抖阴社区

8. Guardian

327 90 7
                                        

Kembali Shreya dan Rania tiba di sekolah lebih awal, bahkan sebelum sebagian besar siswa datang. Mereka berjalan cepat menuju loker di lorong koridor, hati Shreya berdebar lebih kencang dari biasanya. Kali ini, mereka punya misi khusus: mengintai siapa sebenarnya si pengagum rahasia itu.

"Ayo cek dulu, siapa tahu dia udah sempat naruh suratnya sebelum kita sampai," ujar Rania dengan nada antusias.

Shreya membuka loker dengan pelan, merasa seperti detektif amatir. Namun, setelah memeriksa dengan saksama, loker itu kosong. Tidak ada amplop, tidak ada surat.

"Belum ada," kata Shreya pelan, menahan rasa kecewa. "Berarti kita datang lebih awal dari dia."

Rania tersenyum penuh kemenangan. "Bagus! Sekarang kita tinggal tunggu siapa yang bakal buka loker lo."

Mereka segera kembali ke kelas, memilih tempat duduk yang strategis dekat jendela dengan pemandangan langsung ke lorong loker. Mereka duduk sambil pura-pura membaca buku, tapi pandangan mereka terus tertuju ke luar. Beberapa teman sekelas yang mulai berdatangan langsung memperhatikan tingkah aneh keduanya.

"Lo kenapa sih pagi-pagi bengong di jendela gitu?" tanya Mira dengan dahi berkerut.

"Kita lagi... nyari Cimol kucing sekolah," jawab Rania cepat sambil tersenyum lebar. "Tadi pagi keliatan di deket loker, gue takut dia kesasar masuk ruang kelas."

Mira menatap mereka berdua dengan curiga. "Kalian aneh deh segala Cimol dicari, biasanya juga ada keluyuran di sekolah. Kalian baik-baik aja, kan?"

Shreya mengangguk cepat. "Iya, kita cuma kangen sama Cimol udah lama nggak kelihatan."

Mira hanya mendengus sebelum kembali mengobrol dengan teman lain, meninggalkan Shreya dan Rania yang berusaha keras menahan tawa kecil mereka.

Waktu terus berjalan, dan lorong mulai ramai dengan siswa yang berlalu-lalang. Namun, sampai bel masuk berbunyi, tak satu pun dari mereka yang terlihat mendekati loker Shreya.

"Gimana kalau dia tahu kita lagi ngawasin?" bisik Shreya dengan nada khawatir.

"Enggak mungkin. Mana mungkin dia sadar kalau kita ngintai dari sini," balas Rania dengan yakin, meskipun dalam hatinya mulai ragu juga.

Setelah kelas mulai ramai, Shreya memutuskan untuk memeriksa kembali lokernya, kali ini dengan perasaan lebih gugup. Ia membuka pintunya perlahan, berharap ada surat yang entah bagaimana tiba-tiba muncul. Tapi tetap kosong.

"Masih nggak ada, Ran," kata Shreya pelan sambil menutup loker. Matanya menatap kosong ke arah lantai.

"Jangan-jangan... dia beneran tahu kita ngintai," gumam Rania dengan nada serius. "Atau dia lagi nyari waktu yang pas buat naruh suratnya?"

Shreya hanya mengangguk kecil, hatinya penuh dengan rasa penasaran bercampur sedikit kekhawatiran. Kalau benar si pengagum rahasianya tahu, artinya mereka harus mencari cara lain untuk mengungkap identitasnya.

***

Shreya duduk di meja kerja eskul mading, dikelilingi oleh teman-temannya yang sedang sibuk dengan tugas masing-masing. Seli sedang menempelkan print out artikel yang dibuatnya tentang kemenangan tim voli SMA Harapan Jaya melawan SMA Pelita Nusantara. Damar, ketua eskul, duduk di sebelah Seli, sedang mengecek layout untuk artikel terbaru. Sedangkan Vita, sibuk menyiapkan beberapa ide desain untuk mading bulan ini.

"Eh, Kak Shreya," Seli memulai, suaranya penuh antusiasme. "Kemarin tuh aku mau wawancara Kak Garda. Soalnya dia kan Man of the Match, gila banget ya spike-nya. Tapi... aku jadi takut, deh," Seli melanjutkan dengan ekspresi cemas.

"Kenapa takut?" tanya Shreya penasaran, sambil mencoret-coret kertas dengan ide-ide quotes yang belum selesai.

"Tau kan, waktu Pramuka minggu lalu, gara-gara kita ngobrol bentar, dia langsung ngasih peringatan keras ke aku. Jadi takut deh kalo ngomong sama dia lagi," jawab Seli sambil tertawa kecil, seolah merasa malu mengingat kejadian itu.

Enchanted LettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang