ᖭི༏ᖫྀ ⋆ 𝘴ᥱᥣ⍺𝗆⍺t 𝗆ᥱ𝗆ᖯ⍺c⍺ ༊ .˚。⋆
Viani seharian hanya tiduran di atas kasur, beralasan masih 'sakit.
hembusan nafas yang sangat panjang mengudara, viani menatap langit-langit kamar dengan tatapan bosan.
"bosaann~"
viani benar-benar mendiami kakak-kakaknya sekarang, bahkan viano dengan terpaksa tidur di kamar nya sendiri tanpa di temani oleh sang kembaran.
"baby"
viani menoleh ke arah pintu, matanya berbinar dan tangan nya mulai terangkat ke depan. "DADDYYY!!" panggil viani dengan suara yang gembira.
vernon berjalan dengan langkah lebar nya, "sttss.. tak perlu berteriak seperti itu, bagaimana jika tenggorokan mu sakit?" vernon berhasil mengangkat tubuh putrinya dengan satu tangan saja.
"kenapa tubuh putriku sangat ringan? bukankah dia memakan makanannya dengan sangat banyak? apa aku harus membeli vitamin untuk nya?"
"maaf daddy.. ade hanya senang kalena daddy sudah pulang"
vernon mengerutkan alisnya bingung, apa putrinya menunggu ia untuk pulang? bukankah anak anaknya yang lain pulang cepat? lalu? kenapa putri kecilnya bisa sampai menunggunya?. "bukankah kakak-kakak mu sudah kembali hm?" tanya vernon memastikan. dia tidak mungkin salah, karena semua jadwal anak-anaknya selalu ia pantau melalui bodyguard khusus yang menjaga mereka jarak jauh.
viani bersedekap dada, menghubungkan kedua pipinya dengan tatapan kesal. "ade sedang belmusuhan dengan kakak-kakak" jawab viani dengan begitu jujur.
vernon terkekeh kecil, tangan nya terlur untuk mengusap pipi milik putrinya. "apa baby tidak merasa kasihan melihat mereka?"
viani menundukkan kepalanya, jari-jari kecilnya saling beradu karena rasa gugup dan bersalah yang menyelimuti. "ade.. ade kasihan.." viani menjawab dengan suara yang lirih, untung saja vernon bisa mendengar dengan jelas karena keadaan kamar yang sepi dan sunyi.
"lalu apa alasan baby untuk tidak bermain dengan kakak-kakak?"
viani memberanikan diri untuk menatap wajah sang daddy karena vernon menarik dagu nya dengan pelan. "kakak-kakak jahat dengan ade.. kak nono, kak enzo, kak enza, kak elga dan kak vea membohongi ade" jawab viani dengan bibir yang melengkung ke bawah.
"apa mereka sudah meminta maaf?" tanya vernon yang mendapatkan anggukan dari viani.
"sudah.." jawab viani dengan anggukan kecil nya yang pelan.
"itu tandanya kakak-kakak sudah menyesali perbuatan nya, apa baby masih bisa memaafkan kakak-kakak?"
vernon terus menerus menjawab serta menanyakan pertanyaan kepada viani dengan aura mengintimidasi miliknya. wajar saja jika bocah kecil itu ketakutan? selain aura, tatapan vernon juga sangat dingin.
mata viani sudah berkaca-kaca, biar saja orang lain mengatakan dia cengeng. karena ini benar-benar menakutkan. "ade masih kesal" viani menjawab seraya mengigit bibir bawahnya untuk menahan isakan yang akan keluar.
"kata kak vea, anak kecil nangis itu wajal, jadi jangan ejek via-!!" -viani-
vernon menurunkan viani dari gendongannya dengan pelan. "kalau begitu, jangan salahkan kakak-kakakmu jika mereka pergi mencari adik baru" celetuk vernon dengan smirk di bibirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Girl
Teen Fiction???'? ???? ?? ?????! Viani. bocah cadel yang berumur enam tahun harus hidup sebatang kara di sebuah gubuk kumuh yang hampir rubuh. bocah malang yang hidupnya bergantung dengan barang rongsokan yang ia kumpulkan dari pagi hingga menje...