抖阴社区

Chapter 6: Menyeramkan

7.9K 544 108
                                        

"Amora!"

Amora yang tengah berjalan di lorong sontak berhenti. Ia menoleh ke kanan-kiri guna mencari sumber suara. Dahinya berkerut heran kala tak menemukan satu orang pun di lorong. Lantas, ia melanjutkan langkahnya.

"Amora!"

Panggilan itu lagi-lagi menghentikan langkahnya. Berdecak kesal, lalu berbalik. Matanya membulat terkejut kala mendapati sosok remaja tampan tepat di depannya. Amora terkejut bukan karena ketampanannya, melainkan jarak mereka yang terlalu dekat.

Amora mundur beberapa langkah. Berdehem kecil sembari merapikan rambut pendeknya ke belakang. "Kenapa, Kak ...." Pertanyaan Amora terhenti.

"Bobby. Panggil gue Bobby," balas lelaki tampan berkulit sawo matang itu. Matanya menyipit kala tersenyum, semakin menambah kadar ketampanan sekaligus kemanisannya. Almamater khas OSIS terpasang apik di tubuh jangkungnya.

"Ah, iya. Ada apa, ya, Kak Bobby?"

"Ini." Bobby menyodorkan selembar kertas pada Amora. "Lo belum ngumpulin formulir pendaftaran ekstrakurikuler. Gue pikir kertas lo ilang. Jadi, ini."

Amora menerima kertas putih itu. Lalu membaca sederet kalimat yang tertera.

"Lo sekelas sama yang namanya Awan?"

Mendengar kata "Awan", mata Amora langsung berbinar. "Gue sekelas sama Awan. Ada apa emangnya, Kak?"

"Dia belum ngisi formulir ju-"

"Sini-sini! Biar gue yang ngasih ke Awan!" ujar Amora antusias. Ia menyambar kertas lain yang di pegang Bobby, lalu berlari menuju kelas meninggalkan Bobby yang terbengong di tempatnya.

o0o

Amora menendang pintu kelas dengan keras. Ia mengerjap pelan kala mendapati Awan terduduk di sudut kelas seperti biasanya. Cahaya mentari yang menimpa wajah Awan semakin menambah kadar ketampanan pemuda itu. Tanpa bisa di cegah pipi Amora bersemu.

Ia melangkahkan kaki riang dengan senyum yang terkembang indah. Suasana kelas yang sepi membuat Amora dengan leluasa menjalankan aksinya. "Hai, Awan!" sapa Amora riang.

Seperti biasa, tak ada jawaban dari si lelaki kutu buku itu. Tapi tak apa, Amora tak sakit hati. Ia sudah biasa menerima respon seperti ini. Berhubung suasana hatinya tengah tak bagus, lebih baik Amora tidak memancing amarah Awan.

"Karena mood gue lagi jelek, gue gak bakal ganggu lo untuk beberapa jam ke depan."

Awan sedikit merespon. Ia berdehem mendengar ujaran Amora. Matanya melirik sekilas. Salah satu alisnya terangkat, sedikit tak percaya pada ucapan gadis itu. "Apa?" tanyanya kala Amora menyodorkan selembar kertas.

"Formulir pendaftaran ekstrakurikuler," jawab Amora singkat.

Sebenarnya, Awan sedikit asing dengan jawaban Amora yang terkesan singkat. Ia merasa tak suka. Entah apa alasannya.

"Wan, lo tau gak persamaan antara rasa cinta gue ke lo sama kartu kredit bokap?" Menggombali Awan sebelum duduk di kursi tak masalah bukan?

"Gak." Kapan gadis itu akan pergi? Ia sudah tak sabar untuk menanti masa-masa damainya di sekolah untuk beberapa jam ke depan.

"Sama-sama tak terbatas alias unlimited," jawab Amora sembari menjawil hidung mancung Awan. Setelahnya, ia mendudukkan diri di kursi, mengeluarkan pulpen, dan mulai mengisi formulir.

Second Life: Breytast Awan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang