抖阴社区

Chapter 13

31 5 1
                                        

Jangan lupa vote & commentnya ya🫶🏻
.
.
.

Satu Tahun Kemudian

Hujan masih setia mengguyur kota, mengiringi langkah Ji Yeon menuju kolumbarium yang terletak di sisi bukit. Gedung itu modern dan minimalis, jauh dari kesan suram yang sering dikaitkan dengan tempat seperti ini. Namun, baginya, tak ada suasana yang benar-benar bisa mengusir kehampaan yang menggantung di dadanya.

Ia berdiri di depan loker kaca yang berisi guci abu ayahnya. Di samping guci itu, ada foto kecil pria itu yang tersenyum tipis—senyum yang terasa begitu asing baginya. Ji Yeon mendesah pelan. Ia merapikan bunga lili putih yang ia bawa, menaruhnya dengan hati-hati di rak bawah loker itu.

"Ayah," bisiknya, suaranya hampir tak terdengar. "Setahun berlalu, tapi rasanya aneh. Dunia ini tetap berjalan, tapi aku... masih di sini, bertanya-tanya apa aku pernah benar-benar berarti untuk Ayah?"

Ayahnya bukanlah tipe pria yang menunjukkan cinta atau perhatian. Kata-katanya sering kali dingin, tatapannya seolah selalu penuh penilaian. Ji Yeon bahkan tak bisa mengingat kapan terakhir kali pria itu memeluknya. Namun, di balik semua itu, dia tetaplah ayahnya. Dan meski hatinya sering terluka, Ji Yeon tak pernah bisa membenci sepenuhnya.

Kenangan masa kecilnya berkelebat. Jika Ayahnya  dirumah, pria paruh baya itu lebih sering duduk di ruang tamu, bukan untuk berbicara dengannya, melainkan sibuk dengan dunianya, membaca laporan, memeriksa dokumen, atau menonton berita kriminal yang kadang membuatnya bergidik ngeri. Ji Yeon pernah tidak berani untuk mengusiknya. Bahkan ketika Ji Yeon mencoba mencuri perhatian, pria itu hanya memberinya jawaban singkat atau tatapan sekilas yang tidak bermakna.

Namun, Ji Yeon tetap di sana, menatap guci itu dengan perasaan campur aduk. "Meskipun Ayah mungkin tidak pernah mencintaiku seperti aku mencintai Ayah... aku harap Ayah tahu, aku tetap berusaha."

Hujan terus berjatuhan di luar, Ji Yeon masih tak beranjak. Ia berdiri di sana, mengenang, melepaskan, dan menerima bahwa cinta seorang anak sering kali tak membutuhkan balasan. Dan di balik dinginnya hubungan mereka, Ji Yeon memilih mengingat ayahnya sebagai bagian dari dirinya—bagian yang tak akan pernah ia lepaskan.

Setelah pertemuan singkat di pemakaman, Ji Yeon kembali ke rumah dengan langkah perlahan. Angin sore yang berhembus dingin membuatnya sedikit menggigil, namun perasaan hampa yang menggerogoti jauh lebih menyakitkan daripada udara itu. Sesampainya di rumah, dia menyentuh pegangan pintu dengan tangan yang sedikit gemetar, lalu masuk.

Di dalam, aroma masakan yang menguar begitu familiar menyambutnya. Ibunya, dengan senyum hangat yang selalu diberikan meski Ji Yeon tahu betapa berat beban di hatinya, tampak sibuk di dapur. Wajahnya sedikit pucat, namun matanya tetap penuh kasih sayang saat melihat Ji Yeon masuk.

"Ibu menunggu kamu makan malam," kata ibunya dengan lembut, tanpa mengalihkan pandangan dari panci yang sedang ia aduk.

Ji Yeon hanya mengangguk pelan, lalu melepaskan jaket yang masih menempel di tubuhnya. Ia berjalan mendekati meja makan, merasakan kesunyian yang menghampiri lagi. Dua tahun setelah ayahnya meninggal, suasana rumah terasa berbeda. Tak ada lagi suara berat yang biasa meneriakinya, tak ada lagi suara pecahan barang yang memekakkan telinganya, dan tak ada lagi tatapan tajam yang selalu mengintimidasinya.

"Ibu, apakah... semuanya akan baik-baik saja?" Ji Yeon bertanya pelan, suaranya hampir tak terdengar.

Ibunya berhenti sejenak, menatap Ji Yeon dengan tatapan lembut. "Kita akan baik-baik saja, Ji Yeon. Selama kita masih memiliki satu sama lain, kita bisa bertahan."

Walau kata-kata itu terkesan menenangkan, Ji Yeon bisa merasakan ada kekhawatiran yang tersembunyi di mata ibunya. Ia tahu bahwa hidup mereka tak akan pernah sama lagi. Tapi ada satu hal yang tetap menenangkan hatinya—meskipun semuanya berubah, ibunya masih ada di sini, berusaha menjaga mereka tetap utuh.

Past Ending || OC x Jeon Wonwoo x Choi SeungcheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang