抖阴社区

Delapan Puluh : Trauma

1.7K 140 14
                                        

"Ashel, lo pergi deh terserah kemana aja. Mau balik ke rumah bokap lo atau kerumah Aran nggak masalah. Gue sekarang lagi pengen sendiri" Kata Angel lemas. Mereka berdua baru saja tiba dirumah Angel setelah dari pemakaman Greesel.

Ashel membuka mata lebar kaget akan permintaan Angel. "Lo ngusir gue?" Tanyanya parau. Mata gadis itu masih sembab akibat tak hentinya menangis Greesel.

"Bukan, gue cuma pengen sendiri. Please, ngertiin gue" Mohon Angel duduk disofa dengan mata terpejam. Ia benar-benar lelah hari ini.

Ashel menghela nafas panjang. "Iya gue ngerti" Pasrahnya berjalan keluar rumah. Menutup pintu pelan, tak lama kemudian ia buka lagi pintu itu membuat Angel menatap datar padanya.

Lalu ia tersenyum menampilkan gigi. "Kalau ada apa-apa hubungi kita-kita ya? Takutnya peneror dateng kesini"

Angel mengangguk lemah. Setelahnya ia merebahkan tubuhnya disofa saat Ashel benar-benar pergi.

"Cape gue" Gumam Angel menatap kosong langit rumahnya. Tak terasa air mata yang sedari tadi sudah memenuhi kantong mata jatuh disudut matanya. "Gue janji, apapun yang terjadi, gue harus bisa menemukan pelakunya" Tekad Angel yakin.

Seketika bayangan Shani yang selalu ada untuknya dan selalu memeluknya kala seperti ini terbayang dibenak Angel. "Kangen kamu ci. Coba aja cici ada disini sama Angel. Cape tau ci"

Lalu tangannya bergerak mengambil surat yang tadi diberikan ibu Greesel padanya. Merogoh kantong seragamnya, Angel ambil surat yang sudah remuk itu akibat ulahnya. Kemudian ia posisikan tubuhnya kembali duduk.

Angel membuka perlahan lipatan kertas itu dan langsung membacanya.

Hai Angel? Apa kabar? Hehehe.

Kalau lo udah baca surat ini, itu artinya gue udah pergi. Gue nggak sembunyi kok, gue emang beneran udah pergi Ngel. Huft, jujur sih, sebenernya gue nggak mau pergi ninggalin kalian semua. Tapi ya mau gimana lagi? Menurut gue ini yang terbaik.

Angel memejamkan matanya erat tak sanggup untuk lanjut. Dadanya begitu sesak membaca tiap kata yang Greesel tuliskan untuknya. Menghembuskan nafas kasar, ia buka lagi matanya untuk lanjut membaca.

Gue tau, gue bodoh. Cara gue pergi juga memang kekanakan. Tapi mungkin ini udah takdir gue pergi dengan cara bunuh diri. Jangan marah ya?

Angel.. gue minta maaf, walaupun lo udah maafin gue tapi tetep rasa bersalah masih menyakiti hati gue. Apalagi waktu Erdyn bilang, kalian masih belum percaya sama apa yang gue bilang semalam. Iya, Erdyn datang nemuin gue dan cerita semuanya.

Gue ngerti ko kenapa kalian nggak bisa percaya, itu karna omongan gue nggak disertai bukti. Nah, untuk itu sekarang gue pergi Ngel, pergi untuk selamanya. Dan gue harap setelah ini lo bakal percaya sama omongan gue. Karna sepenuhnya yang gue bilang semalam benar. Peneror itu ada didekat lo Ngel. Dia salah satu anak Angel's Rebelians.

Gue takut, gue takut Ngel.. Alasan gue neror lo itu juga karena gue dipaksa. Dia ngancem gue. Kalau gue nggak nurut, dia bakal nyakitin orang tua gue. Apalagi setelah dia tau gue ngaku sama kalian semua malam itu.

Gue nggak tau dia siapa. Dia cewek atau cowo gue nggak tau. Karna setiap ngancem gue, dia ngelukai orang tua gue. Ngel, gue takut banget.. Dia terus maksa gue untuk bantuin dia, tapi gue nggak mau. Dan saat dia tau gue nggak mau, dia sakiti orang tua gue. Maka dari itu ngel, gue nggak punya pilihan. Daripada gue sakiti kalian dengan membantu peneror, lebih baik gue pergi. Dengan begitu gue juga nggak dapat tekanan dan orang tua gue aman..

Angel.. Gue nggak sekuat lo. Baru diteror begitu aja gue udah nyerah. Dan gue mau lo tumpas pelakunya ya. Mungkin setelah lo tau lo akan kecewa, karna dia salah satu anak Angel's Rebelians.

Angel's Rebelians [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang