抖阴社区

part 4

56 10 0
                                    

Di kediaman pondok Al - Hadi, adzan Maghrib berkumandang, semua para santri segera bersiap-siap untuk menunaikan shalat berjamaah di masjid, sebelum mereka mengaji.

Sementara Ali mengambil satu buah kitab di lemari kamar nya yang bernama kitab Safinatunnaja. Kitab yang membahas mengenai ilmu fiqih, kitab yang akan di bahas malam ini oleh Ali kepada santri nya ba'da shalat magrib, lalu di lanjut dengan tanya jawab sesudah sholat isya.

Setelah selesai bersiap-siap Ali segera pergi ke masjid untuk berjamaah.

Setelah berjamaah, Ali pergi ke kelas yang ia ajari kali ini. Sementara Kyai Umar mengajar di kelas yang memang pembahasan kitabnya sudah jauh untuk pengetahuan Santri, santrinya pun harus santri yang memang sudah betul betul khatam dan hafal kitab-kitab dasar yang sebelumnya di ajarkan oleh Ali.

Ali memasuki ruang kelas. Kelas yang sederhana. Hanya beralaskan tikar, papan tulis, hijab yang menjadi penghalang antara santri putra dan santri putri, dan sepasang meja dan kursi untuk Ali duduk di sana.

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam" ucap semua santri ketika Ali memasuki kelas.

Ali kemudian duduk di bangku yang telah di sediakan. Lalu ia mulai untuk membahas kitabnya, santri pun mulai menyimak.

Di tengah itu, Ali menggeserkan bangku yang ia duduki ke sebelah kawasan santri putra. ini memang sudah jadi kebiasaan Ali jika mengajar di kelas yang santri-santri nya sudah dewasa, hanya beda setahun atau 3 tahun dengannya. Karena Ali tidak mau di pandang oleh santriwati, itu membuatnya tidak nyaman.

"Ih kebiasaan deh Gus Ali mahh" ucap Hani, salah satu santri Wati.

"Iya ihh, padahal ganteng, tapi malah selalu menghindar dari penglihatan kita" keluh Caca.

"Gantengnya aku, Gus Ali kan pengennya cuma aku yang memandangnya, calon istri nya" ucap Rina, sambil mengibaskan hijabnya, slayyy.

Rina, ia berusia 21 tahun. Rina sudah lama mondok di sini, selama itu juga ia memendam rasa suka kepada Ali. Tapi dari satu tahun yang lalu Rina sudah tidak tahan lagi untuk merendamnya, dan ia pun mengutarakan perasaannya kepada Ali secara sembunyi-sembunyi dari santriwati yang lainnya.

Waktu itu, Rina sengaja menyelipkan surat untuk Ali di sela sela lembaran kitab Ali, dan ketika Ali sudah berada di rumah, ia membuka surat itu. Surat yang mengutarakan isi hati Rina kepada Ali yang sudah bertahun-tahun ia pendam.

Awalnya ali menganggap itu sebagai candaan belaka, tapi makin kesini Ali menyadari jika perlakuan Rina terhadap nya semakin berbeda. S

Seperti saat Ali sedang murojaah di depan rumahnya, Rina secara terang-terangan datang ke hadapan Ali dan memberinya makanan yang banyak, berharap jika ali menerima cintanya.

Tapi Ali selalu saja menolak nya.

Bukan tanpa alasan Ali selalu menolak itu, tapi Ali tidak mau jika Rina terlalu berharap besar kepadanya.

Bahkan yang lebih Ali tidak suka dengan sikap Rina ketika Rina membicarakan kepada temannya bahwa  hubungannya dengan Ali itu sudah resmi pacaran. Dan bisanya teman-teman nya percaya.

Apa ali tidak muak di fitnah seperti itu?

Ali sangat marah saat itu, tapi ia masih bisa meredamnya. Berusaha untuk sabar dan mencari jalan keluarnya. Hingga sampai saat ini pun, Ali masih dalam kesabarannya itu.

"Baik, mungkin pembahasan bab Thaharah (bersuci) sudah sampai di sini dulu saja, nanti setelah selesai shalat isya kita belajar bersama kembali dengan bertanya dan menjawab pertanyaan seputar Thaharah" ucap Ali kemudian ia pergi ke masjid untuk mengumandangkan adzan Isya.

Cinta Dari Restu Orang Tua [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang