Lelaki yang akrab disapa Arga itu tidak bosan-bosannya melakukan hal konyol di SMA Gajah Mada. Ia usil, urakan, pembolos juga pembuat onar.
Sampai suatu ketika, Arga bertemu dengan salah satu petugas PMR yang cerewet. Keina-gadis sederhana yang berk...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Maaf aku telat," ucap seorang lelaki yang baru datang.
"Memangnya kau dari mana, Ga?" tanya Ical penasaran.
"Memastikan jika tidak ada orang yang mendengar hal ini kecuali, kita," ucap Arga dengan serius.
"Lalu, ada apa kau menyuruh kami berkumpul di sini?" tanya Marsel yang mulai serius.
"Aku diusir."
Semua temannya terkejut. "Kenapa bisa? Apa kau ada masalah? Ada apa? Ayo cerita." Ical memburu beberapa pertanyaan hingga ia mendapat tatapan tajam dari temannya.
Arga melangkah menuju kursi yang sudah tersedia di rooftop sekolah. Matanya ia pejamkan seolah mencari ketenangan. Beberapa detik kemudian, barulah ia membuka suara.
"Seperti biasa, ayahku bilang ... aku adalah anak tidak berguna. Pembuat onar, pengacau, suka bolos, yah ... seperti itu," ucap Arga tersenyum hambar. Matanya pun kini sudah berkaca-kaca. Rasanya dada ini sesak sekali.
"Bayangkan saja, satu-satunya orang yang kalian punya, justru orang itu mengabaikan bahkan ... mengusir kita, hahah."
Temannya hanya saling tatap, bingung bercampur sedih.
"Apa kau sudah berusaha menjelaskan?" tanya Bombom.
Arga mengangguk. Sudah kujelaskan, tetapi tetap saja ayahku percaya pada seorang tetangga yang sok tahu! batin Arga.
"Ayolah, aku tahu kau lelaki tangguh!" Zayn mendekat seraya menepuk bahu Arga yang gagah. Arga berusaha tersenyum, walau ... sejujurnya sangat sulit sekali.
"Dan juga ... kau tidak perlu pusing, kau bisa tinggal di rumahku bukan? Setidaknya kupunya teman untuk bermain game nanti," sahut Ical yang juga merangkul Arga, berusaha menghibur dan menguatkan.
"Tidak, Ga! Tidak usah tinggal di rumah Ical!" protes Marsel tidak terima.
"Loh memangnya kenapa? Kamarku bersih, rapi tidak sepertimu!" sahut Ical tidak terima.
"Apa bersih? Mana ada bersih! Waktu aku main ke rumahmu saja, di balik pintu ada populasi kecoa, sangat jorok! Ih!"
"Mana mungkin ada kecoa! Arga kau jangan percaya pada Marsel, dia ini memang suka mengada-ada," ucap Ical sambil menjitak kepala Marsel dengan keras.
Marsel yang merasa kesakitan, lantas melempar bola ke arah Ical. Karena tidak tepat sasaran, alhasil bola itu mengenai wajah Bombom yang tengah makan. Pastinya, makanan yang Bombom pegang jatuh berserakan.
"Heheh, kita bercanda, Bom. Yok, kita beli lagi, yok," ucap Marsel cengengesan.
"Mangkanya jangan suka usil dong!" Dengan sengaja Ical mengejek teman satunya itu.
"Diamlah kau!" balas Marsel seolah tidak terima.
Bombom yang tengah jengah melihat dua makhluk itu, lantas berdiri lalu menarik kedua leher temannya secara bersamaan. Tubuhnya yang gempal, membuatnya menjadi mudah.