抖阴社区

                                        

"Om, buku pesanan gue mana?" tanya Alyora, ia tidak menghabiskan waktu untuk memilah buku yang berjajar rapi di sepanjang rak yang ada di dalam toko buku minimalis ini.

Buku bersampul biru, masih tersegel rapi, paman berambut gondrong itu memberikannya kepada Alyora.

"Ini kan?" tanya paman penjual buku.

Alyora mengangguk, memberikan sejumlah uang kepada paman tersebut. Tidak luput saling mengucap terima kasih dan berbalas sama-sama. Pikir Alyora, ia beruntung menjadi pelanggan toko buku Sinar Bulan ini dan memiliki nomor ponsel untuk memesan buku secara online agar disisakan dan tidak kehabisan.

"About hidden feelings?" eja Pinaka. Manik coklat itu terfokus pada buku yang Alyora bawa.

"Ih lo kok turun, sih!" pekik Alyora, dengan secepat mungkin ia menyembunyikan novel itu di balik tubuhnya. Menghadap Pinaka dengan tatapan kesal, yang di tatap hanya meringis.

Pinaka kira, novel kesukaan Alyora ber-genre action atau psychopath. Terkejut, Alyora pun menyukai novel jenis picisan bahkan tidak cocok untuk kepribadian Alyora. Pinaka terkikik geli, menambah keyakinan Alyora untuk menepuk dahinya menggunakan jari telunjuk. Pinaka mendesis kesal, mengusap dahinya yang memerah akibat tangan usil Alyora.

"Kamu punya perasaan tersembunyi buat siapa?" goda Pinaka.

"Dih, gue nggak kenal cinta!" Alyora berlalu pergi, Pinaka tersenyum senang melihat mood Alyora terlihat hancur. "Lo mau gue tinggal?" tanya Alyora, ia kembali menoleh ke belakang.

"Alyora sayang, tungguuu..." panggil Pinaka melebih-lebihkan.

***

Kerap kali Pinaka mengumpat kesal, ia harus membantu menyiapkan bangku untuk para peserta lomba di aula SMA Pusaka Negara. Waktunya mengejar Algeriand, terpotong untuk membantu kewajibannya sebagai panitia. Ia menata bangku dengan sedikit membantingnya, biar saja bangku yang terbuat dari plastik itu tidak se-rapuh kaca.

"Kalo nggak niat, mending nggak usah!" sindir Delfarid. Ketua OSIS SMK Pusaka Negara itu masih fokus pada kegiatannya memasang nomor di leher bangku.

"Niat kok!" sela Pinaka.

"Kasian bangkunya nggak ada salah apa-apa, dibanting."

"Arghhh..."

Delfarid terperanjat, meletakkan beberapa tumpukan potongan kertas berurutan angka di atas salah satu kursi berwarna hitam. Ia berjalan mendekat ke arah Pinaka dengan sarat khawatir, melihat gadis itu terus mengucek matanya dengan cepat.

"Pinaka, lo kenapa?" tanya Delfarid, ia menangku kedua pipi Pinaka menggunakan kedua tangannya, mengarahkan wajah Pinaka agar menghadap lebih tepat pada wajahnya.

Gadis itu terus mengucek matanya yang berair, "Aku kelilipan."

"Sini gue bantu," Delfarid menyingkirkan tangan Pinaka yang sibuk mengucek mata kanannya.

Delfarid membuka menarik kelopak mata Pinaka dan meniupnya, mencoba menghilangkan debu di mata gadis itu. Jelas Pinaka merasa sedikit aneh ketika sikap sigap Delfarid menguar seolah kepanikan Delfarid melebihi apapun, bahkan seharusnya saat ini Delfarid tidak memiliki waktu untuk membantu Pinaka, Delfarid ada jadwal mengumpulkan laporan kegiatan kepada sekertaris pelaksana perlombaan.

"Modusnya norak!" celetuk cowok yang berlalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, ia membiarkan kancing jas biru tua khas SMA Pusaka Negara terbuka.

Algeriand berjalan tanpa menoleh sedikitpun ke arah Pinaka dan Delfarid yang tengah melakukan adegan lumayan aneh. Merasa mengenali suara itu Pinaka melepaskan tangan Delfarid, "Makasih udah bantu aku, Kak." Setelahnya, Pinaka mengikuti jejak Algeriand di belakangnya. Dengan langkah susah payah Pinaka mencoba menyamakan posisinya.

FANATIK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang