"Pagi banget?" tanya Alyora, ia datang menghampiri Pinaka dan membuka gerbang dengan kaki yang belum terbalut oleh kaos kaki dan sepatu sekolah.
"Hehe, maklum hari terakhir aku bisa berkeliar bebas di SMA."
Alyora memutar bola matanya, ternyata Pinaka belum pensiun memperjuangkan seorang Algeriand.
"Ya udah tunggu, gue pake sepatu dulu. Eh, tapi mampir ke toko buku bentar ya?"
Tangan Pinaka terangkat, ia menatap jarum jam yang melekat dipergelangan tangan. "Jam setengah tujuh, emang udah buka?"
"Udah, langganan gue di gang ketiga sebelum sampe sekolah."
"Beli apa sih?" tanya Pinaka.
"Beli buku lah ya kali beli galon," sembur Alyora. Ia sibuk berkutat dengan sepatunya di depan pintu rumah.
"Emang kamu mau beli galon?"
"Gue mau beli buku, Pinaka!"
"Tadi kenapa bisa kepikiran galon?"
"Ya nggak tau kan gue cuma asal sebut," jawabnya. Setengah kesal.
"Kenapa harus galon? Nggak yang lain?" tanya Pinaka lagi.
Alyora di buat naik darah oleh Pinaka. Gadis yang berdiri di sisi jalan itu mengayunkan kedua tangannya, ia merasa jenuh. Alyora mengikat sepatunya dengan lamban. Ada dendam di hati Pinaka di saat Alyora memilih untuk menghidupkan mesin mobil, mengabaikan pertanyaan yang menggantung bagi Pinaka.
Mobil putih milik Alyora bergerak keluar dari garasi mobil. Berhenti di tengah jalan menunggu gadis pendek itu masuk ke dalamnya.
"Mau beli buku apa sih?" tanya Pinaka.
Alyora mendelik. Sahabatnya yang satu tahun lebih muda darinya memoles lipstik merah muda pada bibirnya. Seperti bukan Pinaka yang biasanya.
"Penulis favorit gue rilis novel, sebenernya udah lama. Cuma gue nunggu novel itu ada di toko buku Sinar Bulan," kata Alyora menjelaskan. Ia masih terlalu fokus pada jalanan monoton menampakkan mayoritas manusia memakai seragam sekolah.
"Kenapa harus nunggu di toko buku?"
"Pengen beli langsung aja," jawabnya.
"Judul?"
"Udah deh nggak usah kepo!"
"Idih dih nggik isih kipi!" gumam Pinaka meniru gaya bicara Alyora.
Sekian lama perjalanan menuju toko buku yang ternyata masuk jauh ke dalam gang yang hampir sedikit penduduk, Pinaka membisu. Ia memilih untuk mengedit foto Algeriand, jika mengajak Alyora pasti kembali di acuhkan. Biar saja Alyora bosan, Pinaka yang biasanya berceloteh ria menceritakan betapa tampan Algeriand dimatanya, kini mulut berpoles lipstik itu diam. Sedikit menarik rasa perhatian Alyora, ia menolehkan wajahnya sedikit melihat apa yang Pinaka lakukan.
Alyora menghentikan mobilnya, bersiap mengambil beberapa uang dari dalam dompet hijau miliknya.
"Lo tunggu sini, gue beli buku bentar doang!"
Alyora sedikit berlari ketika telapak sepatunya menyentuh tanah. Membuka pintu yang terbuat dari kaca, secara kasar terburu-buru memasuki toko buku bernuansa hijau asri.
Tidak ingin kehilangan kesempatan, Pinaka ikut menyusulnya dari belakang. Ini adalah momen Pinaka penasaran dengan buku yang hendak Alyora beli. Jika hanya menunggu di dalam mobil, Pinaka pastikan Alyora tidak akan memberitahu judul bukunya. Padahal, jika memang sebagus itu, Pinaka juga ingin beli.

KAMU SEDANG MEMBACA
FANATIK [SELESAI]
Teen FictionTing! @algeriandivanior.fansite menandai anda dalam sebuah kiriman! Belum sempat Algeriand meneguk air mineral di tangannya, kening pria tampan itu berkerut mendapati notifikasi yang tidak asing lagi baginya. Akun fansite yang selalu mengunggah selu...
Part 22
Mulai dari awal