ria di dalam sana, tangan Seokjin perlahan turun meremas bokong Namjoon hingga pria manis itu melenguh dalam ciuman mereka.

Selang beberapa menit, Seokjin melepas tautan bibit mereka dan menempelkan keningnya ke kening Namjoon, matanya menatap puas ke wajah merah Namjoon yang terengah-engah.

"Sangat cantik seperti biasa."

Namjoon menunduk malu dan menyembunyikan wajahnya di dada Seokjin. Pria jangkung itu terkekeh dan memeluk erat Namjoon sambil mencium pucuk kepalanya.

"Hyung sendiri rambutnya kenapa jadi berwarna hitam begitu?" tanya Namjoon mendongak.

"Oh ini? Sebenarnya rambut pink itu hanya karena aku kalah taruhan saja, jadi sekarang rambutku kembali seperti semula." ujar Seokjin sambil menyisir rambutnya ke belakang membuat Namjoon terpesona.

"Hyungie terlihat sangat tampan." cicit Namjoon, namun masih bisa di dengar Seokjin.

Seokjin menyeringai. "Katakan lagi, sayang. Aku tidak mendengarnya dengan jelas."

"E-eh, hyungie sangat tampan..."

"Dan papa sangat manis." goda Seokjin lalu mencium pipi Namjoon.

"Hyuuung..." Namjoon lagi-lagi menyembunyikan wajahnya di dada Seokjin karena malu.

Seokjin hanya berdehem sambil menaruh dagunya di atas kepala Namjoon, masih menikmati memeluk tubuh ramping pria manis kesayangannya ini. Rindunya belum selesai tersalurkan, ia belum puas sama sekali menciumi pria ini.

"Bagaimana kabar aegi?" tanya Seokjin turun ke bawah dan menyingkap kaos Namjoon.

"Aegi baik-baik saja, appa~"

Senyuman Seokjin kembali terlukis, ia mengelus perut Namjoon sebelum meninggalkan kecupan lembut di sana. "Terima kasih sudah menjaga papamu selama seminggu, aegi. Nanti akan appa belikan hadiah."

Sontak Namjoon tertawa geli. "Hadiah apa itu?"

"Hmm... Bagaimana dengan mobil ferrari keluaran terbaru?"

"Boleh saj--- tunggu apa?! Maksudmu mobil sungguhan?!" seru Namjoon tidak percaya.

Dengan polosnya, Seokjin mengangguk.

"Astaga, hyung. Dia bahkan belum lahir dan besar, kau sudah memberikannya mobil sungguhan. Apalagi ferrari, itu pasti sangat mahal. Jangan menghabiskan uangmu hanya karena ini."

"Tetapi, aku rela menghabiskan uangku jika itu untuk kalian."

Namjoon langsung merona mendengarnya dan langsung mengalihkan pandangannya. Seokjin naik ke atas dan mencium singkat bibir Namjoon, lalu menjadikan tangan kirinya sebagai bantalan kepala Namjoon. "Jangan khawatir, uangku tidak habis hanya membeli mobil itu."

"Hmm... Ganti yang lain saja, cari hadiah yang masuk akal."

"Um... Villa?"

"Astaga, hyung! Hadiah yang normal saja seperti mainan atau boneka!" Namjoon tidak habis pikir dengan otak Seokjin.

"Bagiku itu normal." ujar Seokjin bingung.

"Dasar orang kaya!!" Namjoon mencubit dan menekan-nekan pipi Seokjin dengan gemas. Sedangkan sang empu hanya mengerucutkan bibirnya dan membiarkan Namjoon.

Setelah puas, tatapan Namjoon mulai berubah. Tangannya berpindah membuka pola asal di atas dada Seokjin. "Hyung, besok aku harus benar-benar bertemu dengan orang tua hyung?"

Seokjin mengangguk. "Aku sudah janji dengan mereka. Jangan takut, orang tuaku itu baik."

"Tapi kata Hoseok, orang tua hyung sangat menyeramkan dan aku harus siap mental. A-aku takut." ujar Namjoon memanyunkan bibirnya.

Dahi Seokjin berkerut heran, ia pun memejamkan matanya mencoba menahan kesal karena Hoseok yang menakuti calonnya ini.

"Dia bohong. Orang tuaku tidak seperti itu, saat kau bertemu mereka mungkin kau akan lelah melihat tingkah mereka." ujar Seokjin membenarkan. Namjoon mengerjap bingung lalu menggembungkan pipinya kesal.

"Humph! Hoseok sialan!" umpat Namjoon kesal

"Words, sweetie." Seokjin kembali mencium bibir Namjoon sebentar.

Namjoon menarik tangan kanan Seokjin dan meletakkan di atas kepala Seokjin yang mengerti pun langsung mengelus-elus lembut kepalanya. "Lalu, hyung. Uum... Jawabannya aku berikan besok saja ya?"

"Sekarang saja." pinta Seokjin.

"Besok saja, yaa??"

"Jadi aku harus menunggu lagi?" Seokjin memasang wajah cemberutnya dan pura-pura kesal.

Pria manis itu mengangguk. "Please~ besok akan kuberikan jawabannya saat di rumah orang tua, hyung." Namjoon terus membujuk Seokjin.

Seokjin pun menghela nafas. "Baiklah, besok terakhir, ya. Jika kau meminta tambahan waktu lagi, awas saja, kau akan kukurung." ancam Seokjin.

"Memangnya hyung berani mengurungku?" tanya Namjoon sambil terkekeh, namun ia langsung terdiam begitu Seokjin menatapnya buas.

"Aku bahkan berani menelanjangimu sekarang." bisik Seokjin sambil menarik celana Namjoon perlahan.

Sontak Namjoon menahan tangan Seokjin dan menatap pria itu malu-malu. "H-h-hyung... A-aku..."

Seokjin mendaratkan bibirnya ke bibir Namjoon, memasukkan lidahnya dan kembali mengabsen deretan gigi sang empu. Dadanya bergemuruh hangat merasakan manisnya saliva Namjoon, membuatnya semakin ingin. Tangannya menarik celana Namjoon dengan cepat tanpa memedulikan pekikan tertahan pria itu.

Sama halnya dengan Namjoon, pria itu menikmati bagaimana Seokjin memainkan lidahnya di dalam, saliva mereka bahkan mengalir keluar melewati dagu. Hawa panas tiba-tiba menyeruak memenuhi kamar, perutnya terasa geli dipenuhi kupu-kupu, dan jantungnya tidak berhenti berdebar kencang merasakan sentuhan Seokjin. Ia ingin lebih dari ini, ia menginginkan sentuhan Seokjin lebih.

"Bolehkah?" Seokjin menyempatkan meminta izin dengan tatapan buas bak serigala yang siap menerkam mangsanya.

Namjoon menggigit ujung jemarinya melihat tatapan Seokjin, ia malu ketika bawahnya terekspos bebas di hadapan Seokjin walau sudah dilihat beberapa kali. Bau maskulin Seokjin yang begitu memabukkan masuk ke indera penciumannya, tatapan sayu ia arahkan ke Seokjin disertai anggukan kecil.

"Pelan-pelan ya, hyung? Ada aegi soalnya."

ʜᴜɢ ᴍʏ ʜᴇᴀʀᴛ

Seokjin tidak bisa menahan senyumnya ketika Namjoon memilih bersembunyi di balik punggung saat hendak memasuki rumah orang tuanya.

"H-hyung tidak bohong jika orang tua hyung itu baik, kan?" tanya Namjoon memastikan. Tangannya memijat pelan area pinggul yang sakit akibat semalam.

"Tidak, sayang. Ayo masuk." Seokjin mencoba membawa Namjoon untuk berjalan di sebelahnya.

"Hyung, pegang tanganku."

Pria jangkung itu menurut dan menggenggam erat tangan Namjoon yang lebih kecil dari tangannya, ia terkekeh merasakan dinginnya tangan Namjoon.

Mereka pun mulai masuk ke dalam, Namjoon terkagum melihat isi rumah besar itu yang ternyata lumayan minimalis, bahkan ada maid juga yang menyambut mereka. "Selamat datang, tuan Seokjin, tuan Namjoon. Nyonya besar sudah menunggu anda di ruang makan." ujar maid tersebut membungkuk ramah.

"Ya." jawab Seokjin menarik tangan Namjoon.

"T-terima kasih." timpal Namjoon.

"Hyung, bagaimana dia tahu namaku?" tanya Namjoon menatap bingung ke Seokjin.

"Aku sudah memberitahu mereka beberapa hari yang lalu." Seokjin tersenyum kecil.

Tibalah mereka di ruang makan, Namjoon bisa melihat seorang wanita cantik bersurai hitam yang Namjoon yakini adalah ibunya Seokjin.

"Eomma. Kami datang."

"Oh? Mana dia?" tanya Irene bingung.

Seokjin melihat Namjoon kembali bersembunyi di belakang punggungnya, ia pun menghela nafas dan merangkul pria itu agar maju ke depan. "Itu eommaku." bisik Seokjin.

"S-selamat siang, Nyonya Kim. Nama saya Kim Namjoon." Namjoon membungkuk sopan ke arah Irene.

Irene berdiri dan melangkah mendekat dengan cepat membuat Namjoon langsung memegang erat jas Seokjin. Wanita cantik dengan wajah berkesan dingin itu menatap Namjoon dari atas sampai bawah dengan tatapan menyelidik, ia pun menatap lurus ke mata Namjoon yang memandang gugup.

"A-apa ada yang salah dengan wajah saya, nyonya?" tanya Namjoon gugup.

"Jadi kau yang bernama Kim Namjoon?" Irene bertanya balik sambil berkacak pinggang.

"Eomma, kau membuatnya takut." sela Seokjin.

Tiba-tiba Irene langsung menarik Namjoon dari genggaman Seokjin. "Ya tuhan! Bagaimana bisa pria semanismu ini bernasib sial sekali bertemu dengan anak brengsekku?! Namjoonie sayang, pasti Seokjin ini banyak berbuat hal kasar, bukan? Tidak apa-apa, eomma akan menjagamu sekarang, sayang. Nah, mari kita makan, kau pasti sudah lapar, bukan? Eomma banyak masak untukmu~"

Namjoon mengerjap bingung, baru saja ia hendak membuka mulut, Irene sudah lebih dulu menariknya ke meja makan. Seokjin yang sudah menduga seperti ini hanya bisa menghela nafas.

"Anu, nyonya---"

"Eomma! Panggil aku eomma, sayang." potong Irene cepat.

"B-baiklah, eomma." Dadanya terasa hangat ketika menyebutkan panggilan yang sudah lama tidak ia sebut itu.

Seokjin duduk di sebelah Namjoon. Irene langsung menyiapkan nasi dan lauk untuk Namjoon. "Sayang, makan yang banyak, ya. Jika kurang, kau bisa tambah lagi~" ujar Irene riang.

Demi apapun, Seokjin hanya bisa melongo melihat Irene lebih perhatian kepada Namjoon daripada dirinya.

"Terima kasih, e-eomma. Tapi ini sungguh banyak sekali."

"Sama-sama, sayang~ kau harus makan yang banyak, lihatlah kau terlihat kurus begini. Kim Seokjin brengsek, kau sama sekali tidak peduli dengan calon menantuku ini?! Aish dasar!" seru Irene kesal.

"Omong-omong, eomma. Di mana appa?" tanya Seokjin mengalihkan pembicaraan.

"Appamu ada urusan mendadak, jadi dia akan terlambat. Aigoo, Namjoonie~ kau lucu dan manis sekali."

Irene mencubit-cubit gemas pipi Namjoon yang gembung penuh makanan. Seokjin yang melihat itu pun tersenyum kecil diam-diam.

"Ah iya benar juga! Namjoonie, perkenalkan nama eomma Kim Irene. Sebenarnya nama eomma Bae Joohyun, tetapi eomma dulu model dan banyak orang yang nyaman memanggil eomma dengan nama Irene jadi eomma menggantinya. Salam kenal, sayang." ujar Irene tersenyum sambil mengelus lembut kepala Namjoon.

Namjoon ikut tersenyum, ia senang karena merasa ibu Seokjin menerimanya. "Salam kenal, eomma."

Seokjin menopang dagunya cemberut karena Namjoon tidak memperhatikannya, ia pun berdehem keras membuat Irene dan Namjoon berhenti berbincang.

"Eomma, jangan bicara terlalu lama, aku juga mau mengobrol dengan Namjoonku." Seokjin menyeret kursinya mendekat ke Namjoon dan menggengam tangan pria manis itu.

"Aish anak ini mengganggu saja!"

Namjoon hanya bisa sweatdrop melihat Irene dan Seokjin yang berdebat tentang dirinya, tidak ia sangka ternyata eommanya Seokjin begitu baik sekali dan humble, bahkan ia mudah sekali akrab dengannya.

"Wah calon kakak iparku sudah datang??" Jisoo yang baru saja datang segera berlari mendekat

"Eh? Y-ya. Kau... Adiknya Seokjin hyung?" tanya Namjoon. Ia terperangah melihat kecantikan Jisoo dari dekat.

Ia kenal, gadis ini adalah Kim Jisoo, idol sekaligus aktris yang terkenal, Geongmin bahkan ikut menjadi fans idol ini. Tidak Namjoon sangka jika Jisoo ternyata adik Seokjin, visualnya sama-sama mengagumkan.

"Ya ampun, jadi ini orang yang membuat oppaku seperti orang gila senyum-senyum? Namjoon oppa, bukan? Aku Kim Jisoo, adiknya Seokjin oppa~" ujar Jisoo mengulurkan tangannya.

Namjoon mengangguk dan membalas uluran tangannya. "Iya, itu aku. Salam kenal, Jisoo-ssi."

"Aigoo, santai saja~ tidak usah pakai embelan itu. "

Tiba-tiba Seokjin langsung menarik tangan Namjoon yang masih terulur. "Sudah, ayo makan, Namjoon-ah." Jisoo langsung mendengus kesal melihat kakaknya yang protektif, namun di sisi lain ia merasa bahagia melihat kakaknya menjadi begitu setelah sekian lama.

Mereka menikmati makan siang dengan santai, Irene bercerita banyak hal tentang Seokjin kepada Namjoon dan sesekali mengelus kepala pria manis itu, ia memang tidak suka banyak berbicara dengan orang asing, namun Namjoon mampu membuatnya mengoceh banyak hal karena aura positif pria itu. Sepertinya memang Namjoon sudah ditakdirkan untuk menjadi menantunya.

Begitu selesai, Irene langsung menarik Namjoon ke ruang keluarga untuk lanjut mengobrol, atau lebih tepatnya membahas soal mereka.

"Namjoonie, maafkan Seokjin, ya? Dia pasti banyak menyakitimu, terlebih dia membuatmu hamil begini. Eomma benar-benar minta maaf atas semua sikapnya." ujar Irene serius dan membungkukkan badannya.

"T-tidak perlu seperti ini, eomma!" Namjoon panik dan mencoba menahan Irene. Ia pun melirik Seokjin yang hanya mengendikkan bahunya.

"Kim Seokjin, kau tahu apa yang harus kau lakukan, bukan?" tanya Irene memandang tajam ke anak sulungnya.

"Sudah kubilang kemarin, bukan? Aku akan tetap bertanggung jawab, saat ini aku sedang menunggu jawaban dari Namjoon."

Namjoon duduk setelah Irene dan Seokjin duduk, ia menatap ke arah Seokjin. "Hyung...." gumamnya. Seokjin hanya memberikan senyumnya dan menggenggam tangan Namjoon.

"Eomma paham maksudmu itu, tetapi apa kau siap? Apa kau siap menjadi seorang kepala keluarga dan seorang ayah? Kau terkadang tidak bisa mengendalikan emosimu sendiri, kau terlalu banyak meremehkan suatu hal, pernikahan bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan, baik kau dan Namjoon harus sudah saling mengerti satu sama lain. Apa kau sudah menyiapkan dirimu untuk berubah dan menjaga rumah tanggamu dengan baik?"

Seokjin memejamkan matanya, ia tahu ibunya memang selalu mengkhawatirkannya, dan ia selalu berusaha membuktikan bahwa kekhawatiran ibunya itu tidak diperlukan.

"Aku... memang masih perlu belajar banyak hal, aku paham benar semuanya. Tetapi, aku bersumpah, aku akan berubah dan menjaga keluargaku dengan segenap nyawaku, melindungi dan mencintai mereka sampai akhir hidupku. Aku siap menanggung semua resikonya." jawab Seokjin menatap serius ke Irene.

"Hyung..." Seokjin menggenggam erat tangan Namjoon.

Jisoo yang mendengarkan hanya bisa mendengus pendek sambil melipat tangannya di depan dada. "Dasar, tidak pernah kulihat dia seperti itu sebelumnya." gumam Jisoo tersenyum tipis lalu beranjak mendekat.

Irene tersenyum, lalu menatap Namjoon. "Melihatnya seserius itu, membuatku semakin yakin bahwa ia pasti akan melakukannya. Sekarang tinggal menunggu jawabanmu saja, Namjoon-ah. Apakah kau akan menerima atau menolak Seokjin?" tanya Irene menatap lembut.

"Aku...sudah menentukan jawabanku." ujar Namjoon sambil mengambil sesuatu di dalam tas kecilnya.

Seokjin memandang gugup ketika Namjoon mengeluarkan kotak kayu dengan kalung bulan pemberiannya itu. Jika Namjoon memakainya, maka ia diterima. Tetapi jika Namjoon membiarkannya saja, Seokjin sudah siap menerima penolakannya.

"Itu kalung milik Seokjin oppa. Yang mama berikan padamu dulu?" ujar Jisoo saat kotak itu dibuka.

"Benar, Jisoo. Aku memberikannya saat di Ilsan kemarin, dan Namjoon akan menjawabnya dengan itu." timpal Seokjin memperlihatkan kalung matahari yang ia kenakan.

Namjoon menatap lurus ke arah ukiran bulan itu, lalu memejamkan matanya. Dengan perlahan, ia menyerahkan kotak itu ke Seokjin, dengan kalung itu yang masih berada di sana.

"Seokjin hyung."

Sesaat Seokjin merasa kosong, Namjoon memberikan itu tanpa menjawabnya. Otak pintarnya langsung dengan cepat menyimpulkan setiap gerakan Namjoon tadi, lalu menatap Namjoon dengan tatapan datar, suaranya begitu tenang seakan sudah siap.

"Jadi.... Kau menolakku...?"



Jangan santet aku, salam damai—

BTW YOONGI DI KONSER KEMARIN BIKIN AMBYAR SIAL (;´༎ຶД༎ຶ')

Oh iya satu lagi. Cuma mau bilang, kalau aku gak bisa selalu update lho ya, kerjaanku bukan cuma di wp doang, aku juga punya rl yang harus diurus, jadi maapkeun saja jika upnya lama.

Thanks for the vote and your comments
See ya~

-131020

Continue Reading

You'll Also Like

2.4K 250 3
[๐‹๐ข๐ค๐ž ๐Ÿ• ๐ฒ๐ž๐š๐ซ๐ฌ ๐š๐ ๐จ, ๐ฅ๐ž๐ญ'๐ฌ ๐ซ๐ž๐ฐ๐ซ๐ข๐ญ๐ž ๐จ๐ฎ๐ซ ๐ฌ๐ญ๐จ๐ซ๐ฒ] โ€ข โ€ข โ€ข ๐Ÿƒ [แดŠษชษดษดแด€แด แด›สœส€แด‡แด‡๊œฑสœแดแด›]
32.5K 2.5K 52
-ENJOY MY STORY- By: bbyaeChu
3.2K 164 50
SESUAI JUDUL YAA ๐Ÿ’• ัƒฮฑฮทg ฯ…โˆ‚ฮฑะฝ ะผฮฑะผฯฮนั ะบั”ั•ฮนฮทฮน, สฮฑฮทgฮฑฮท โ„“ฯ…ฯฮฑ ั‚ฮนฮทggฮฑโ„“ฮนฮท สั”สฮฑะบ ัƒฮฑ ๐Ÿ˜† - ยฉisminoonaxx ใ€”2019ใ€•
92.7K 978 50
BTS โ™ฅ๏ธ ARMY _RM _Jin _Suga _Hoseok _Jimin _Taehyung _Jungkook