2 bulan sejak kepergian Xiao Zhan dari desa. Yibo dilanda kerinduan yang teramat sangat. Lalu, dengan bermodal nekat dia memutuskan untuk pergi ke Yiling guna menemui pujaan hatinya itu.
Yibo tidak mengatakan pada siapapun. Dia hanya meninggalkan secarik surat di dalam kamarnya. Dia juga tidak banyak membawa barang, hanya 4 kantong emas milik sang ayah dan beberapa helai baju.
Yibo keluar dari desa dengan sangat lihai, karena dia sudah terbiasa untuk soal menyelinap di kegelapan malam. Tanpa penerangan tambahan, Yibo menyusuri hutan hanya berbekal penerangan dari cahaya bulan saja. Suara binatang malam tak membuat Yibo takut, justru binatang malamnya yang menjadi takut untuk menampakkan diri.
Yibo terus berjalan tak tentu arah, dia mengikuti instingnya. 3 hari berlalu, Yibo masih belum menemukan pemukiman warga. Beruntung, dia bisa bertahan hidup di hutan, jika tidak mungkin saja justru dia tidak akan bertemu dengan pujaan hatinya.
Sedangkan di Yiling, Xiao Zhan masih berkutat dengan permasalahan sang adik. Dia memutuskan untuk mengirim beberapa prajurit dan bantuan kekaisaran pada desa kecil itu. 10 prajurit itu dipimpin oleh Wen Ning, yang sekarang sudah menjadi jenderal perang.
"Wen Ning, sampaikan salamku pada mereka. Dan jika ada yang memaksa ingin ikut, bawa saja."
"Baik, putra mahkota."
Setelah berbicara dengan Wen Ning, Xiao Zhan kembali pada sang adik. Yang masih terlihat ketakutan itu. Xiao Zhan memeluknya dan menyelimutinya dengan feromon miliknya.
"Ssstt, tenang lah. Gege sudah disini. A-Yun jangan takut apapun lagi. Maaf, gege meninggalkan A-Yun begitu lama." itu adalah kalimat yang selalu diulang-ulang oleh Xiao Zhan untuk menenangkan sang adik. Namun, Xie Yun tetap bergeming di tempatnya.
Selama 2 bulan belakangan ini, Xie Yun menjelma menjadi sosok yang jauh berbeda dari biasanya. Dia menjadi pendiam dan selalu gemetar ketakutan. Bahkan, dia jadi jarang tidur karena di setiap tidurnya Xie Yun akan terbangun dengan mimpi buruknya.
Untuk saat ini Xiao Zhan memilih untuk menahan amarahnya. Dia lebih memfokuskan pada kesembuhan Xie Yun. Belum lagi dia juga harus menenangkan sang ibu dari rasa kekhawatirannya. Beruntungnya, anggota keluarganya yang lain seperti kedua paman dan bibinya memutuskan untuk tinggal di Yiling sementara waktu.
"Xiao Zhan, kau istirahat saja. Biar paman yang menjaga Xie Yun. Kamu sudah satu minggu tidak tidur." Xiao Zhan menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu paman. Zhan masih sanggup."
"Kamu ingin membuat ibumu semakin khawatir?" pertanyaan Zixuan membuat Xiao Zhan terdiam. Dia pun menganggukkan kepalanya dengan berat.
Xiao Zhan duduk di singgasananya dengan memangku Xie Yun. Dia memilih tidur dalam posisi yang sangat tidak nyaman daripada harus meninggalkan adiknya dengan kondisi yang seperti itu. Zixuan hanya menggelengkan kepalanya melihat betapa sayangnya Xiao Zhan pada sang adik. Dia menjadi teringat pada mendiang kaisar yang juga memiliki rasa sayang setinggi itu pada saudara-saudaranya.
"A-Yun, A-Yun bersama paman dulu ya? Biarkan gege-mu tidur dengan nyaman, bagaimana?" Xie Yun menggelengkan kepalanya, dia semakin mempererat pelukannya.
"Baiklah, bagaimana jika A-Yun juga tidur? Paman akan menjaga A-Yun jadi A-Yun bisa tidur dengan nyaman." Xie Yun mengangguk kecil. Hal itu membuat Zixuan tersenyum. Dia pun mengelus rambut Xie Yun hingga anak itu jatuh terlelap.
Hari terus berganti, dan untungnya Xie Yun kian lama kian membaik. Pipinya sudah terlihat kembali berisi dan wajahnya sudah sedikit lebih segar. Meskipun masih belum mau untuk melepaskan sang kakak.
Xiao Zhan tak mempermasalahkan hal itu. Dia sudah terlatih melakukan banyak hal dengan ditempeli makhluk gaib. Ah, ngomong-ngomong soal makhluk gaib, Xiao Zhan jadi merindukan seseorang.
Xiao Zhan segera mengenyahkan pikirannya agar tidak terbaca oleh keluarganya. Dengan Xie Yun yang berada dekapannya, Xiao Zhan mengawasi para prajuritnya berlatih.
"Ge..."
"Mn? Ada yang A-Yun inginkan?" mendapati anggukan kecil di pundaknya, Xiao Zhan memutuskan untuk mendudukkan Xie Yun. "Katakan, omega kecil gege ini ingin apa?"
"Boleh kita ke festival?" tanya Xie Yun dengan sangat lirih nyaris tak terdengar. Jika saja pendengaran Xiao Zhan tidak tajam dia pasti tidak akan mendengarnya. "Boleh. Kalau begitu kita harus segera siap-siap. Kita ajak yang lain juga bagaimana?" Xiao Zhan mencium rambut sang adik ketika sang adik menganggukkan kepalanya.
Xiao Zhan kembali menggendong sang adik dan membawanya ke kediaman sang ibu. Karena, tidak mungkinkan dia memandikan sang adik seorang diri?
Rombongan kekaisaran pun siap dengan pakaiannya yang rapih, masih dengan Xiao Zhan yang menggendong Xie Yun, mereka berjalan menikmati gemerlap lampu dan kemeriahan festival malam itu.
"Er-ge, mau itu..." Xie Yun menunjuk pada buah loquat dan Xiao Zhan pun langsung memberikan apa yang Xie Yun inginkan.
Xiao Zhan, Xie Yun, Wangji, Xiao Ying, dan Sizhui memilih singgah di sebuah kedai untuk menikmati makanan-makanan yang telah mereka beli tadi. Wangji tersenyum melihat anak ketiganya sudah kembali cerah.
"Makan pelan-pelan saja sayang." Wangji mengusap jejak makanan di bibir Xie Yun dengan pelan lalu mengakhirinya dengan cubitan pada kedua pipi yang menggembung karena makanan itu.
Xiao Zhan merasa sangat senang ketika melihat orang-orang yang dia cintai itu sudah bisa saling melempar senyum. Xiao Zhan sudah tidak lagi memangku Xie Yun tapi kini dia tengah memangku adik bungsunya, Xiao Ying.
"Er-ge, Yingying sangat sayang er-ge." Xiao Ying menciumi kedua pipi sang kakak dan dengan pasrah Xiao Zhan menerima serangan itu.
"Zhan'er kau gendong saja Yingying biar ibu yang menggendong A-Yun."
"Apa tidak masalah ibu?"
"Tidak, atau kau mau menggendong kami bertiga sekaligus?"
Xiao Zhan menatap sang ibu, "Itu tidak mungkin, ibu." Wangji hanya tertawa sebagai tanggapannya.
Mereka pun kembali keliling hingga langkah Xiao Zhan terhenti seketika yang membuat beberapa orang dibelakangnya mengalami tabrakan beruntun.
"Zhan'er ada apa?! Kenapa kau tiba-tiba berhenti?"
"AAAAAAA PAMAN ZHAN! PAMAN ZHAN MEMBUAT MINUMANKU TUMPAH!"
"PAMAN ZHAN MENYEBALKAN!!"
"Er-ge kenapa?"
Xiao Zhan mengabaikan suara-suara dari keluarganya. Dia memilih fokus menatap sosok yang berada di hadapannya.
Sosok yang sangat dia kenali, sosok yang selama ini dia rindukan secara diam-diam. Tengah berdiri dengan wajah pucat dan terlihat ingin menangis. Sontak, Xiao Zhan menurunkan Xiao Ying dan melangkah dengan cepat pada sosok itu.
Namun, sosok itu melangkah mundur dan berlari menjauh dari Xiao Zhan. Ya, meskipun tidak berguna sih karena buktinya sekarang sosok itu telah berada dalam dekapannya.
-
End.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Fated Pair [ PDF ] ?
WerewolfStory writer by : Rain @urrainingday Main Character : Wei Wuxian × Lan Wangji Universe : Enigma, Alpha, Beta, Omega, Empire and Kingdom universe. Kerajaan Gusu Lan adalah kerajaan yang telah menghasilkan banyak Alpha Dominan yang berkualitas dan ten...