Pemeran utama belum tentu bahagia, karena takdirnya hanya bisa ditentukan oleh Tuhan lewat si penulis
Seorang gadis yang menyembunyikan laranya ,tetap tersenyum meski Atma yang sebenarnya hancur, tidak peduli mimpi yang harus dikubur ,karena kebahag...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Tinggalkan harapan dan kembali mengejar tujuan" . . . . . .<•••••>
Lisa mulai memasuki kamarnya, betapa terkejutnya ia saat melihat kucing kesayangannya dicekal oleh seseorang
"Ya ampun kak rose, kenapa levisnya dicekik gitu" ucapan Lisa itu sontak membuat rose melepaskan tangannya dari sikucing, ia pun cengengesan tanpa rasa bersalah
"Habisnya dia gangguin aku" gadis berambut blonde itu mengadu pada Lisa seperti anak kecil
Lisa pun menatap kucing nya "Apa kau menganggu kak rose ,Levis?" Tanya Lisa pada sikucing
Meaow
"Tapi kata Levis enggak kok kak"
"Dari mana kau tau kalau dia bilang tidak?"
"Tadi Levis bilang, iya kan Levis?"
Meaow
"Nahkan dia bilang lagi" ucap Lisa yang membuat rose menoleh heran kearah Lisa
"Dia bilangnya miaw Lisa, bukan tidak"
"Tapi aku paham kalau dia bilang nya tidak, kak rose" seolah mengerti bahasa kucing kesayangannya itu, dia pun meyakini apa yang sudah dia mengerti
"Terserah kau saja!" pasrah rose yang memutar bola matanya malas
Rose walexiacavano, putri ketiga ini mempunyai bakat yang sangat menarik, ia adalah seorang penyanyi terkenal diusianya yang masih muda. Rose beda dua tahun dari Lisa yang kini ia sedang menjalani jenjang kuliahnya.
"Lagian kakak ngapain disini?" Lisa mengambil Levis dengan satu tangannya yang kanan lalu duduk diatas kasur dan meletakkan kucing itu diatas pahanya yang masih dengan rok sekolah
"Aku sedang menunggumu pulang sambil mendengar lagu, tapi kucingmu ini tak berhenti untuk terus menggangguku" oceh rose yang masih menatap tajam kucing yang bermanja di paha Lisa
"Itu artinya dia menyukai mu kak" ucap Lisa yang diakhiri dengan kekehan
Rose tak menggubris ucapan adiknya itu, pandangannya kini teralihkan pada sebuah kamera ditangan sebelah kiri Lisa
"Itu bukan seperti kameramu"
Lisa melihat kamera ditangannya "Oh, ini tuh kamera baru yang dibeli kak Jen"
"Benarkah?, kameranya bagus"
"Kata kak jis, nanti kalau misalnya kameraku disita sama papa, aku masih ada kamera satu lagi" ucap Lisa dengan riang
Rose tersenyum melihat adiknya yang begitu bahagia dengan hobinya itu, tapi sangat disayangkan kalau apa yang saat ini Lisa sukai sangat lah tidak disetujui oleh ayahnya
