"Papah mamah aku berangkat dulu. Assalamualaikum." Ael berlari dengan cepat agar tidak bertambah telat.
"Waalaikumsalam." Jawab semuanya yang ada disana.
"Alice lain kali hati-hati ya. Mamah tidak ingin kamu sampai terluka sayang." Ucap Mira penuh kelembutan seorang ibu tak lupa mengelus kepala Alice lembut.
"Tapi kakak tidak bawa bekal. Kakak juga belum makan mamah." Mira tertegun mendengarnya. Jadi Ael belum sarapan? Dan tadi bekal yang ia buat juga tidak bisa dibawanya?
Entah kenapa Mira jadi khawatir akan keadaan Ael. Sama seperti Dani. Ia bangkit dari duduknya padahal sarapan nya belum usai.
"Mah, papah berangkat dulu ya. Ada jadwal meeting pagi." Ucap Dani menghampiri istrinya.
"Iya, papah hati-hati di jalan. Jangan lupa bekalnya juga di makan. Jangan lupa semangat!"
"Heem semangat ya papah Alice."
"PAPAH SEMANGAT!"
Mereka terkekeh kecil. Benar-benar seperti keluarga harmonis. Tapi mereka melupakan salah satu anggota nya. Aeleasha Fakhirah De Steward. Miris.
Dalam perjalanan menuju kantor, Dani menghentikan laju mobilnya ketika melihat siluet seseorang yang ia sangat kenali. Ael.
Karena takut salah ia lebih memilih menghentikan mobilnya. Ia memperhatikan dengan mata elangnya, apa yang sedang putrinya itu lakukan. Sekaligus ingin memastikan sebuah kabar.
Sementara itu Ael yang merasa percuma berangkat karena gerbang sudah di tutup pun memilih berangkat ketika jam istirahat saja.
Ael menghentikan motornya di sebuah gerobak yang bertuliskan "Nasi Uduk". Ael melihat sekeliling.
Matanya berkaca-kaca melihat pemandangan ini. Anak-anak yang seharusnya belajar disekolah dengan benar malah mengemis dan menjadi pengamen di jalanan. Sedangkan kakek-kakek dan nenek-nenek yang seharusnya menikmati masa tuanya, malah harus mati-matian mencari uang untuk tetap bertahan hidup.
Miris sekali pemandangan di kota ini. Setiap hari. Setiap waktu. Pasti selalu saja begini. Bagaimana sebenarnya keadilan di tegakkan?
Kenapa yang sudah berkecukupan malah bertambah kaya karena banyaknya korupsi, sedangkan yang kekurang malah makin menderita?
"Orang-orang di desa dan kampung merantau kemari karena mereka pikir besar peluang banyaknya lapangan pekerjaan. Mereka tidak tahu saja keadaan begitu prihatin disini." Gumam Ael merasakan sesak di dadanya.
Sebelum menjadi keluarga berada seperti ini, Dani dan Mira dulunya juga pernah mengalami krisis ekonomi.
Dani yang dulunya seorang pegawai biasa mengalami PHK tiba-tiba saja, dan disaat itu krisis ekonomi sedang benar-benar melonjak. Dani dan Mira mencoba meminta bantuan kepada keluarga besarnya, tapi apa yang mereka dapatkan? Pengacuhan, ejekan, penghinaan secara tidak langsung.
Padahal dulu disaat Dani dan Mira sedang berada pada masa jayanya, semua keluarga besar mendekat kepada mereka tanpa terkecuali. Tapi disaat mereka sedang berada dibawah, tidak ada satupun yang membantu mereka. Apalagi dari keluarga Dani.
Sampai-sampai membuat Mira harus bekerja sambil berjualan di kantor. Kadang kue, kadang gorengan.
Ael pun juga berjualan gorengan, keripik, kue dan aksesoris lucu di sekolahnya tanpa sepengetahuan siapapun. Ketika uang sudah terkumpul, diam-diam Ael akan membagi dua hasilnya dan menaruhnya di dompet milik Dani dan Mira dengan angka yang sama.
Panglima dan keluarganya beserta nenek Sarah yang baru pulang dari Swiss, dan baru tau keadaan Dani dan Mira menjadi meringis.
Apalagi mereka diam-diam ternyata tau keadaan Ael yang rela menerima penghinaan dan ejekan dari beberapa siswa siswi di sekolah nya karena mengalami krisis ekonomi dan jualan di sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
AELEASHA (OG)
Non-Fiction{YUK BOLEH DI FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA} Bagaimana jadinya jika kalian yang berada di posisi seorang Ael? Anak pertama perempuan, tapi ia bukanlah cucu pertama perempuan. Harapan keluarga kandungnya. Dituntut agar bisa menjadi yang terbaik. Orangt...
Chap : 18
Mulai dari awal