Veo pagi ini sarapan bersama sang papa, Farel. Keduanya semakin hari semakin dekat layaknya hubungan ayah dan anak.
Setelah di rasa kenyang, Veo bangkit dari duduknya. "Veo berangkat pa."
Farel mendongak menatap Veo. "Jam berapa kok udah mau berangkat aja?"
Veo tersenyum tipis lalu berjalan meninggalkan sang papa.
"Veo,"
Veo yang sudah berjalan beberapa langkah sontak menoleh ke belakang. Menatap papanya yang tersenyum kepadanya.
"Hati-hati."
Veo mengangguk lalu berjalan menuju motornya.
Jalanan kota Bandung seperti biasa, ramai bahkan macet saat pagi dan malam hari. Karen Veo sangat membenci kemacetan, jadi ia memutuskan berangkat sekolah sebelum macet.
Veo berhenti tepat saat lampu merah. Tetapi ia di kejutkan dengan sosok gadis yang sangat tidak familiar.
Dira. Gadis itu duduk di taman rumah sakit Mawar Putih pada pagi buta seperti ini. Dan yang membuat Veo bingung adalah gadis itu tidak memakai seragam, melainkan piyama.
Karena tidak mau penasaran, akhirnya ia memutuskan untuk ke rumah sakit itu.
Veo memarkirkan motornya di halaman depan rumah sakit. Ia melepaskan helm lalu turun dari motornya.
"Cari siapa?"
Tunggu, apakah penglihatan Veo bermasalah? Kenapa yang duduk bukan Dira? Melainkan Leo.
"Cari Dira?"
Veo hanya diam tidak menjawabnya. Ia memandangi wajah Leo yang sama sekali tidak menatap ke arahnya.
"Ngapain lo di rumah sakit?" tanya Veo.
Sebenarnya ia tidak akan bertanya apapun kepada pemuda itu, tetapi ia sangat penasaran.
"Ibu gue sakit."
Veo membelalakkan matanya tak percaya. Jadi bisa di bilang pemuda itu dan Dira ada di sini karena ibunya.
"Duduk," suruh Leo yang sedari tadi melihat Veo berdiri.
Veo hanya berdiri di tempatnya tanpa menuruti perintah Leo.
"Sakit apa?" tanya Veo.
"Aritmianya kambuh," jawab Leo sambil menunduk.
Veo terkejut kedua kalinya sekarang. Ia tidak tahu jika ibunya Dira memiliki penyakit separah itu.
Kenapa ia jadi sedikit menyesal? Entah apa yang ia sesali.
"Gimana keadaannya?"
Leo menggeleng. Tidak tahu harus menjawab apa.
Melihat hal itu, Veo berjalan mendekat dan menepuk pundak Leo pelan.
"Semoga ibu lo cepet sembuh."
Setelah mengucapkan hal itu, Veo berlalu meninggalkan Leo.
Bohong jika Dira tidak melihat Veo. Pasalnya setelah ia melihat pemuda itu menuju rumah sakit, ia segera masuk ke dalam.
Dira tidak mau Veo banyak bertanya nantinya. Ia kembali menutup gordennya setelah melihat Veo pergi dari sana.
"Lo sengaja masuk ke dalem?"
Mendengar suara itu Dira berbalik ke belakang. Ia hanya diam dan memandang ke arah lain.
"Dia penasaran kenapa lo ada di rumah sakit," lanjut Leo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret & Truth [END]
Teen FictionSebuah rahasia akan terungkap oleh kebenaran yang sesungguhnya. Tidak mungkin rahasia akan terkubur selamanya. Baik buruknya rahasia, senang sedihnya rahasia akan terbongkar di kemudian hari. Cerita ini bukanlah tentang kisah cinta yang menyedihkan...