Chasing Stars [end]

By Rissinzet

3.2K 1.3K 262

{REVISI!} next Ex. Prt Coba di baca aja dulu💚 Insyaallah kalian akan suka kok✌ بسم الله الرحمن الرحيم. Ini a... More

✨pDZDz•
1). Sahabat Anza•
2). perasaan apa ini?•
3) cinta?•
4). senja•
5).gadis es ❄•
6). masa lalu itu•
7). HBD Zaza✌•
8). siswa baru•
10). rumah sakit•
11). jadi?•
12). butuh penjelasan😧•
13). aku, kamu, dia•
14). Jangan benci gue Fi!•
15). Jangan benci gue Fi! *2•
16). kejadian di kantin•
17). Lion's Claws vs Malignant•
18). berita menggemparkan!•
19). otw study tour•
20). luka terdalam•
21). kasus penculikan Anza•
22). darah💔•
23). kritis•
24). penyelidikan•
25). curiga•
26). hujatan•
27). Clarisa Kevin •
28). Amnesia•
29). jebakan!•
30). hujan milik kita berdua•
31). siapa yang bodoh?•
32). kebersamaan terahir•
33). jiwa yang tak terkendali•
34). berulah lagi•
35). hembusan nafas terahir•
36). lembaran baru•
38). lamaran•
39). pesta pertunangan•
40). akibat iri hati•
41). jiwa psicopath•
42). sick!•
-the weding:)•
-END-
Extra part ¦ Satu
Extra part ¦ Dua
squel

37). mencairkan suasana•

22 14 0
By Rissinzet

_dua mahluk yang selalu bertemu namun ragu untuk sekedar menyapa, itulah kita_
#AdirAnza

Happy reading 💚

"Anza!" lelaki itu mencekal tangan Anza agar berhenti berlari.

Anza berhenti kemudian berbalik dan memeluk laki-laki itu erat.

"aku ngerti gimana perasaan kamu sekarang An," ucapnya berusaha menenangkan.

"hiks, sakit, kenapa aku harus ketemu dia lagi?" isak Anza di pelukan lelaki itu.

"iya, aku ngerti kok! Sekarang kamu lepasin apa aja yang kamu rasakan! Nggak usah ragu. Setelah itu, kita selesaikan masalah ini bersama! Oke?"

Anza mengangguk dan semakin menangis di pelukan lelaki yang ber status sebagai sepupunya itu. Yap, dia adalah putra sulung dari pasangan Dina dan Wino, masih ingat kan? Dia Chiko. Sepupu Anza.

"An, kamu mau pulang atau ketemu dia sekarang?" tanya Chiko ingin meluruskan kesalah fahaman yang terjadi.

"pulang," putus Anza diangguki oleh Chiko.

*~*~*~*~

"cewek tadi, sopo bos?" tanya Jeri saat Adi kembali dengan muka tertekuk.

(siapa).

"pasti tadi pacar orang! Buktinya si bos balik sambil nekuk muka." celetuk Gio.

"heh, jangan ngomong sembarangan ngapa! Tapi gue yakin, cewek tadi pacarnya si cowok yang disampingnya!" timpal Akbar semakin asal.

"parah lo blo'on! Lo yang nyuruh Gio diem, lo sendiri yang nyolot!" titah Kiky meluruskan.

"biarin si bos cerita ngapa! Lo bertiga bacot mulu dari tadi." lerai Kevin melihat perubahan raut wajah Adi menjadi kesal.

"dahlah, gue mau balik!" kesal Adi akan beranjak.

"yah, jan gitu lah bos! Udah kayak cewek pms lo!" cegah Kiky.

"tau ah!"

"eh bos-" mereka berusaha menghentikan, tapi sayangnya Adi terlanjur pergi. Mungkin dia akan kembali ke kantor.

*~*~*~*~

Siapa cowok itu?

Dia deket banget sama Zaza.

Siapa dia?

Kenapa dia selalu bersama Zaza?

Ada apa ini?

Setelah sekian lama gue nungguin Zaza, apakah ini jawabannya?

Kenapa Zaza terlihat marah banget?

Haruskah gue ke rumahnya?

Aaarrrggghhh, kok gue makin serba salah gini sih?!.

Kelimat-kalimat itu terus saja memutari otak Adi di kantor. Membuat pikirannya semakin pusing dan bercampur aduk. Toh, nyatanya Adi dan Anza masih belum putus kan? Jadi wajarlah jika Adi cemburu melihat gadisnya bersama lekaki lain.

"PAK!" nada panggilan itu terdengar meninggi, membuat Adi refleks menatap tajam ke arah Giya, sekretarisnya.

"em.. Ma.. Maaf pak!" Giya menunduk dalam, merasa tidak sopan kepada atasannya. Habisnya Adi sejak tadi hanya melamun sih. Dia bahkan sudah puluhan kali memanggil CEO itu dengan sopan, tapi sama sekali tak ada sahutan.

"ada apa?" tanya Adi mencoba memaklumi.

"ini ada sebuah perusahaan emas yang lumayan besar menawarkan kerjasama dengan kita. Clientnya mau menemui bapak besok. Apakah anda setuju?" jawabnya menyampaikan maksud sambil menyodorkan lembaran arsip kepada Adi.

Adi mempelajari arsip tersebut sejenak. Lalu mengangguk beberapa kali, aura ketampanannya meningkat drastis ketika fokus seperti ini. Membuat siapapun wanita di dunia terpesona. Terutama yang lagi membaca cerita ini:) bahkan si Giya itupun juga melongo menyaksikan pemandangan indah gratis didepannya.

"siapkan pertemuan itu di cafe biasa. Ini adalah perusahaan milik teman saya." jelas Adi saat tertera nama orang yang mengajukan kerjasama.

"iya saya tau pak!" ucap Giya masih dengan mata berbinar menatap Adi.

Adi mengeutkan keningnya bingung. "tau darimana?"

"barusan bapak yang kasih tau saya!" jawabnya cengengesan.

Adi menelan kasar salivanya. Benarkah dia memilih sekertaris cengo seperti Giya? Mimpi apa gadis ini?.

"ya.. Yaudah balik, ngapain disini. Bikin kesal saja!" usirnya ketika menangkap gelagat tak normal dari si sekertaris.

Buktinya wanita itu sekarang ileran melihat Adi, seakan melihat makanan terlezat didunia. Bahkan hampir 10 menit ini dia tidak berkedip, membuat Adi bergidik ngeri dan takut sendiri dengannya.

"bapak kok ganteng sih?" tanyanya tak berdosa.

"ha?"

"eh, nggak pak, cuma mau nawarin sesuatu aja!"

"apaan?"

"kalo bapak butuh sesuatu. Seperti istri, saya dengan senang hati mau menerimanya."

"hii, ogah!"

"emangnya bapak udah punya pacar?"

"udah"

"alasan basi!"

"maksudnya?"

"contoh orang ter-gengsi yang pernah saya temui, itu bapak."

"cewek gila!"

"emang iya,"

Gelagak wanita itu semakin memalukan. Nggak malu apa ya? Seorang wanita bersikap seperti itu. Di depan atasannya lagi. Seolah dia adalah wanita yang benar-benar benar. Ish, apaan sih author, nggak jelas deh. Skip ajalah!.

*~*~*~*~

Kesunyian malam menerpa, rembulan bersinar terang ditemani bintang bintang di angkasa. Masih dengan hobi yang sama, Anza menikmatinya dengan wajah berseri ceria.

"Anza," panggil seseorang membuyarkan aktivitas favorit Anza.

"Naura?" Anza nampak kaget namun tetap menunjukkan wajah datar ciri khasnya.

"kok lo nggak kabarin gue sih, kalau lo udah pulang?"

"nggak,"

"ouuwwh, Anza yang gue kenal nggak berubah ternyata!" gemas Naura lalu memeluk sang sahabat dan dibalas erat oleh Anza.

"sumpah, gue rindu banget sama lo! Banyak hal yang terjadi semenjak lo pergi!" lanjutnya disela pelukan dengan nada lirih.

Anza bingung, ini bukanlah Naura yang dikenalnya. Banyak sekali perubahan dari sahabatnya itu. Buktinya, dulu sahabatnya yang dikenal paling bawel, rese, dan ceria ini sekarang menjadi lebih halus dalam bicara, sensitif, juga air mukanya lebih terlihat mendung.

"kenapa?" tanya Anza mencoba mencairkan suasana. Sepertinya dirinya harus lebih hangat pada Naura yang nampak sangat membutuhkan dukungan.

"Tino," ujarnya mengalihkan atensi ke arah lain. Naura mulai bergetar saat berkata "dia udah dipanggil sama Tuhan."

"ha?" betapa terkejutnya Anza mendengar cerita Naura mulai dari awal sampai ahir. Naura menceritakan semua peristiwa yang dilaluinya tanpa Anza dengan rinci, mulai dari kejadian enam tahun lalu dimana Siska mengaku hamil anak Adi, sampai berahirnya gadis itu dipenjara. Tak lupa menceritakan segala hal dengan detail tanpa melewatkan apapun. Anza sangat merasa iba ketika melihat Naura menangis mengeluarkan luka yang begitu dalam dan menikam. Sungguh, ini kali pertamanya Anza melihat sahabatnya itu menangis.

"jangan nangis Ra! Air mata lo percuma. Tino udah bahagia di sana, tugas lo disini hanya mendo'akan."

Naura tercekat, air matanya yang tadi turun deras seketika berhenti. Mimpi apa dia semalam? Inikah Anza? Jadi begini rasanya berbicara dengannya? Sungguh Naura tidak menyangka bahwa dia akan mendengar seorang Anza berbicara panjang lebar seperti ini. Selain dengan Adi dan keluarganya, nyatanya Naura tak pernah mendengar Anza bicara lebih dari 10 kata kan?.

"hahahahahahaha!" tawanya meledak membuat Anza tidak bisa memahami Naura. Anza menyernyit kebingungan.

"jadi gini ya? Rasanya diperhatikan Anza? Makanya Adi sayang banget sama lo!" ucap Naura di sela tawanya.

"terserah!" kesal Anza merasa pembelaannya sia-sia. Dasar Naura, ternyata dia tidak berubah sama sekali.

"jangan ngambek lah An! Gue kan cuma bercanda!"

"kembaliin!"

"apanya?"

"10 detik berharga gue!"

"ni, 50.000, buat ganti ucapan lo yang keluar sia-sia!" Naura menyodorkan uang berwarna biru berniat menyogok Anza agar kembali hangat.

"nggak pulang?"

"nggak ah, gue masih mau main disini!"

"oh"

"eh An, tau nggak?"

"nggak!"

"ya gue kan belum ngomong Anza!"

"itu apa?"

"iya deh, gue udah ngomong. Tapi ini serius lo. Yakin nggak mau denger?"

Anza menggeleng.

"yaudah gue cerita."

"kan-"

"gue sama Akbar, udah jadian loh!"

"oh"

"oh aja?"

"terus?"

"ya, ini kan kabar gembira, seenggaknya lo juga bahagia. Lusa kita tunangan loh. Lo hadir ya!"

"harus banget?"

"iyalah!"

"wau!"

"hiiihh, Anza! Tau ah. Capek ngomong sama lo?!" geram Naura, rasanya dia ingin sekali mencabik muka datar gadis berhijab didepannya ini. Anza tersenyum tipis, puas karena bisa mengerjai sang sahabat.

"tadi lo ngusir gue kan? Oke, gue mau pulang sekarang!" Naura memanyunkan bibirnya masih kesal.

"oke!" singkat Anza menyetujui.

"nggak mau dicegah ni?" sindir Naura karena dia juga masih rindu mengobrol dengan batu.

Anza mengedikkan bahu tak peduli.

"ck, yaudah deh. Gue balik! Assalamualaikum!" pamit Naura. Bisa gila dia kalau harus memberi kode pada orang yang sama sekali tidak peka. Lebih tepatnya terlalu bodoh amat seperti Anza.

"wa'alaikumsalam!" jawab Anza setelah Naura keluar dari kamarnya.

"nggak ada niatan buat anter gue ke depan nih?" Naura kembali menyembulkan kepalanya di ambang pintu.

"nggak" tolak Anza cepat tanpa peduli dengan Naura yang komat kamit tak jelas sambil menghentakkan kakinya.

Setelah memastikan Naura benar-benar pergi dari pekarangan rumahnya, Anza berlari dan melompat girang saat mencapai kasur king sizenya. Dia tertawa lepas sambil terus melompat di atas kasur seperti anak kecil. Sesekali bahkan dirinya berteriak kencang tak peduli kalau saja bundanya akan marah. Setelah merasa lelah, Anza membanting tubuhnya berubah menjadi terlentang. Rasanya dia sangat bahagia hingga tak peduli dengan hijabnya yang sudah begitu kacau dan berantakan. Bahkan tak sedikit rambutnya yang menerobos keluar.

Apakah yang membuat gadis itu bahagia tanpa alasan? Tak ada yang tahu. Sisi bobroknya bahkan muncul lagi setelah sekian lama.

*~*~*~*~

"jadi gimana pak Adi, apakah anda menyetujui kontrak ini?" tanya Gio sok bijak saat melakukan meeting yang dijanjikan kemarin sore.

Adi tersenyum jahil. Sok sekali orang ini. Oke, jika dia beli maka gue akan jual. Eh kebalik. Batin Adi.

"iya tuan emas. Saya terima tawaran anda!" keduanya berjabat tangan dan setelahnya tawa meledak.

Si Giya yang menjadi pengikut Adi pun hanya bisa berfikir keras tak mengerti apa yang ada di pikiran dua orang di hadapannya ini.

"pak Gio, sama pak Adi saudaraan?" tanyanya polos.

"dia sekertaris lo bos?" tanya Gio baru menyadari ada sosok lain diantara mereka.

"menurut lo?" tanya balik Adi pada Gio dan menoleh ke arah Giya.

"mendingan kamu diam! Saya nggak suka banyak omong!" tegas Adi menatap sinis dari ekor matanya.

"kalau dia nggak suka lo ngomong, bicara sama gue aja lah!" goda Gio sedikit mengangkat dagunya. Berfikir bahwa gadis ajaib itu adalah perempuan biasa.

"udah tuh!"

"kapan?"

"toh, anda sudah ngomong sama saya kan?"

"iyain aja dah. Btw, lo kok bisa sih bos, milih sekertaris kayak dia?" bingung Gio membicarakan Giya pada Adi.

"kenapa emang?"

"ck, orangnya polos bang-"

"nggak polos kok pak. Buktinya wajah saya normal, ada hidung, mulut, mata, alis-" selak Giya cepat. Dan kembali di potong oleh Gio.

"iya iya udah tau!" Gio sangat tidak habis pikir melihat gadis ini. Ada ya, orang yang lebih lola dari dia.

(lola: Lodingnya Lama).

Adi menggeleng sambil tersenyum miris. Memang nasibnya hari ini dijadikan penengah dari dua orang tolol yang berdebat. Mending dia kabur aja lah.

"kalian cocok kok, lanjutin ya!" ujar Adi sebelum melenggang pergi meninggalkan Gio dan Giya yang sedang mendiskusikan hal tidak jelas.

"pak, pak Adi ganteng ya?" tanya Giya menatap kepergian Adi sambil tersenyum.

"emang!" jawab Gio mengiyakan agar lebih cepat bisa pulang. Sebenarnya dia hanya menunggu gadis didepannya menyelesaikan makan. "Lo nggak mau balik?"

"saya balik naik apa dong?"

"odong-odong!"

"itu kan buat anak kecil pak!"

"kalau gitu merangkak aja dah!"

"saya kan bisa jalan."

Gio memutar bola matanya malas. Susah juga berdebat dengan cewek tolol. "terserah lo aja!"

"anterin saya pulang ya pak!" Giya memasang wajah imut agar dikasihani oleh Gio. Entah kenapa rasanya Gio gemas sekali melihat gadis di depannya saat seperti ini.

Dia menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal lalu memilih untuk mengiyakan "yaudah ayo!".

Setelah berada di mobil, gadis disampingnya ini terus mengoceh tanpa berhenti. Rasanya kepala Gio mau pecah sekarang. "pak, bapak tau nggak? Kalau saya dulu pernah jatuh dari mobil."

"kenapa nggak mati aja sekalian," gumam Gio pelan tapi masih terdengar di telinga Giya.

"apa?! Bapak nyuruh saya mati?!"

"lo sendiri yang ngomong, bukan gue!"

"pak, asal anda tau ya. Gini-gini saya juga pengen hidup, saya masih pengen merasakan..." gadis ini mulai mendongeng lagi.

Gio berfikir keras agar dia bisa mengembalikan gadis ini ke tempat asalnya tanpa mendengarkan suara cempreng Giya yang menusuk-nusuk di telinga tanpa henti ini. Ahirnya dia menemukan tameng untuk berlindung, "mau es krim?"

Giya mengangguk antusias. Gio segera turun dan membelikan sekantong kresek penuh eskrim berbagai rasa disana.

"nih," ucapnya menyodorkan kantong plastik itu pada Giya.

"makasih pak,"

"hm"

"bapak kok bisa tau kalau saya suka eskrim? Peramal ya? Saya it-"

"sstt diem, lo nggak boleh ngomong kalau lagi makan!"

"berbisik boleh nggak?"

"nggak"

"bergeming?"

"nggak"

"yaudah deh, saya nyanyi aja! Bulan terdampar di belah kanan, hati yang temarang... Mata mu pun juga mata-mataku ada hasrat yang mungkin terlarang..." Giya mulai melantunkan lagu dengan suara cemprengnya.

Pasrah, hanya itu yang bisa dilakukan Gio. Terpaksa dia pun harus sampai di kantor Adi dengan suara mahluk astral disampingnya yang menggelegar. Mana dia lupa membawa earphone lagi. Huft, menyebalkan.

"udah sampai nih!" ujarnya saat tiba di parkiran perusahaan Chalondra Entertaiment.

"makasih es krimnya ya pak, rasa kelapa enak. Saya suka! Permisi" pamit Giya keluar dari mobil.

"huh," Gio berhembus lega. Ahirnya tak ada suara cempreng itu lagi. Bisa gila dia kalau gadis itu bertemu lagi dengan dirinya. Amit-amit dah, "kok ada ya? Orang yang lebih bar-bar dari gue? Ah, bodo amat! Ngapain juga gue mikirin dia?"

*~*~*~*~

Drt, drt, drt

Ponsel Adi berdering sejak dia duduk di kursi kebanggaannya. Dia sama sekali tak berniat mengangkat panggilan itu. Tapi setelah berfikir, dia ahirnya memutuskan untuk mengangkatnya. Siapa tau penting kan?.

"hallo!"sapanya ketika menyambungkan panggilan tanpa melihat nama kontak yang tertera. Kebiasaan buruk Adi.

Wa'alaikumsalam. Ujar seorang gadis di seberang mengingatkan.

"hehe, sorry. Ada apa?"

Temui gue malam ini di cafe biasa.

"tumben, lo nggak marah sama gue?"

Kenapa marah?

"nggak papa sih,"

Yaudah, gitu aja! Gue mau bicara hal penting.

"gue kan bisa datang ke rumah lo, jadi nggak usah repot buat datang ke cafe!"

Gue bilang kita ke cafe nanti malam. Titik, nggak bisa dibantah.

Tut,

panggilan diputus oleh pihak seberang membuat Adi tersenyum puas sambil menggeleng. "ada-ada aja!"

••••••••••
Hay Stars, bagaimana kabarnya? Baik kan? Alhamdulillah...

Semoga di tengah pandemi ini kalian senantiasa di beri kesehatan oleh Allah swt. Aamiin...

Untuk VOTE, itu kewajiban kalian ya! Nggak perlu diingatkan di setiap part juga.

Ingat WAJIB, bukan sunnah atau mubah. Hehe

Update, 03 November 2020
Revisi √ 10/12/2020

Continue Reading

You'll Also Like

680K 37.4K 71
SUDAH COMPLETED YANG MEMBACA, JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN COMMENT SERTA FOLLOW AKUN INI YA. (DILARANG PLAGIAT! KARENA INI HASIL PEMIKIRAN AUTHOR SEN...
353K 40.2K 68
[Follow akun ini dulu, bro! Karena sebagian chapter di private.] [Ending/Tamat] Warning ⚠️ Cerita ini dapat menyebabkan Anda kejang-kejang, darah ti...
3.3M 240K 72
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] | LENGKAP *** 𝗩𝗔𝗚𝗢𝗟𝗔𝗭𝗘𝗥: "BUKAN LAWAN, BUKAN TEMAN. KAMI BERJIWA KEKELUARGAAN!" "Eh, Kumel! Lo gak punya kesadara...
31.3K 1K 46
FOLLOW DULU SEBELUM BACA☘︎ "Know your place!" -Prajnaparamitha. Anetha prajnaparamitha, gadis cantik pemilik tubuh tinggi semampai apa bila terseny...