✨ Happy Reading ✨
•
•
•
•
•
•
•
Tak terasa dua Minggu telah terlewati dari insiden malam antara Lucy dan Ael. Luka-luka di tubuh Ael pun mulai mengering.Dan selama dua Minggu pula Mira membuatkan bekal untuk Ael secara rutin.
Tapi ada yang membuat Ael kaget sekaligus bersyukur. Apa itu? Masakan yang ia makan tiap harinya kini sudah tidak ada yang terasa asam-asam walaupun sedikit. Semua makanan yang disediakan pasti baru.
Apakah ini mimpi?
Seperti hari ini, Ael tak sengaja bangun terlambat karena semalam ia tidur larut untuk mengerjakan PR yang memiliki banyak cabang jawaban.
Ael terburu-buru karena takut telat. Dan karena itulah ia langsung salim kepada kedua orangtuanya tanpa sarapan terlebih dahulu.
"Asha, sarapan!" Titah Dani tapi Ael langsung memasang wajah memelas.
"Papah maaf, aku gak ikut sarapan dulu. Aku sudah telat. Hari ini ada ulangan harian di jam pertama." Jawab Ael berusaha membuat ayahnya mengerti.
"Kamu berangkat sendiri? Atau bersama supir?" Entahlah ada apa dengan papahnya, tapi kini Dani tiba-tiba saja menanyakan itu. Padahal biasanya cuek bebek saja.
"Sendiri seperti biasa." Belum sempat Dani menjawab Alice datang dengan gembira nya berlari sambil membawa kotak bekal milik Ael.
Sret
Bruk
Pyarr
"ALICE!" Teriak Mira panik. Sedangkan Ael langsung menghampiri Alice dan mengecek kondisinya.
"Alice oke? Alice ada yang sakit? Bilang sama kakak." Tanya Ael sangat khawatir bahkan ia tidak ingat jika bekal yang sudah berserakan itu adalah miliknya.
Alice menatap Ael dengan mata memerah. Perasaan sedih dan bersalah hinggap pada diri Alice. Ia telah menjatuhkan bekal milik kakaknya. Padahal kakaknya belum sarapan.
"Aku oke kakak. Tapi...tapi bekal...bekal kakak...hancur hiks hiks..." Tangis Alice pecah merasa sangat bersalah.
Ael melirik sedikit pada kekacauan kemudian kembali menatap lembut Alice.
"Hey, don't cry okay. Kakak masih bisa beli di kantin. Yang terpenting kamu baik-baik saja sekarang. Jadi berhenti menangis, hm?" Ucap Ael dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Alice mengangguk. Tangisannya pun berhenti. Ia tersenyum menatap kakaknya. Menurutnya, ia dan Arsenio adalah adik paling beruntung karena memiliki kakak seperti Ael. Ya, walaupun Ael agak menyebalkan karena kadang meledeki mereka, tapi Ael tetap menyayangi mereka.
"Sekarang kamu mandi dan siap-siap ya, kakak harus berangkat. Lihat! Arsenio saja sudah siap. Masa kamu belum pakai sepatu." Bujuk Ael.
Alice berdiri dan mengambil sikap siap. Kemudian ia melakukan sikap hormat kepada bendera.
"Ay ay kapten! Alice segera meluncur. Kakak hati-hati di jalan ya." Ucap Alice penuh semangat.
"Pasti." Setelah mengucapkan itu Ael berdiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
AELEASHA (OG)
Non-Fiction{YUK BOLEH DI FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA} Bagaimana jadinya jika kalian yang berada di posisi seorang Ael? Anak pertama perempuan, tapi ia bukanlah cucu pertama perempuan. Harapan keluarga kandungnya. Dituntut agar bisa menjadi yang terbaik. Orangt...