抖阴社区

22. Jaminan

479 31 6
                                        

"Saya tidak mau tahu, kau harus bayar sekarang!" bentak Bu Kokom pada Ibu Ani—ibu Keina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya tidak mau tahu, kau harus bayar sekarang!" bentak Bu Kokom pada Ibu Ani—ibu Keina.

"Maaf Bu, tetapi uang saya belum cukup. Tolong beri saya waktu," balas Bu Ani.

"Sudah sering saya beri kau waktu, tetapi kau belum juga ingin membayarnya. Harus bagaimana lagi saya? Hah? Ingin mengambil barang-barangmu? Tidak ada yang bisa aku ambil di sini!" Bentakan Bu Kokom cukup keras, bahkan beberapa tetangga ke luar hanya ingin melihat apa yang terjadi.

"Enaknya kita apakan ini, Bu?" sahut seorang lelaki yang merupakan anaknya.

"Bagaimana kalau kita hancurkan saja rumah ini?" ucap Bu Kokom dengan senyum liciknya.

"Hem, sepertinya itu ide bagus, Bu," balas anaknya.

"Jangan, Bu. Tolong jangan hancurkan rumah ini, saya mau tinggal di mana nanti, Bu," sahut Bu Ani mencoba membujuk.

"Ya itu sih terserah kamu! Apa saya peduli kamu mau tinggal di mana? Zico, cepat hancurkan rumah ini! Ibu sudah tidak tahan!"

"Jangan!" cegah Keina saat tiba, membuat Zico menghentikan langkahnya.

"Jangan pernah kalian mencoba menghancurkan rumahku!" tegas Keina sambil menatap Bu Kokom dan Zico secara bergantian.

Jujur, awalnya Keina sedikit terkejut karena Zico merupakan anak dari Bu Kokom. Ia berpikir, apa mungkin ini ada sangkut pautnya dengan sikap Zico yang selalu menganggunya?

"Eh, ada Manis. Sudah pulang, ya? Bagaimana belajarnya tadi, lelah?" ucap Zico membuat Keina menatapnya dengan tajam.

Zico mendekat ke arah Keina berusaha untuk merangkul, tetapi dengan cepat gadis itu menepis tangan Zico dengan kasar.

"Aduh, kok kasar sekali? Mau main-main, ya?" ujar Zico seolah mengancam.

"Eh, Kau bocah! Utang ayahmu itu belum lunas, aku sudah sangat sering menagihnya pada ibumu ini, tetapi apa? Ibumu selalu bilang jika uangnya tidak cukup, minta perpanjang waktu. Aku sudah sangat muak mendengarnya!" sahut Bu Kokom pada Keina.

Bu Ani hanya bisa menunduk menahan malu. Keina yang melihat hal itu, merasa tidak tega. Keina akui, saat ini memang keluarganya yang salah. Sudah hampir satu tahun lamanya, tetapi utang tersebut belum juga lunas.

Ayahnya berambisi untuk memasukkan Keina ke sekolah ternama. Berharap, anaknya ini akan mendapatkan pembelajaran dan fasilitas yang memadai di sana. Ayahnya bahkan meminjam uang pada Bu Kokom untuk memasuki Keina ke SGM.

Namun, sejak ayah Keina meninggal, bisa dikatakan ekonomi keluarga Keina menurun. Bu Ani harus berjualan dengan mengandalkan pecel yang sedari dulu sudah ia lakukan.

"Bu, saya tahu kami salah. Saya sedang berusaha untuk melunasi utang Ibu, tetapi saya mohon bisakah kami meminta tempo lagi?" balas Keina pelan. Dirinya berharap, jika nanti Bu Kokom akan memberikan tempo.

ARGAKEINA? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang