抖阴社区

CHAPTER 30

413 21 3
                                        

Semenjak pindah sekolah, waktu belajarnya menjadi tidak teratur. Hari-harinya tidak luput dari pertanyaan. Di saat teman sekelasnya menghabiskan waktunya untuk bercanda dan belajar bersama, Rafael harus berinteraksi dengan orang yang lebih dewasa. Separuh masa pertumbuhannya seolah diambil alih oleh mereka.

Seharusnya Rafael sekarang duduk di kursi meja belajar untuk mempersiapkan dirinya ujian kelulusan, bukan di ruang kantor ayahnya bersama Detektif Sarah yang menginterogasi.

"Tidak perlu terlalu tegang, kamu hanya perlu menjawab setiap pertanyaan." Rafael mengangguk mengerti, mungkin pertanyaan hari ini cukup menegangkan daripada pertanyaan di klinik tempo hari.

Detektif Sarah memperlihatkan gambar yang ada di ponselnya. Sebuah foto pisau. "Ini punyamu?"

Rafael mengangguk membenarkan.

"Ini punya siapa? Maksudku, siapa yang memberikanmu?" tanya detektif itu lagi. Kali ini dirinya hanya datang sendiri, tidak ada partnernya yang selalu bersamanya.

"Aku menemukannya di pot tanaman depan rumah sepupuku. Waktu itu aku baru tiba di perumahan. Aku tidak sengaja melihatnya dan mengambilnya karena bentuknya keren," jawab Rafael, menjelaskan sebelum detektif itu mempertanyakan lebih banyak lagi.

"Hari apa kamu menemukannya?"

"Hari Sabtu. Sore. Mungkin sekitar jam lima." Rafael meremas tangannya yang terasa dingin.

Detektif Sarah mengangguk mengerti. Tatapan tidak lepas dari wajah Rafael.
"Bagaimana kondisi pisaunya saat kamu temukan?" Detektif Sarah kembali bertanya.

"Pisaunya terbungkus plastik. Semacam sarung tangan plastik yang sering bundaku pakai saat membuat kue." Rafael semakin menggigit bibir bawahnya. Anak itu merasa gerah hingga bajunya terlihat basah oleh keringat. "Jangan bilang, pisau itu—"

"Rafael, tenang, jangan terlalu gugup seperti ini." Detektif Sarah menyelang perkataan anak itu, seolah tahu apa yang dia pikirkan.

"Kalian akan segera menangkap pelakunya?" tanya Rafael mengangkat pandangannya untuk menatap perempuan itu yang duduk berseberangan.

"Ya. Kami akan mencari tahu terlebih dahulu," balas Detektif Sarah terdengar begitu yakin.

"Apakah kalian ... mencurigai seseorang?" Kalimat anak itu terpenggal-penggal.

"Kamu mau tahu?"

Rafael mengangguk tanpa ragu.

"Sebenarnya kami tidak bisa memberitahu seseorang karena ini masih tahap penyelidikan, tetapi, aku akan memberikanmu bocoran sedikit. Jangan memberi tahu siapa pun, ya?" Sebelum melanjutkan ucapannya, detektif itu memerhatikan wajah Rafael yang terlihat menunggu ucapannya.

"Kami mencurigainya. Dia seorang laki-laki, kamu sering menjumpainya sebelum kamu pindah rumah. Dia punya anak sepertimu," ucap Sarah teramat pelan, berusaha untuk membuat suasana menjadi tegang. Ditambah lagi senyuman misterius yang dia tampilkan.

"Siapa?"

Detektif Sarah berdehem pelan. Hampir saja dia tertawa mendengar pertanyaan polos anak itu. "Itu belum tentu, Rafael."

"Oh, iya, di mana bungkusan pisau ini? kamu bilang pisaunya terbungkus plastik, bukan?" Perempuan itu kembali bertanya saat teringat akan pernyataan Rafael tadi.

"Tidak ada. Plastiknya sudah aku buang di tempat sampah," jawab Rafael terdengar enteng.

"Kamu harus tahu Rafael, setiap bukti dalam kasus itu sangat penting walau itu hanya potongan kuku," balas detektif itu, raut wajahnya kembali serius. Anak itu mengucapkan permintaan maaf.

The ElevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang